Lihat ke Halaman Asli

Giri Lumakto

TERVERIFIKASI

Pegiat Literasi Digital

Solo Kewalahan Sampah Seusai 2013 Berakhir

Diperbarui: 24 Juni 2015   03:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(Petugas DKP membersihkan sampah di kawasan Jalan Jend.Sudirman, Solo, Rabu (1/1) dini hari. Photo: solopos.com)

[caption id="" align="aligncenter" width="461" caption="(Petugas DKP membersihkan sampah di kawasan Jalan Jend.Sudirman, Solo, Rabu (1/1) dini hari. Photo: solopos.com)"][/caption] Sebuah fenomena umum setelah perayaan Tahun Baru. Hampir di tiap daerah yang dijadikan pusat keramain, berakhir sampah yang bejibun. Sampah berserakan dimana-mana. Kurangnya kesadaran dan tanggung jawab membuang sampah, menjadikan akhir perayaan Tahun Baru berakhir dengan sampah. Begitupun di Solo. Setelah perayaan menyamut tahun baru 2014 ini, sampah berserakan di Jalan Slamet Riyadi menjadi pemandangan umum. Apalagi saat pagi menjelang, sampah di kiri-kanan jalan menumpuk. Kabid Kebersihan DKP, Gatot Sutanto, Rabu (1/1/2013), mengaku agak kesulitan membereskan problem sampah efek Tahun Baru kali ini. Dari pengamatannya, persebaran titik sampah pada perayaan tahun ini bertambah dibanding tahun sebelumnya. Pihaknya mencatat ruas jalan seperti Jl. Slamet Riyadi, Jl. Jenderal Sudirman, Jl. Adisucipto (kawasan Manahan) dan Jl. Urip Sumoharjo terdapat penumpukan sampah. Demikian halnya dengan kawasan Alun-alun Utara dan Selatan Keraton Solo. "Padahal di perayaan sebelumnya, konsentrasi sampah hanya di lokasi pelaksanaan CFN (Car Free Night) seperti Jl. Slamet Riyadi," ucapnya. (berita: solopos.com) [caption id="" align="aligncenter" width="480" caption="(Sampah berserakan di sekitar Bundaran Gladag: Photo: soloblitz.co.id)"]

(Sampah berserakan di sekitar Bundaran Gladag: Photo: soloblitz.co.id)

[/caption] Solo sebagai kota wisata yang mulai bergeliat apik tahun kemarin, kini menjadi destinasi para pelancong. Banyak orang yang menjadikan Solo sebagai tujuan alternatif akhir tahun 2013 ini. Dari pantaun saya sendiri, mobil plat nomor luar Solo sudah banyak yang berdatangan sebelum malam perayaan akhir tahun. Mungkin momen libur sekolah juga mempengaruhi. Menurut Kasi Manajemen dan Rekasaya Lalu Lintas Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika (Dishubkominfo) Kota Surakarta, M Usman, tercatat sekitar 8.000 kendaraan per jam masuk wilayah Solo, yang didominasi kendaraan pribadi roda empat, bus pariwisata. Guna mengatasi kemacetan, Dishubkominfo menerjunkan personelnya dari H-3 menjelang Natal hingga H+3 Tahun Baru 2014. Para petugas ditempatkan di pos pengamanan Natal, dengan sistem shift. Setiap shift diperkuat dengan dua personel. (berita: joglosemar.co) Walaupun tidak secara signifikan, jumlah pelancong ke kota Solo mungkin memperbanyak volume sampah yang ada. Walau sudah ada larangan menyalakan petasan dan kembang api selama akhir malam tahun ini, antusiasme pengunjung tetap tinggi. Sehingga Car Free Night tetap disesaki pengunjung. "Pembersihannya memang bertahap karena tenaganya pas-pasan. Tadi saja pukul 09.00 WIB petugas minta istirahat sebentar karena kecapaian," Kabid Kebersihan DKP, Gatot Sutanto. Sementara itu, Kabid Persampahan DKP, Sudiyatno, mencatat penambahan volume sampah hingga 10% dari hari biasa pascaperayaan Tahun Baru. Sebagai informasi, volume sampah harian di Kota Bengawan sekitar 250 sampai 300 ton. Dia menilai peningkatan tersebut masih rasional dan dapat ditangani. "Cuaca yang normal ikut mendukung proses pembersihan. Target kami pagi hari jalanan sudah bersih dari sampah," tandasnya. (berita: solopos.com) [caption id="" align="aligncenter" width="450" caption="(Sampah berserakan di Jl. Slamet Riyadi, pagi (01/01/2014). Photo: soloblitz.co.id)"]

(Sampah berserakan di Jl. Slamet Riyadi, pagi (01/01/2014). Photo: soloblitz.com)

[/caption] Dan ada baiknya, pengunjung perayaan akhir tahun 2014 nanti bisa lebih sadar dan bertanggung jawab. Sebenarnya tong sampah sudah disediakan. Namun kadang rasa malas membuang ke temptanya menjadi hal yang naif. Belum lagi karena adat ikut-ikutan. Kalau sudah ada yang membuang sembarangan di satu tempat. Maka yang lain ikut juga. Dan lebih miris lagi, karena orang tua mereka tidak megajarkan membuang sampah pada tempatnya, sedari kecil. Ini miris. Salam, Solo, 01 Januari 2014 10:59 pm



BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline