Lihat ke Halaman Asli

Giri Lumakto

TERVERIFIKASI

Pegiat Literasi Digital

Aku dan Motor Harley Davidsonku, Terus Kamu Mau Apa?

Diperbarui: 17 Juni 2015   08:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(Harley Davidson Electra Glide 2013 - foto: autoevolution.com)

[caption id="" align="aligncenter" width="548" caption="(Harley Davidson Electra Glide 2013 - foto: autoevolution.com)"][/caption] Deru mesin 1690 cc Harley Electra Glide, menghempas adrenalin tinggi ke kepalaku. Rauman mesin besar seolah merobek ciut nyali. Harley besutan tahun 2014 ini adalah raja di jalan. Menyaningi rival sekelas, Honda Golden Wing GL 1800, Electra Glideku lebih mumpuni sebagai motor Touring. Dengan spec tinggi dan pamor lebih dahsyat, Electra ku ini sudah menempuh ribuan kilometer. Dari pulau Jawa-Bali-Lombok sampai beberapa daerah di Sumatra sudah kami tempuh bersama. Baik sendiri atau bersama teman, saya dan si Electra Glide sudah sering menjelajah bersama. Saya bersama teman-teman pecinta Harley datang dengan tunggangan Harley yang unik. Dari model macho ala old-west Dyna Switchback plus hard-tailnya. Dan juga ada 'kembaran' Electra Glideku, si Road King. Semua model baik CBU maupun modifan sendiri hadir jika weekend panjang. Dari sekadar hang-out bareng  sampai rencana touring tahunan pun sudah kami kantongi. Jalan panjang dan berliku, kami dan Harley kami bukan menjadi halangan berarti. Kenyamanan dan kegagahan motor-motor kami di jalan memang tidak tertandingi. Klub-klub motor kecil dan yang katanya geng motor hanyalah penghias saja di jalan. Lalu lalang lalulintas padat pun bisa kami terjang. Deruman mesin dan geberan keras untuk menyingkirkan 'halangan' di jalan mudah kami lakukan. Tiga motor saja saat saya dan teman-teman sudah cukup membuka jalan saat kami hendak menuju point berangkat kami. Jika, disebut the king of the street, kami dan motor Harley kamilah yang jadi juaranya. Jika sudah 6-7 motor, biasanya kami minta voor-rijder. Cukup hubungi teman kami dari pihak aparat untuk mengawal sejauh yang kami suka. Cukup kami membayar dengan uang iuran kami, membuka jalan agar touring lebih terasa. Merasakan kegagahan mesin Electra Glideku. Mencicipi bersatunya mesin, manusia dan alam dengan hempasan angin dan deru mesin. Semakin kencang angin, maka speedometerku pun semakin mepet ujung indikator. Semakin besar rauman motorku, semakin tinggi pacu adrenalinku di tubuh. Jalanan sepantasnya menjadi layak lancar bagi motor-motor Harley kami. Kami sudah muak melihat macetnya kota kami yang macet. Kami ingin semuanya lancar. Karena mahalnya motor Harley tidak sebanding jika dipacu pelan bak motor matic. Dahsyatnya mesin Harley kami, harus to the max dipacu guna merasakan sejatinya motor lelaki. Jauhnya touring kamipun, harus membekas bagi klub lain yang kadang cuma bisa setengah jarak dan waktu tempuh. Tempat-tempat yang kami lalui dan lewati pun harus benar-benar memberi kesan. Baik buat kami maupun orang lain. Pengendara lain celaka, adalah halangan lain bagi kami. Deruman mesin dan klakson hella, dan lampu strobo kami sebenarnya sudah cukup jelas. Tapi kadang ada yang ngeyel tidak mau menyingki dari jalan. Kadang dengan voor-rijder pun masih banyak yang nekat tidak mau minggir. Saat mereka tersenggol atau terserempet, kamilah yang disalahkan. Padahal, celakanya mereka tidak sebanding harga kami merepasi komponen Harley kami yang mungkin rusak. Sayangnya, saya belum memiliki Harley Electra Glide, ataupun touring bersama. Anda juga harus membaca: Sampai Kapan Arogansi Motor Gede di Jalan Berakhir? Salam, Solo, 12 April 2015 11: 28 pm




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline