Lihat ke Halaman Asli

Giri Lumakto

TERVERIFIKASI

Pegiat Literasi Digital

Pheme Akan Mampu Mengenali Berita Hoax di Twitter

Diperbarui: 21 Mei 2019   21:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Truth - Ilustrasi: jerryrushing.net

Ilmuwan dari lima universitas Eropa; Sheffield, Warwick, King's College London, Saarland di Jerman dan MODUL University Vienna - serta empat perusahaan pula; ATOS di Spanyol, iHub di Kenya, Ontotext di Bulgaria dan Swissinfo.ch, sedang membuat sebuah lie-detector untuk Twitter, Pheme.

Nama pheme sendiri berakar dari kata Latin dengan arti tenar (famous). Aplikasi ini akan mampu mendeteksi dan mengkonfirmasi tweet atau kicauan yang dianggap hoax atau bohong, sebelum kicauan itu menyebar luas atau menjadi trending topic

Twitter sebagai jejaring sosial yang cukup tinggi dan padat traffic-nya, menjadi sumber utama informasi atau berita yang terjadi dengan segera. Mulai dari kabar banjir dan kecelakaan, akan dengan mudah dikicaukan sesaat setelah kejadian berlangsung. Namun, berita atau informasi yang beredar kadang berisi muatan hoax atau kebohongan. 

Pheme, berusaha menanggulangi berita yang tersebar ini dengan cara menelusuri semua aspek yang ada. Mulai dari orisinalitas pemilik akun (bot spam atau akun aslikah), intensitas bahasa dalam kicauan, dan emosi yang diselipkan dalam kicaun di Twitter. 

Hal ini memang tampak tidak mudah. Apalagi dengan jumlah kicauan di Twitter yang begitu banyak. Mulai dari rumor dari kicauan akun bot-spam, sampai berita selebritis yang meninggal dunia, akan coba ditelaah dengan Pheme. 

Lie detector online untuk Twitter (dan juga nantinya Facebook) ini akan mensortir berita dalam kicauan di dengan menjadikannya ke dalam empat kategori: spekulasi, kontroversi, mis-informasi dan informasi bohong. (berita: ibtimes.co.in)

Berita Hoax Kematian Russell Crowe, Di-Konfirmasi Tweet Konyol Darinya

Kalina Bontcheva, salah seorang peneliti dari University of Sheffield's, mengatakan: "Orang percaya hal-hal yang mereka lihat di internet. Pada masa darurat, (Pheme ini) dapat menunjukkan informasi yang terpercaya atau mengabarkan pihak berwenang sebelum semuanya menjadi gawat." 

Bontcheva juga terlibat langsung dalam proyek riset pengembangan Pheme ini. Ia menambahkan, "Pheme tidak akan mengawasi internet sepanjang waktu. Kita tidak menciptakan program yang memantau Twitter sepanjang waktu dan menghapus kicauan mana yang perlu dihapus atau menghapus akun seseorang. Karena tidak ada pihak yang memiliki kewenangan demikian." 

"Proyek ini hanyalah awalan. Saat ini Pheme tidak bisa mengenali foto atau video, serta foto yang telah terkena edit photoshop image seperti foto hoax London Eye (pada tahun 2011 lalu). Aplikasi juga membutuhkan banyak sekali perbaikan - itupun 18-20 bulan lagi prototype perdana Pheme baru bisa jadi" ucap Bontcheva. (berita: mashable.com

Berita Hoax Gurita Raksasa Di China yang Sempat Diberitakan Media Lokal

Dan pada masa-masa darurat, diharapkan Twitter menjadi sebuah media jurnalisme warga yang dapat dipercaya. Dengan daya jangkau yang luas dan pengguna yang mencapai ratusan juta, Twitter dengan Pheme akan dapat mengabarkan berita yang terbukti benar adanya. 

Para pengguna media sosial pun akan lebih bijaksana dan arif dalam menyebarkan berita. Informasi dan berita yang bisa langsung dikabarkan tanpa tendensi menyesatkan atau bohong. 

Salam, 

Solo 26 Februari 2014 

12:37 pm




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline