Lihat ke Halaman Asli

Giri Lumakto

TERVERIFIKASI

Pegiat Literasi Digital

Kapan Bisa Lihat Mobil "Self-Driving" di Jalan?

Diperbarui: 17 Juni 2015   06:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(foto: tellmenews.com)

Untuk saat ini, melihat mobil berjalan dengan sendirinya (self-driving car/SDC) adalah ilusi sulap semata. Saat Anda berhenti di lampu merah dan melihat jok sopir kosong, menjadi kehobohan tersendiri. Anda mungkin mengira sedang ada demonstrasi sulap. Atau Anda merasa dikerjai di satu acara dengan kamera tersembunyi. Mata heran dan takjub mungkin muncul pada SDC saat ini. Namun apa jadinya 10 sampai 20 tahun lagi? Banyak yang meramalkan, SDC akan menggantikan mobil konvesional saat ini. Dan inilah yang Google Inc lakukan saat ini. Berlokasi di Mountain View California, Google sedang menguji SDC. Ya betul, mobil tanpa kemudi sedang diujikan di jalan raya dan bukan di satu tempat uji. Mobil ini dilengkapi beragam sensor untuk bernavigasi di jalan raya. SDC dari Google ini akan tetap 'diisi' oleh seorang supir di belakang kemudi. Orang ini hanya 'safety driver' guna mengamankan SDC dari Google. Hal ini mencegah pejalan kaki atau pengendara lain heran atau takjub lalu mengalami kecelakaan yang tidak diinginkan. Dan yang mencolok dari SDC Google versi ini adalah bentuknya yang unik. [caption id="" align="aligncenter" width="518" caption="(Google Self Driving Car - foto: tellmenews.com)"][/caption] Sebenarnya, Google sudah merintis proyek SDC ini dengan mobil Lexus hybrid selama 6 tahun. Lexus ini dilengkapi juga dengan sensor yang diletakkan di atas bodi mobil. Bentuk seperti SUV biasa yang kita temui, sehingga tidak mengundang keheranan. Sayangnya, proyek SDC dengan Lexus ini sudah mengalami beberapa kecelakaan minor di jalan raya. Selama uji coba di jalan raya, mobil Lexus SUV putih ini dilaporkan mengalami 11 kali kecelakaan ringan tanpa korban jiwa. Dan kesalahan banyak terjadi disebabkan faktor di luar kendali SDC Lexus dari Google. [caption id="" align="aligncenter" width="524" caption="(Google Lexus Self Driving Car - foto: nbcnews.com)"]

(Google Lexus Self Driving Car - foto: nbcnews.com)

[/caption] Revolusi SDC sedang dimulai? Banyak pertanyaan kemudian muncul. Mulai dari raksasa teknologi Google, Apple dan Nvidia sampai industri mobil hybrid seperti Tesla sudah memulai 'revolusi' mobil SDC ini. Beberapa pabrikan besar mobil dunia pun mulai melirik SDC sebagai produk masa depan mereka. Pabrikan seperti Nissan-Renault Alliance, BMW dan Audi mulai menjajaki kemungkinan SDC untuk masa depan. Beberapa pabrikan pun sudah membuat dan menguji prototipe SDC ini. Audi telah menguji Audi A-7 yang mereka sebut proyek Audi Piloted Driving. Dengan Audi A7 ini, mereka sudah melalui jarak 50,000 mil. Sayangnya, Audi A7 dapat mengemudi sendiri dengan kondisi dan keadaan jalan tertentu. BMW pun tak kalah saing. Prototipe BMW i3 electric sudah diuji coba dengan fitur khasnya. Dengan media smartwatch dari Samsung, BMW i3 bisa memarkir secara otomatis. Fitur ini disebut Remote Valet Parking Assistant. alau hanya rumor, Apple sepertinya juga akan serius berfokus pada SDC pada lini produknya. Kabarnya, Project Titan adalah proyek cetusan Apple yang menekuni SDC ini. [caption id="" align="aligncenter" width="540" caption="(Audi A7 Piloted Driving Car - foto: blogs.nvidia.com)"]

(Audi A7 Piloted Driving Car - foto: blogs.nvidia.com)

[/caption] Lalu kiranya kapan kita melihat SDC di jalan raya? Carlos Ghosn, CEO dari Nissan-Renault Alliance meramalkan SDC akan menjadi umum di tahun 2020. Tahun 2016 akan menandai first-wave dari teknologi ini. Dan sekitar tahun 2018, SDC akan mampu berjalan di jalan tol. Sedang, tahun 2020 jalan raya akan mulai dipenuhi oleh SDC ini, tambahnya. Jadi hanya dalam kurun waktu 5 tahun, SDC bisa menjadi nyata. Sedang Elon Musk, CEO dari Tesla beranggapan sedikit berbeda. Dengan kenyataan mobil konvensional yang jumlah lebih dari 2 miliar di jalan, agak sulit 'menggantikannya'. Musk beranggapan SDC bisa hadir di jalan raya sekitar 20 tahun dari sekarang. Mengemudikan dan mengerem mobil bukan hanya fokus dari SDC. Namun berkendara di jalan raya di kota yang sibuk dengan pejalan kaki, pejalan kaki dan objek lain menjadi fokus utama pengembangan SDC. Bukan tidak mungkin SDC akan benar-benar menggantikan manusia, tambahnya. [caption id="" align="aligncenter" width="520" caption="(BMW i3 - foto: technology.canoe.com)"][/caption] Lalu bagaimana prospek SDC di Indonesia? Dan dengan sungguh dan fakta yang ada, Indonesia perlu mobil seperti ini. Walau infrastruktur jalan tidak memadai dan kebijakan LCGC yang semakin mawut. Saya sebagai pengendara yang setiap hari melalu jalan raya, teknologi ini tepat. Selain menggantikan peran pengendara di Indonesia yang semakin hari semakin beringas dan ugal-ugalan. Mobil dengan teknologi self-driving ini mampu mengobati kebiasaan buruk berlalu lintas yang ada. Tidak ada yang salah dengan kendaarannya. Pengendaranyalah yang harus segera 'diobati'. Kalau kebebasan berkendara sudah semakin kebablasan. Gantinya saja pengendaranya dengan 'robot' self-driving ini. Biarkan robot mengambil alih setir dan manusianya diam. Robot tidak pernah mengeluh dan ugal-ugalan. Robot akan patuh pada perintahnya dan konsisten menjalankannya. Dan mobil self-driving saya kira akan menjadikan jalan raya lebih nyaman. Ditambah lagi tentunya, sarana transportasi massal yang baik dan memadai. [caption id="" align="aligncenter" width="523" caption="(foto: tribunnews.com)"]

(foto: tribunnews.com)

[/caption] Walau kemudian kita dihadapkan dengan kerumitan birokrasi dan regulasi, jika ada kemauan dan usaha bisa saja. Mengikuti perkembangan teknologi SDC ini perlahan dan pasti, mobil konvensional bisa digantikan. Ditambah, regulasi pemerintah yang baik SDC akan menjadi kenyataan. Setidaknya, 20 tahun lagi ada bus yang self-driving juga sudah 'lumayan'. Referensi: cnet.com | forbes.comfortune.com theverge.com Salam, Solo, 19 Mei 2015 04:03 pm

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline