Lihat ke Halaman Asli

Giri Lumakto

TERVERIFIKASI

Pegiat Literasi Digital

Ya Tuhan, Sampai Kapan Mereka Berjoget? #YKS

Diperbarui: 24 Juni 2015   00:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(ilustrasi: Dance With The Dead by Ernst Ludwig Kirchner-1926; wikipaintings.org)

[caption id="" align="aligncenter" width="466" caption="(ilustrasi: Dance With The Dead by Ernst Ludwig Kirchner-1926; wikipaintings.org)"][/caption] Acara yang selalu dipenuhi ratusan penonton yang haus five-minute fame dan uang di TransTV ini seperti tidak pernah lepas dari sorotan. Acara yang dahulu bernama Yuuk Kita Sahur, kini bertransformasi menjadi Yuuk Keep Smile (YKS). Acara yang tadinya 'menghibur' umat Muslim dalam bersahur, kini muncul tiap malam. Mulai dari selepas Isya sampai kadang menjelang pergantian hari, baik host maupun para penonton YKS seperti tiada lelah. Tertawa lepas atas kekonyolan para host keroyokan atau berjoget gaya Caesar atau beragam modifikasinya seperti menyiratkan, betapa jiwa-jiwa mereka tidak pernah lelah atau sedih. Segala banyolan yang cenderung konyol dan 'lucu' pada taraf yang sangat primitif, selalu dijadikan rujukan utama. Para host sepertinya 'kreatif'. Yang terutama dalam hal mencaci-maki kekurangan orang atau berbuat semaunya sendiri. YKS seperti acara yang benar-benar impromptu. Tidak ada aturan atau alur yang jelas. Asal bisa ngebanyol atau bisa joget plus membacakan kuis bodoh-bodohan, jadilah host-host yang lucu. Topeng monyet yang di kampung saya saja ada skenario pementasan si monyet. Tapi menonton YKS seperti menonton sebuah obrolan orang-orang tidak ada kerjaan yang sedang mengobrol ngidul-ngalor di pinggir jalan, sambil mengomentari pedati yang lewat. Para penonton YKS seperti tida pernah habis atau bosen. Para penonton yang memang sengaja didatangkan, dengan biaya sponsor oleh para crew, seperti dijadikan ayam sabungan. Yang ahli joget dan konyol-konyolan dengan tingkah laku dan pakaian yang norak, ditimpali uang. Seperti menjudikan martabat orang serupa ayam aduan. Penonton pun seperti terhipnotis dengan iming-iming uang dan five-minutes fame. Asal bisa nongol di TV dan joget segila-gilanya tanpa lelah dan kenal waktu, tidak ada yang mereka perdulikan. Ada pula yang mencoba peruntungan dengan datang jauh-jauh dari satu tempat, memelas, tua, dan renta untuk kemudian diberikan 'sedekah.' Seperti sebuah konspirasi crew memainkan drama dan perasaan penonton. Saat mereka meringkih memohon 'sedekah', para crew dan sponsor tertawa lepas melihat rating tinggi. Semua demi penjualan produk dan dapur ngebul kebal-kebul para crew. Hampir satu tahun YKS eksis dengan noraknya di prime time. Di saat keluarga berkumpul di depan TV. Saat fikiran publik haus akan hiburan. Saat hati publik ingin senang menonton hiburan di televisi. Seperti digantikan sampah yang dari hari ke hari di sajikan. Pihak TransTV seperti bergembira dan senang. Selama pihak sponsor mau membayar dan ada host yang mungkin rela mati sambil berjoget. Semua akan fine-fine saja. Selama itu pun crew rela membungkam kata hati mereka. Mereka tahu dan sadar pasti YKS ini hampa akan pesan dan isu moral. Buka tontonan yang baik. Peduli setan, asal bonus dan komisi didapat biarkan saja acara sampah ini dikonsumsi publik. Saya pun hanya bisa berdoa. Tuhan, sampai kapan mereka berhenti berjoget? Salam, Solo 18 Maret 2014 11:11 pm




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline