Lihat ke Halaman Asli

Giri Lumakto

TERVERIFIKASI

Pegiat Literasi Digital

Kok Grup WhatsApp-ku Sepi?

Diperbarui: 4 April 2017   18:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="About Chat - Ilustrasi: chatbuzzz.weebly.com"][/caption]Chatting sudah menjadi rangkaian integral komunikasi kaum urban. Dengan beragam aplikasi mulai dari WhatsApp, BBM, BeeTalk, Line, dll 'berbicara' dengan teman nun jauh di sana menjadi fenomena umum. Saking umumnya, bahkan saat orang-orang berkumpul bersama, mereka tidak asyik mengobrol. Tapi mereka malah asik melototi HP sambil senyum-senyum sendiri. Dan jangan heran jika kita banyak dimasukkan ke dalam grup-grup obrolan yang bahkan kita sendiri tidak faham maksud dan tujuannya. Tidak dipungkiri, beberapa grup juga sangat bermanfaat buat kita.

Entah kenapa, grup chat akan menemui kejenuhannya. Harus diakui, bahwa excitement atau kegembiraan awal membuat grup bisa luntur sejalan waktu. Kita sudah bolak-balik menengok HP, namun notifikasi grup yang itu atau ini tidak ada. Kita buka grup, ternyata masih belum ada yang chat. Atau kita coba sapa dengan "halo, kok sepi", atau dengan gambar meme lucu, balasan malah nihil. Beberapa jam menunggu tetap tak ada sahutan. Bahkan berhari-hari sampai minggu menjadi bulan, grup tetap sepi. Mirip sekali rumah kosong yang kini berhantu. 

Saya coba menelaah apa yang sebenarnya terjadi. Walau hasil penelisikan saya tentatif, namun bisa saja terjadi di grup chat Anda. Dan beberapa poin saya coba simpulkan sebagai berikut:

  1. Sibuk
    Ya, alasan pertama grup sepi adalah kesibukan tiap anggota. Tidak dipungkiri, chat grup juga memakan waktu, tenaga dan pulsa. Sedang pekerjaan juga tidak mungkin ditunda untuk dikerjakan. Anak sekolah atau kuliah pun tidak selamanya bisa melihat HP mereka karena harus belajar, les, atau mempersiapkan ujian. Mungkin juga sang admin atau moderator memang benar-benar sibuk. Koordinasi dan memulai dinamika obrolan tersendat bahkan terhenti. Atau mungkin, para komporers (orang yang selalu aktif) juga turut sibuk waktunya, sehingga tidak ada lagi lucu-lucuan di grup.

    Dan tentunya, mereka yang sibuk tidak bisa obral-obrol di grup. Mereka yang sibuk tentu ingin ada lagi chat ala kadarnya, namun juga malas memulai. Takutnya malah kalau dimulai chat, kerjaan, tugas atau kesibukan terbengkalai. Ada juga anggota grup chat yang ingin memulai, tapi karena sudah keduluan lelah dan malam maka tidak ada chat.

  2. Bosan
    Mungkin alasan ini juga bisa menjadi sebab sepinya grup. Anggota grup bosan dengan isi post/chat yang cuma copas dari grup sebelah. Atau sekadar share meme yang grup lain sudah sering posting. Tidak ada lagi bahan yang menarik untuk diobrolkan. Sehingga kebosanan melanda. Posting panjang dan rumit hanya di-scroll cepat ke bawah lalu dikasih jempol atau ketikan 'sip' menjadi senjata andalan basa-basi. Maklum, yang nge-post adalah pimpinan atau pejabat. Bukan cari muka, namun menjaga basa-basi.

    Banalitas grup ini pun terjadi karena orang atau kelompok itu-itu aja yang mem-post. Admin kadang manjadi penonton saja. Anggota grup lain pun cenderung diam. Saat bosan pada 'yang itu-itu saja', banyak silent reader, tak heran kesepian akan melanda. Terutama saat 'yang itu-itu saja' sibuk atau bosan. Anggota grup lain pun pilih tetap diam. Takutnya tidak sopan jika memulai sesuatu di tempat yang tidak lagi 'nyaman' secara personal. Karena ada beberapa orang ingin grup chat benar-benar informal, bukan dikuasai satu-dua orang saja.
    [caption caption="Chat Group is Dead Meme - Ilustrasi: memegenerator.net"]

    [/caption]
  3. Jijik 
    Nah lho, apa urusannya dengan jijik? Iklim grup chat saya kira sudah benar-benar mirip suasana non-dunia maya. Saat orang chat satu sama lain, mereka 'merasa' hadir dalam satu obrolan sebenarnya. Nah, saat media chat dan psikologi manusia terlibat, maka fenomena 'mengucilkan' pun terjadi. Mirip serupa geng-geng obrol di kantin sekolah, gosip atau gunjingan pada satu orang tentu tidak ingin didengar oleh orang tersebut. Mereka yang mengunjing tentu ingin jauh-jauh dari si 'terduga'. Mungkin saja mereka ramai-ramai membuat grup chat sendiri. Grup rahasia.

    Lewat japri (jalur pribadi) satu orang lalu saling japri orang-orang yang diajak bergunjing ini, maka 'grup gosip' pun terbentuk. Tentunya tidak mungkin mengundang si 'objek' obrolan, grup chat ini aman. Tentunya gosip masih berupa dugaan dan terkaan mereka saja. Namun karena membicarakan 'keburukan' lebih menarik daripada petuah-petuah yang cuma kopas, grup sebelah ini menjadi lebih hidup. Chat yang lebih 'manuasiawi' lebih bisa terjadi baik saat japri atau dalam grup ini. Akibatnya, grup sebelah dengan 'si dia' yang ada di situ lebih sepi. Atau mungkin akan segera mati.

    Simpulannya, grup chat sudah menjadi bagian integral komunikasi manusia ke manusia. Dengan font, emoji dan meme perasan seolah menyalur lewat layar HP. Segala riuh perasaan seolah tertuang. Walau wajah mungkin datar saja saat membaca, namun hati bisa saja tersentuh. Dengan kondisi demikian, kondisi psikologis massa dalam berkomunikasi terjadi. Mulai dari cerita inspiratif sampai meme provokatif tidak heran menyulut aktivitas tertentu di dunia nyata.

Chat sudah begitu jumud dengan konstelasi komunikasi natural. Seolah grup chat menjadi hiperrealitas hidup bermasyarakat yang begitu nyata. Waktu sepi dan senggang asal HP dan paket internet tersedia, chat grup menjadi pelipurnya. Dan secara tidak sadar, keinginan untuk berbicara 'manusiawi' pun terjadi. Tidak sekadar copas posting dan meme yang sudah sering muncul, harus ada chat yang bisa 'mempersatukan'. Namun hal ini jarang ditemui, grup chat pun terbengkalai mati.

Salam,
Solo, 31 Maret 2016
10:18 am

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline