Lihat ke Halaman Asli

Giri Lumakto

TERVERIFIKASI

Pegiat Literasi Digital

Nasib Taksi Berbasis Aplikasi Diiringi Tangis yang Kemarin

Diperbarui: 27 Mei 2019   14:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Time for Change - ilustrasi: impartnow.org

Hangatnya matahari
Membakar tapak kaki
Siang itu di sebuah terminal yang rapi
Wajah pejalan kaki
Kusut mengutuk matahari
Jari-jari kekar kondektur genit
Kau dadahi

Dari sebuah warung wc umum
Irama melayu terdengar akrab mengalun

Diiringi deru mesin-mesin
Diiringi tangis yang kemarin

(Terminal - Iwan Fals & Franky Sahilatua)

Sebuah penggambaran jumudnya terminal di kota besar. Saat semua orang menderu diiringin mesin-mesin. Setiap orang dengan keluh dan upayanya untuk terus hidup berkumpul di terminal. Semua orang mengikuti arus jaman demi dapur ngebul. 

Sebuah deskripsi dalam lirik lagu Terminal Iwan Fals yang coba menggambarkan era industrialisasi. Lagu yang muncul di medio 80-90-an pas sekali menggambarkan nuansa kota besar. Kota yang jantungnya bergerak di pasar, terminal dan pabrik-pabrik. 

Generasi industri ini pun tak luput dari tangis kemarin. Tangis generasi agraria. Generasi ayah-ibu, kakek-nenek dan moyang yang agraris hanya bisa rela melepas generasi baru berpacu di dunia industrialis. 

Sawah warisan ayah pun dijual agar sang anak bisa merantau ke kota besar. Sawah warisan yang nantinya juga akan berganti dengan beton perumahan. Tangis yang tidak bisa dibendung. Bukan keinginan generasi dulu. Namun jaman memang sudah berubah.

Manusia dengan pemenuhan ekonominya akan berevolusi seiring jamannya. Setiap era memberikan manusia cara kreatif dan sporadis guna memenuhi kebutuhannya. Era industrialisasi masih ada. Namun seperti sebuah perjalanan, era ini memasuki senjakala. 

Era industri berganti menjadi era teknologi informasi (era 4.0). Manusia pun bergerak spontan dan serentak menyambutnya. Teknologi dan informasi merangkak masuk diam-diam ke segitiga Maslow paling bawah. Membeli gadget atau gawai menjadi kebutuhan primer. Tanpa gadget, jangan heran ada stigma manusia kuno.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline