Lihat ke Halaman Asli

Giri Lumakto

TERVERIFIKASI

Pegiat Literasi Digital

Kampanye Crowdfunding ala Jokowi

Diperbarui: 23 Juni 2015   21:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(ilustrasi: eventbrite.com)

[caption id="" align="aligncenter" width="456" caption="(ilustrasi: eventbrite.com)"][/caption] Penggalangan dana kampanye ala Jokowi sudah serupa dengan gaya crowdfunding. Tujuan utama kampanye ala Jokowi dan crowdfunding sama-sama menghimpun dana eksternal. Dan tentunya menggapai untuk menggapai satu tujuan bersama. Kalau di scene musik lebih kepada pergelaran musik atau konser, bahkan pembuatan album. Dan dalam scene musik tentunya didanai langsung oleh para fans. Kalau di dunia politik, tentunya menggalang dana untuk berkampanye ala Jokowi. Sepertinya semua dana ini untuk akomodasi kampanye pasangan Jokowi-JK di Pilpres 2014. Walau ada sedikit perbedaan dalam crowdfunding dalam scene musik, yaitu penyumbang terbanyak akan mendapat 'privilege' khusus. Misalnya event crowdfunding band indie Indonesia, Efek Rumah Kaca dengan tema 'Pandai Besi Rekaman di Lokananta'. Band ERK yang bermutasi menjadi Pandai Besi menggalang dana dari para fans untuk dapat rekaman di studio rekaman tertua di Indonesia, Lokananta Solo. Semua untuk mendapatkan satu album piringan hitam. Sekaligus menelusuri sejarah studio rekaman tertua, Lokananta. Event yang diadakan bulan Februari 2013 lalu ini menggunakan sistem crowdfunding dengan beberapa 'paket'. Paket sumbangan terbesar adalah Rp. 10 juta dengan privilege private acoustic session dengan Pandai Besi dalam acara ulang tahunnya. Dan ini terbatas untuk lima orang penyumbang saja. (selengkapnya: efekrumahkaca.net) Dan pada crowdfunding Jokowi sepertinya untuk kepentingan akomodasi dan logistik kampanye. Dan sampai saat ini, dana yang sudah digalang mencapai Rp. 2 miliar. Dan sesuai pernyataan langsung Wakil Ketua Tim Pemenangan Jokowi-JK, Patrice Rio Capella, semua dana yang terkumpul akan dipertanggung jawabkan secara hukum dan moral (berita: tribunnews.com). Semua akan transparan dan akuntabel. Walau belum ada website resmi untuk menengok nominal Rupiah crowdfunding kampanye Jokowi-JK ini. Seperti yang telah dibuat oleh Ahok dalam website ahok.org. Walau sudah banyak yang mendeskreditkan model crowdfunding ala Jokowi ini. Jokowi tetap lurus dan dengan gaya apa adanya, ia bertutur pun apa adanya.

"Hehehe. Itu semua digunakan untuk menjatuhkan dan menjelekkan. Nggak apa-apa," kata Jokowi di Balai Kota, Jakarta, Jumat (30/5/2014). (berita: news.detik.com)

Sekilas Tentang Crowdfunding Crowdfunding sendiri menjadi istilah populer di dunia Barat. Menyumbang uang untuk menggalang dana ini tidak terbatas pada sekadar scene musik. Bahkan beberapa wacana crowdfunding sudah menyentuh aspek pembangunan kota. Sebuah hal yang sepertinya mustahil. Namun wacana ini sudah terjadi di Bogota, Kolombia. Tepat di jantung ibu kota Kolombia ini, akan dibangun sebuah gedung pencakar langit (skyscraper) seharga US$ 170 juta. Dan dana ini didapat dengan cara crowdfunding dengan jumlah penyumbang lebih dari 300.000 penduduk Bogota. Dengan digerakkan oleh Prodigy Network, contoh gedung pencakar langit di Bogota ini diharapkan mampu ditiru kota-kota lain. (berita: mashable.com) Dan sejak tahun 1990-an, istilah ini pernah disebut fansfunding. Band asal United Kingdom, Marillion pernah melakukan fansfunding untuk konser mereka. Dengan cara ini mereka mengumpulkan uang sekitar US$ 60.000 untuk konser US mereka pada tahun 1997. Dan semua dilakukan dengan promosi melalui internat pada waktu itu. Band lain yang juga sukses menggunakan konsep crowdfunding ini adalah SellaBand pada tahun 2006. SellaBand menggunakan konsep crowdfunding dari para fans untuk membuat album mereka. (sumber: socialnetwork.com) Dan lebih jauh ke abad 17 masehi. Istilah crowdfunding sebenarnya sudah dikoinkan dengan istilah microlending. Praktik ini diterapkan di Irlandia pada abad ke 17 oleh Jonathan Swift. Dengan nama populer masa itu, Irish Loan Fund, konsep ini memberikan pinjaman pada rakyat kecil yang tidak faham dengan sistem kredit. Terutama buat mereka yang tidak faham dengan jaminan namun mampu membayar angsuran. Dan sistem Jonathan Swift ini pun besar pada abad 1800-an di Irlandia. Dengan lebih dari 300 program yang serupa. Dan sistem ini pun diadaptasi oleh Grameen Bank karya Dr. Mohammad Yunus di Bangladesh (sumber: mashable.com) Kampanye Crowdfunding ala Jokowi, Kebaruan Sebenarnya, presiden terpilih Barrack Obama pun telah melakukan hal serupa pada kampanyenya di tahun 2012 lalu. Dan Obama mendapatkan dana dari simpatisannya mencapai US$ 10 juta dari dunia maya saja. Sedang dari para simpatisannya, Obama mendapat US$ 715 juta. Hal ini mengalahkan pesaingnya Mitt Romey yang menggalan dana sekitar US$ 443 juta. (berita: news.detik.com) Dan ini menjadi hal baru bagi Pemilu 2014. Gaya penggalangan dana yang tidak melanggar aturan ini, membawa angin segar dala Pilpres. Dimana rakyat dapat dengan sukarela dan aktif mendukung kandidat presidennya, Jokowi. Dan dalam hal ini masyarakat dilibatkan dalam kampanye. Yang selama ini masyarakat hanya sekadar menjadi subjek kampanye. Kampanye crowdfunding ala Jokowi ini menjadikan masyarakat objek. Mereka berperan serta baik dalam sukses maupun gagalnya sang kandidat presidennya, dalam hal ini Jokowi. Salam, Solo, 3 Juni 2014 10:34 am




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline