Lihat ke Halaman Asli

Giri Lumakto

TERVERIFIKASI

Pegiat Literasi Digital

Membenarkan Perilaku Pengendara Moge

Diperbarui: 22 Agustus 2015   13:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="(ilustrasi: Marginalized - shutterstock.com)"][/caption]

Kasus pencegatan rombongan moge oleh Elanto Wijoyo di Jogjakarta beberapa minggu lalu memberi telah memberi kita katarsis atas keresahan bersama. Arogandi konvoi moge dengan motor mahalnya, seolah 'terejakulasi' kebenciannya saat Elanto bertindak 'benar' mencegat rombongan moge. Hal ini adalah tamparan bagi Polantas. Warga masyarakat sudah cukup jenuh dan jengah atas perilaku pengendara moge yang serasa raja jalanan.

Namun tahukah kita, bahwa konvoi moge semacam ini sudah benar adanya. Serasa ada yang salah dengan kontroversi yang ada selama ini. Saat perilaku koboi jalanan rombongan moge dipersalahkan, sejatinya tidak ada hal ini. Mereka hanya berperilaku sama dengan para pengendara lain di jalan raya. Saat pengendara motor biasa saja setiap hari bertindak koboi dan serasa raja jalan raya. Menerobos lampu merah, memakai trotoar, berhenti memenui jalur kiri dan macam lainnya. Seolah menepuk air di dulan, terpercik muka sendiri.

Mungkin ada banyak pengendara motor atau mobil yang geram melihat konvoi moge yang sok jago. Lalu beramai-ramai tepok jidat dan memberi stigma negatif pada kelompok moge. Sedang mungkin diri mereka sendiri lebih sok jago dari kelompok moge. Tindakan koboi para pengendara motor atau mobil biasa di jalan bahkan lebih berbahaya dari para pengendara moge. Berapa banyak aksi pelanggaran lalin mereka yang memakan korban jiwa. Saat moge mungkin saja memakan korban. Namun intensitasnya dan frekuensinya mungkn lebih sedikit dari kelompok moge.

Psikologi Massa dan Media Kompor Mleduk

Sudah lama beberapa konvoi moge urakan dan sok jago di jalan raya. Namun, lebih urakan atau sok jago mana dari pengendara ugal-ugalan setiap hari yang kita temui di jalan? Mungkin seorang penerobos lalin tidak memberi celaka pada satu waktu tertentu. Namun secara tidak sadar, penerobos ini menumpuk karma. Probabilitas celaka tentu ada saat menerobos lampi merah. Dan satu waktu kecelakaan bisa saja terjadi. Tinggal tunggu waktu saja. Namun, hal ini tidak disadari secara umum. Lebih lagi, pelanggaran adalah hal 'biasa'.

Psikologi massa di jalan raya sudah hampir desktrutif namun permisif. Saat satu pengendara menerobos lampu merah, pengendara lain biasanya akan mengikuti. Mereka yang menerobos sudah tahu perilaku ini salah atau destruktif. Namun karena 'banyak' sifat permisif atau oke sajalah, menyelimuti nurani mereka. Perilaku merugikan orang lain seperti ini akan 'wajar' jika dilakukan bersama. Lalu jauh dalam logika mereka membenarkan dengan motif 'yang penting hati-hati'.

Dan perilaku desktrutif permisif ini banyak ditemui di jalan raya. Bukan sekadar pengendara motor, mobil pun tidak jarang melakukannya. Atau perilaku yang benar-benar destruktif karena psikologi chaos yang sudah akut seperti geng motor? Mereka berkumpul karena mereka memiliki motor. Lalu seenaknya mencedera, merusak, bahkan mencabut nyawa orang lain. Cuma karena mereka berkelompok dengan motor dengan merek yang sama. 

Lalu lebih sok jago atau urakan mana dengan pengendara moge? Cuma karena mereka berduit dan punya koneksi untuk dikawal voorijder, sehingga mengundang cemburu pengendara lain. Bisa saja ada pengendara lain yang marah dan mengumpat konvoi moge. Saat ia sendiri sering sok jago dan koboi di jalan. Namun mungkin ia tidak sadar. Karena yang tertanam dalam fikir orang seperti ini adalah, perilaku mereka dilakukan banyak orang. Lebih lagi ada perasaan 'senasib sepenanggungan' karena motor mereka tidak sebesar atau semahal moge. 

Ditambah, media kompor mleduk yang memberitakan hal ini. Karena berita semacam ini jarang dan langka, ramai-ramai mengkompori kasus ini. Karena berita seperti pengendara yang menerobo lampu merah dan diseruduk mobil sudah biasa. Juga, berita pengendara yang nyerobot trotoar sudah basi. Atau, berita pengendara yang kebut-kebutan di jalan dan kecelakaan sudah sering. Maka, berita penghadangan konvoi moge di Jogja sangat langka.

Ditambah, psikis pengguna jalan yang sudah tertanam stigma negatif pengendara moge, berita ini begitu hebohnya. Sampai-sampai ada yang menjadikan berita ini headline. Ramai-ramai netizen pun berkoar-koar. Walau mungkin ada yang tidak sadar, jika perilaku mereka yang berkoar lebih 'dahsyat' dari pada konvoi moge yang dikawal ini. Video pencegatan oleh Elanto pun diputar berulang-ulang. Bahkan dengan tagline berita yang kadang lebih heboh dari acara investigasi gosip.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline