Lihat ke Halaman Asli

Giri Lumakto

TERVERIFIKASI

Pegiat Literasi Digital

Harusnya Hatta Rajasa Jadi Capresnya

Diperbarui: 18 Juni 2015   08:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(ilustrasi: yaymicro.com)

[caption id="" align="aligncenter" width="392" caption="(ilustrasi: yaymicro.com)"][/caption] Dengan tidak bermaksud menyinggung pen-Capresan Prabowo dalam koalisi. Saya beranggapan harusnya malah Hatta Rajasa (HR) malah cocok menjadi Capres. Dan ini semua saya coba simpulkan dari Debat sesi ke 4 Cawapres. Pengalaman dalam pemerintahan dan birokrasi dan jiwa statesmanship sudah sangat terasah. Pernyataan dan cara menjawab HR memang retoris, namun juga berbumbu aplikatif dan faktual. Bahkan Jusuf Kalla (JK) pun sempat menyetujui apa yang dilontarkan HR. Dan saya akui, Hatta Rajasa memang seorang official (pejabat) yang cocok menjadi Capres. Seperti pemahaman HR yang cukup (karena pula pernah menjabat Menristek) menyoal dana riset yang hanya sekitar 0,1% dari PDB (Produk Domestik Bruto). Jika melihat negara ASEAN, maka Indonesia masih tertinggal dana risetnya dari Singapura yaitu 2,6% dari PDB, dan Malaysia 0,8% dari PDB. Untuk dana riset tertinggi di Asia, Korsel masih lebih tinggi yaitu 3,6% dari PDB, sedikit lebih tinggi dari Jepang. Jumlah dana riset Indonesia yang kurang dari 1% dikarenakan minat investasi pemerintah pada Ristek yang minim. Dengan total dana riset 1o triliun, tidak seimbang dengan APBN yang mencapai 1.700 triliun. (berita: possore.com) JK pun mengiyakan konsep HR menyoal tax deduction (pengurangan pajak) untuk perusahaan yang mendukung riset. Hal ini memang menjadi keprihatinan yang cukup lama dari Kemenristek. Menritek, Gusti Muhammad Hatta pun kembali mendengungkan wacana pihak swasta untuk mendorong Ristek di Indonesia. Dan hal ini mensyaratkan pengurangan pajak bagi perusahaan yang mendorong Ristek Indonesia. Kalau perlu, bahkan double tax deduction diapilkasikan. Hal ini sudah diaplikasikan di Malaysia dan Singapura. (berita: finance.detik.com) Dan hebatnya, HR sempat ingin 'disentil' JK mengenai pernyataan 'bocor' dari pasangannya, Prabowo pada debat-debat awal. HR mencoba mengurai istilah 'bocor' menjadi kaidah wacana yang sessungguhnya. HR menjabarkan kembali istilah bocor menjadi 'potensi kehilangan'. Sehingga hendak memahamkan atau mungkin mengkoreksi kesan 'bocor' APBN yang wah. Lebih lanjut, HR menjabarkan potensi kehilangan ini terkait penjualan bahan mentah yang cenderung merugikan. Bahkan HR sempat 'menyentil' JK menyoal 'pura-pura' tidak tahu JK soal impor minyak pada saat JK menjabat. Dan beragam sesi tanya jawab dari JK ke HR atau sebaliknya. Saya fikir telah menggambarkan statesmanship HR. Dan hal ini, menjadikan Debat Cawapres berisi dan berarah. Kedua Cawapres, memiliki konsep dan penajabaran ide yang menarik dan aktual. Lebih baik, saya fikir, dari debat para Capres. Yang saya anggap lebih bersifat debat unsur retoris melawan aplikatif. Namun, setidaknya ada beberapa hal yang patut diingat menyoal pencapresan HR ala saya. Semua terkait dengan track record HR sendiri. Dimulai dari kasus korupsi kereta bekas dari Jepang yang dianggap melibatkan HR. Kasus ini terjadi medio masa pemerintahannya, sekitar 2004-2007 saat HR menjabat Menhub. Walau Dirjen Perkeretaapian Soemino Eko Saputro sudah meringkuk di bui untuk tiga tahun. Ia sempat menyebut ada keterkaitan HR dalam korupsi kereta bekas ini. Namun sampai saat ini tidak ada kelanjutan yang pasti. (berita: jppn.com) Atau yang masih hangat dalam ingatan soal track record HR adalah kasus tabrakan anaknya, Rasyid Amirullah Rajasa (RAR). BMW X5 yang dikendarai RAR menabrak Luxio di Tol TMII dan memakan dua korban jiwa. Kejadian yang menimpa sekitar Januari 2014 ini nampak kabur. Segala dugaan memihaknya aparat hukum pun muncul di fikiran publik. Mulai dari keberadaan RAR yang sempat 'disembunyikan'. Lalu mobil BMW X5 yang ditutup-tutupi oleh Kepolisian. Sampai  terakhir, hukuman RAR yang hanya 6 bulan percobaan dan hukuman pidana 5 bulan. Yang sempat mengguncang dunia sosmed saat HR mengutarakan kesetaraan hukum pada Debat Capres sesi 1 dulu. Apapun hal diatas, ini hanya analisis sederhana saya. Pengamatan yang memberikan alternatif non-mainstream dari Pilpres yang semakin memanas ini. Dan saya pun tetap pada pilihan Capres-Cawapres saya sendiri nantinya. Salam, Solo 29 Juni 2014 10:44 pm




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline