Lihat ke Halaman Asli

Giri Lumakto

TERVERIFIKASI

Pegiat Literasi Digital

Iklan Kenaikan BBM & Propaganda Otomaton

Diperbarui: 24 Juni 2015   11:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="" align="aligncenter" width="480" caption="Sebuah snapshot salah satu iklan layanan masyarakt tentang kenaikan BBM"][/caption]

Saat BBM naik, bahkan sebelum BBM naik, banyak sekali iklan layanan masyarakat yang menyiarkan dengan seronoknya, betapa penting BBM itu harus naik. Betapa menderitanya masyarakat Indonesia jika anggaran APBN itu jebol. Betapa aliran APBN itu harus kita jag bersama agar tepat sasaran dan efektif. Intinya, betapa penting BBM itu sebagai hajat hidup banyak orang, bagi masyarakat, bagi Indonesia.

Betapa iklan ini sangat menyentuh. Dengan di-cameokan keadaan masyarakat tanpa rumah yang layak huni. Lalu dengan jumlah statistik APBN yang wah. Dengan jumlah puluhan triliun. Jumlah yang tidal pernah terlihat berapa jumlah angka 0 yang berjejer dibelakang dua digit awal. Jumlah uang yang saya pun belum pernah menyaksikan langsung. Berapa 100 ribuan yang mungkin ada. Segunungkah? Satu dump-truck kah? Semua dielu-elukan dengan visualisasi kreatif. Atau dalam bahasa awam saya: 'Visualisasi' palsu yang direka yang diyasa demikian rupa dengan 'kreatifitas' para virtual desainer. "The essence of propaganda consists in winning people over to an idea so sincerely, so vitally, that in the end they succumb to it utterly and can never escape from it." Goebbels Sebuah kutipan dari Paul Joseph Goebbels -Mentri Propaganda era Hitler- yang sempat masuk ke renungan saya saat melihat iklan layanan masyarakat yang tayang di TV. Sebuah tayangan iklan yang intinya ingin 'winning people over to an idea so sincerely, so vitally....' Itu yang saya tangkap. Dengan pola repetisi atau pengulangan di semua TV swasta di Indonesia, pemerintahan SBY ingin sekali meyakinkan masyarakat, betapa vitalnya peran BBM di APBN. Betapa BBM itu dapat meningkatkan ekonomi dan lalu kesejahteraan mereka sendiri. Inikah yang Gobbels ingin sampaikan betapa pentingnya peran propaganda sebagai mesin otomatisasi fikir populasi suatu negara. Walau tidak secara frontal SBY dan para mentri menguasai penyiaran TV, namun munculnya iklan layanan masyarakat menyoal kenaikan BBM ini saat wacana BBM naik sedang on-the-peak, menjadi sebuah renungan sederhana saya. Begitu mudahnya Presiden dan para Mentrinya membuat dan mendesain apik, iklan yang akan cenderung menjadi propaganda otomatisasi fikir masal. Sebuah pola pemikiran jaman Hitler dengan sistem propaganda luar biasa yang menjadikan masyarakat robot yang mengamini semua urusan dan keinginan Reich mereka. Walau tidak senyata dan sefrontal Hitler, esensi subliminal dalam iklan layanan masyarakat sudahlah dapat menjadi pola propaganda pemerintah agar masyarakat tunduk dan patuh. Toh pada akhirnya, pola subliminal pentingnya BBM bagi masyarakat Indonesia sudah sangat mengedap dalam alam bawah sadar kita semua. Mau tidak mau kita harus membeli BBM dengan harga apapun. Lha kendaraan atau transportsi publik tidak akan melaju jika pertamax, bensin atau solar tidak ada di tangkinya? Lha mesin-mesin pabrik yang besar dan sombong itu akan diisi apa jika bukan BBM? Lha, lha, lha... Sebuah ide subliminal yang memang sudah cukup mapan membentuk opini dan tindakan manusia. Sehingga secara sukarela kita menyerahkan leher-leher kita pada sistem yang sudah apik dan ciamik ini. Walau saya sudah menolak dengan brutalnya, toh para kusir diatas sana tetap akan menjalankan pedati ini semau mereka. Surakarta, 26 Juni 2013 2:47 pm

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline