Lihat ke Halaman Asli

Giri Lumakto

TERVERIFIKASI

Pegiat Literasi Digital

Keliling Sydney dengan Modal 25 Ribu? Bisa Banget!

Diperbarui: 8 Mei 2017   16:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pantai La Perouse, Maroubra - dokpri

Mungkin beginilah potret negara maju. Sebuah kota sejak awal dibuat memang build to last and live. Sejak awal dibangun memang untuk generasi mendatang. Dan saya jumpai hal ini di Sydney. Sebuah kota megapolitan di selatan Australia yang pasti iconic dengan Opera House-nya. Namun, mengapa wisata Opera House bisa menjadi ikon, mungkin karena Sydney memang menjadi kota wisata. Terutama di hari Minggu, berkeliling puas di Sydney dengan 25 ribu sangat bisa sekali.

Ditunjang moda transportasi yang benar-benar terintegrasi, jalan-jalan di Sydney tidak repot. Hanya diperlukan tenaga dan keinginan yang teguh untuk mengunjungi banyak tourism spots disini. Dan yang terpenting adalah kartu Opal. Kartu yang serupa kartu tol ini adalah kunci bepergian dengan transportasi publik di negara bagian NSW. Untuk membelinya pun bisa di bermacam minimarket atau supermatket di New South Wales.

Centennial Park, Randwick - dokpri

The Qudrangle di Uni Sydney, Camperdown - dokpri

Besaran 25 ribu adalah kalkulasi AU$ sekitar 9,900-10,000 dalam Rupiah. Naik wharf (feri)/bus/light rail (tram)/inter-city train cukup tap on-tap off, kita bisa segera naik. Jangan lupa melakukan ini, karena ada denda $400 jika kita ketahuan melanggar. Dan tidak usah takut bus/kereta telat/tidak jalan. Karena kita bisa mengeceknya lewat web/app. Tinggal ketik asal dan tujuan, semua info sudah lengkap. Dan jangan harap kita bisa menyetop bus di sembarang tempat. Semua berhenti di halte dan harus antri dengan baik tentunya.

Selain Sydney Opera House banyak sekali objek wisata yang bisa kita kunjungi. Seperti La Perouse, Tarongga Zoo, Madame Tussaud, Coogee Beach, Bondi Beach, dll. Ada beberapa objek wisata yang berbayar. Namun banyak juga yang gratis. Seperti pantai/taman/taman nasional yang gratis. Sarana dan fasilitas di tempat-tempat ini pun bagus. Sepertinya akan tidak cukup jika kita mengunjungi satu persatu di satu hari Minggu saja.

Siapkan juga uang makan atau shopping yang cukup. Karena kuliner di Sydney pun beragam dari bermacam negara. Namun jika ke Sydney, saya lebih banyak mencari restoran bercita-rasa Indonesia. Selain mengobati 'rasa' kangen lidah akan masakan Indonesia. Rata-rata yang singgah dan bersantap di tempat ini juga orang Indonesia. Jadi terasa atmosfir Indonesianya. 

Darling Harbour Maritime Museum, Sydney - dokpri

Dan untuk berbelanja, dari yang murah sampai high-end ada di Sydney. Ada Paddy's Market di beberapa lokasi yang menjual barang yang bisa ditawar. Terutama oleh-oleh khas Australia. Queen Victoria Building merupakan tempat berbelanja yang cukup mahal. Atau mall-mall bertulis Westmead, kocek kita harus lebih jika berbelanja. Belanja serupa Factory Outlet (FO) pun ada di Homebush. Saat Boxing Day (26 Desember), tempat ini sudah serupa Blok-M sebelum Lebaran.

Saya sarankan juga, berkeliling hari Minggu di Sydney di saat summer. Terutama pecinta wisata alam seperti saya, musim panas memberi nuansa yang lebih. Pantai akan lebih ramai, walau airnya tetap dingin. Taman nasional akan lebih berwarna. Cuaca di sekitaran kota pun cukup nyaman. Walau akan sangat panas di hari tertentu. Memakai topi, kacamata, dan menggunakan sunblock akan lebih baik saat bertamasya keliling Sydney.

Central Station, Haymarket - dokpri

Karena saat autumn/winter cuaca akan sedikit lebih dingin. Namun bukan berarti tidak akan ada wisatawan. Namun tidak sebanyak saat summer. Karena Sydney adalah kota pelabuuhan, maka hembusan angin dari laut akan sangat terasa saat winter. Kisaran suhu diantara 20˚ s/d 9˚ yang buat orang Indonesia seperti saya terbilang dingin sekali. Jaket dan tutup kepala/syal menjadi hal yang harus kita gunakan saat winter.

Dengan 25 ribu Sunday trip di Sydney memang menarik banyak wisatawan. Sebuah pembangunan kota yang memang menjadi visi pemerintahnya sejak dulu. Sehingga sistem yang sudah ada tidak tumpang tindih dengan pemegang kepentingan di masa depan. Yang terjadi adalah pembangunan berkelanjutan. Inilah harapan saya sebagai orang Indonesia untuk negaranya. Terutama kota-kota besar di Indonesia. Walau membutuhkan waktu lama, jangan tersia hanya untuk sekadar berdebat masalah politik semata.

Salam,

Wollongong, 8 Mei 2017

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline