Lihat ke Halaman Asli

Giri Lumakto

TERVERIFIKASI

Pegiat Literasi Digital

Horor Singkat Tercekat #32

Diperbarui: 7 Maret 2016   14:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(ilustrasi: tafeartblog.blogspot.com)

[caption id="" align="aligncenter" width="533" caption="(ilustrasi: tafeartblog.blogspot.com)"][/caption]

Kelopak bunga mawar putih dan merah aku masih kantongi. Bunga-bunga ini ku ambil dari makam kekasihku. Setidaknya menjadi sebuah kenangan, bahwa aku masih mencintainya. Rasa lelah mulai menghampiriku malam ini. Namun serasa hilang jika melihat wajah kekasih. Menggali tanah kubur rupanya melelahkan. Semua demi kekasihku yang ku sayangi. Kini ia terbaring bersama kain kafannya yang putih di tempat tidurku. Betapa aku mencintainya. Selalu. Selamanya.

- - o - -

Fira sudah bosan melihat kuntilanak di pojok Poskamling setiap sore ia pulang kerja. Beberapa penampakan di rumah pak Joni juga beberapa kali ia temui. Belum lagi hantu anak-anak kecil di sekitar halaman Uwak Siti, ih menyeramkan fikirnya. Sore ini, Fira tidak melihat kuntilanak di Poskamling. Tumben ia tidak ada disana, tanya Fira dalam hati. Lamat-lamat di sisi utara jalan, ada penampakan seorang perempuan. Ia membelakangi Fira, sepertinya menutupi wajahnya dan menangis. Dari posturnya ia mengenalinya. Mirip sekali dengan teman sepermainannnya, Wati yang sedang sakit. Terkesiap, Fira segera berlari. Secepat mungkin ia ke rumah Fira. Benar saja, rupanya Fira sudah berkalang kafan. Dan ibu-ibu sedang membacakan surat Yaasiin. Fira seketika lunglai dan tidak percaya.

- - o - -

Tak ada yang lebih menyentuh sekaligus menyeramkan selain menemani seorang di ujung ajalnya. Apalagi orang itu tidak kita kenal. Ia hanya kebetulan kita tolong pada sebuah kecelakaan. Dan cara ia memandang kita dengan nafas yang tersengal, tubuh bersimbah darah, dan tatapan kosong penuh kesakitan, membuat hati miris sekaligus mencoba menguatkan. Satu sisi kita ingin segera pergi dari situasi mengerikan semacam ini. Namun sisi lainnya, mengatakan sisi kemanusiaan kita haruslah peka.

- - o - -

Kost ini memang berhantu. Teman-temanku di sini sering melihat penampakan. Tapi buatku, setan atau hantu hanya omong kosong. Aku dididik untuk menjadi lelaki pemberani yang rasional. "Lho ga percaya hantu, Vin?" lirih Gilang bertanya dibelakangku. "Ga bakal Lang... Ngapain percaya mereka!?" tegas Kevin. Gilang berlalu saja di tanpa ada tanya lagi. Sementara aku menunggu giliran mandi, adzan magrib mulai terdengar. Pintu WC terbuka. "Sori Vin, agak lama gue mandinya!" Gilang keluar dari WC tadi sembari senyum-senyum sendiri. Aku hanya diam tercekat. Siapa Gilang yang tadi bertanya padaku?

Cerita lainnya: #1#2#3#4#5#6#7#8#9#10#11#12#13#14#15#16#17#18#19#20#21#22|#23#24#25#26#27#28#29#30 | #31

Salam,

Solo, 22 Mei 2015

01:18 am




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline