Lihat ke Halaman Asli

Giri Lumakto

TERVERIFIKASI

Pegiat Literasi Digital

Apakah Anda Terjangkit 'Penyakit' Nostos?

Diperbarui: 17 Desember 2016   06:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Homesick Taipei by Julia Yellow - ilustrasi: gallerynucleus.com

Menurut laporan di tahun 1867, terjadi 2588 penyakit nostos yang dialami para tentara di Perang Dunia 1. Diantaranya, ada 13 tentara yang tewas karenanya. Jumlah ini mengindikasikan dampak fatal penyakit nostos kepada tentara yang telah gugur. ('Sanitary Memoirs of the War" US Commission. NY 1867)

Dalam laporan Cyclopedia of Practical Medicine di tahun 1833, penyakit nostos didefinisikan sebagai perasaan tertekan dari seseorang yang jauh dari asal mereka. Mereka dihantui rasa ingin pulang yang menggebu, ingin bertemu keluarga atau teman-teman mereka ... "

Lalu apa sebenarnya penyakit nostos?  Mungkin bagi kebanyakan kita akan sangat asing dengan kata nostos. Namun kata ini akan sangat familiar jika kita sebut nostalgia. Ya, nostalgia pda awal abad 18 dan 19 dianggap sebagai sebuah 'penyakit' psikis yang berbahaya.

Nostalgia sendiri berasal dari dua kata Latin yaitu 'nostos' dan 'algos'. Nostos adalah dalam literatur Yunanu Kuno adalah seorang pahlawan. Konon, ia pulang dari peperangan setelah sekian lama. Dalam literatur Homer yaitu Odyssey, Nostos dituliskan pulang dari peperangan di kota Troya. Karena rasa rindu yang amat menggebu dari Nostos, maka perasaan ini pun dikoinkan dengan kata nostos. 

Sedang algos berarti rasa sakit. Kata nostalgia sendiri dikoinkan seorang siswa kedokteran Swiss bernama Johannes Hofer di tahun 1688. Pengamatannya pada para tentara ini diacu sebagai Schweizerheimweh atau Swiss homesickness. Para tentara mengalami depresi saat mendengar suara bel sapi yang mengingatkan kampung halaman mereka di Swiss. Sehingga, nostalgia pada waktu itu diacu sebagai 'penyakit'. Lalu buku manual kedokteran tentara di Perancis di tahun 1754 pun memuat nostalgie sebagai 'penyakit' para tentara.

Namun pandangan pada nostalgia saat ini berubah 180 derajat.

Nostalgia saat ini bukan lagi menjadi sebuah 'penyakit' psikis. Nostalgia merupakan perasaan wajar dan positif. Ia menjadi sebuah sarana pelepasan kejumudan waktu dan tempat. Nostalgia bisa menguatkan seseorang dalam masa sulit dan bahkan depresifnya. Nostalgi adalah memori jangka panjang yang tersimpan dengan baik.

Bayangkan kita tiba-tiba merasakan masakan yang rasanya mengingatkan rasa masakan ibu kita dulu. Kita menjadi begitu bernostalgia. Bukan untuk bersedih karena masakannya. Tetap menjadi sebuah rasa syukur kita memiliki ibu yang pintar memasak. Ia pun menjadi sebuah rasa untuk mengingatkan kita untuk mendoakan ibu kita. Karena mungkin ibu kita telah tiada. 

90's Festival Poster Jakarta - ilustrasi: infojakarta.net

Karena terhanyut dengan nostalgia berlebih nampaknya juga tidak memberi dampak positif. Bangsa Romawi menyebut nostalgia juga dengan istilah memoria praeteritorum bonorum atau masa lalu selalu akan diingat dengan baik.

Tidak hanya rasa rindu pulang, masakan, mainan, bau, lagu atau apapun yang membangkitkan nostalgia kita. Di sisi lain, nostalgia juga memiliki rasa penyesalan dan bersalah. Rasa penyesalan timbul akibat kejadian masa lalu yang dilakukan kurang baik. Sedang rasa bersalah muncul akibat penyesalan mendalam dari segala sesuatu yang kita dahulu tidak bisa kita benahi. Perasaan negatif ini mungkin muncul dari nostalgia. 

Nostalgia pun menjadi sebuah strategi marketing yang kini kian gencar dilakukan. Lihat saja munculnya kembali game Mario dengan format baru. Atau game Pokemon yang kini lebih canggih dari sekadar tukar kartu dan dalam bentuk tamagochi. Begitupun dengan film-film lama yang di-recycle kembali. Sebentar lagi ada versi 'human' dari film kartun 2D Beauty and the Beast tahun 90-an dulu. Atau serial Netfilx 'Series of Unfortunate Events' dari novel karya Lemony Snicket di tahun 1999 dan film layar lebarnya di tahun 2004 dulu.  

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline