Lihat ke Halaman Asli

Giri Lumakto

TERVERIFIKASI

Pegiat Literasi Digital

Terima Kasih Black Campaign

Diperbarui: 18 Juni 2015   07:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(grafik: politicawave, ilustrasi: satutimor.com)

[caption id="" align="aligncenter" width="490" caption="(grafik: politicawave, ilustrasi: satutimor.com)"][/caption] Dengan tidak sama sekali mendukung black campaign. Ataupun ingin mengulangi hal ini di masa datang. Sepatutnya saya juga mengucapkan terima kasih pada black campaign. Mungkin banyak yang heran atau acuh. Namun jika ditelisik lebih dalam, ada hikmah positif dari black campaign. Namun, tetap dihati ini berdoa kebaikan pada black campaigners. Mereka telah bersusah payah menyusun grand design black campaign pada Pilpres 2014 ini. Mau menghabiskan fikiran dan tenaga mengarang hal-hal yang mustahil dan irasional. Dan rela anak cucu mereka disuguhi jerih keringat yang bernoktah fitnah dan umpatan publik. Namun, itulah kerja mereka selama Pilpres 2014 ini. Semoga Tuhan memberi mereka kebaikan suatu saat nanti. Dan sungguh jika kita membaca media, bombardir black campaign pada salah satu kubu Capres seolah tiada habis. Dari isu primodial kesukuan, keturunan dan agama, sampai isu konspirasi ala komunis, Zionis dan penghancuran negara ini. Semua jor-joran diberitakan. Sampai rela susah payah menerbitkan tabloid sampah yang biayanya tidak sedikit. Hebatnya, semua fitnah keji yang muncul, seolah ditembak balik oleh oknum yang ada. Black campaign yang dibuat sengaja direkayasa untuk menyakiti diri sendiri. Demi mengundang simpati salah satu Capres dan rasa kasihan. Dan hal ini terus diulang-ulang sedemikian rupa di media. Ujung-ujungnya, pelanggaran yang ada seolah dibiarkan dan ditutup-tutupi. Oknum terkait seolah taken for granted, dan penyeselesainnya seolah samar. Ada grand design yang sangat rapih telah disusun. [caption id="" align="aligncenter" width="521" caption="(ilustrasi: declanshin.com)"][/caption] Sosial Media dan Portal Berita, Corong yang Sempurna Era kebebasan (kadang tanpa batas) media menjadi corong sempurna black campaign. Sosial media yang kini menjadi referensi berita terkini menggantikan word of mouth. Akun-akun sosmed yang seolah intelijen dibuat demi menyebarkan virus-virus black campaign. Plintar-plintir berita sampai utak-atik foto ala orang pintar tapi keblinger di-tweet, di-share atau di-blog di sosmed. Apalagi dibuat dengan hirarki sistem bot. Dimana satu akun yang mem-posting satu info, makan ribuan bahkan jutaan akun lain (bot) akan men-tweet, men-share, atau me-reblog otomatis info yang ada. Tak ayal, jika menjadi trending atau di-share dan di-reblog puluhan ribu kali. Info ini difahami gelap mata dan semena-mena. Timbullah bibit kebencian pada salah satu Capres. Belum lagi kepincangan media berita di televisi. Dengan tak-tik ala propaganda, salah satu Capres terus menerus diliput. Dengan sedikit Capres bersebrangan ditampilkan. Agar seolah-olah TV berita tersebut berdiri netral. Tetap, publik tahu dan faham siapa pemiliknya. Semua berdasar sistem ABS (Asal Bapak Senang), atau ada agenda-agenda tersendiri yang terjadi behind the scene. Dampaknya, publik akan menuding semua berita di TV berita satu menyesatkan. Begitupun kata pemirsa salah satu TV berita tetangga. Seolah telah dicuci otak dan pemahamnya, publik tergiring dan terkotak berdasar selera salah satu TV berita. Bagai bebek-bebek yang diangon (digembala), semuanya akan ikut pada si angon (penggembala), TV berita. Lihat saja mereka yang tinggal di desa, dan hanya memiliki akses televisi. Black Campaign, Apapun Itu, Terima Kasih Pilpres ini pun saya kira lebih greget dan tegang. Masing-masing kubu Capres berlomba meraih dukungan. Walau terpaan black campaign disana-sini. Dan oknum-oknum yang terlibat hanya bisa dituding tanpa bisa dipidana. Black campaign memberikan kita hikmah positif. Perjuangan tanpa lelah entah itu Panasbung atau cyber army, berhasil. Dalam hal ini berhasil menggeliatkan antusiasme pemilih. Pun berhasil menggugah keingintahuan para pemilih atas Capres yang didukungnya. Serta menggeliatkan emosi memilih salah satu Capres. Sehingga, ada panggilan jiwa yang murni untuk menyumbangkan suara demi Indonesia lebih baik. Black campaign telah dengan tidak sadar menggeliatkan antusiasme pemilih di Pilpres 2014 ini. Pemilih muda yang terus memantau dunia sosmed atau pemilih sepuh yang selalu menonton televisi, akan pasti melihat black campaign yang ada. Dalam fikiran mereka, pasti tersirat, 'Tuh kan bener kalau si Capres ini,..". Atau sebuah konfirmasi dalam hati "Haduh ternyata si Capres ini...". Lalu diobrolkan di warung kopi, kantin kantor atau tempat nongkrong pojok-pojok kelurahan dan Puskesmas. Teman yang bersebrangan pilihan Capres akan berdebat. Menggunakan 'fakta' dari sosmed atau berita, perdebatan terjadi. Perdebatan akan semakin panas, semua antusias, semua bergas. Antusiasme yang tidak hadir dalam Pileg atau bahkan Pilpres 2009 lalu. Black campaign pun telah menggugah keingintahuan para pemilih. Baik pemilih pemula atau kawak, ada rasa ingin tahu yang timbul gegara black campaign yang beredar. Dalam fikir mereka, "Ah masa iya Capres ini...?", atau "Beneran itu isu bla, bla, bla pada Capres ini..?". Dasar manusia sejatinya adalah curiosity (keingintahuan). Serupa dramaturgi dalam liturgi agama soal Adam dan Hawa (Adam and Eve). Dimana keingintahuan akan buah khuldi menjebloskan mereka ke dunia. Begitupun dalam Pilpres ini, pemilih yang antusias akan merasa ingin tahu. Menjawab pertanyaan dari black campaign yang beredar. Dan sejatinya manusia, ingin tahu ini didasarkan atas mencari kebenaran. Walau kebenaran relatif, namun manusia harus punya satu pijakan. Dan saya sendiri pun mengalaminya. Seiring ingin tahu kebenaran black campaign, seiring pulalah saya mengenal lebih dalam sosok kedua Capres. Dan dari kedua aspek diatas, muncullah emosi dalam mendukung Capres jagoannya. Hal ini sudah paling dasar dan hakikat dalam diri pemilih. Kalau sudah berbicara emosi atau perasaan hati, memilih Capres nomor 1 saja atau 2 saja, titik. Tidak akan berpindah ke lain hati. Di dukung habis-habisan dan walau cenderung membabi buta. Namun itulah pemlih pro salah satu Capres dengan pribadinya masing-masing. Ada kukuh membela, ada pula yang sumeleh (bijak) dalam menyikapi perbedaan pilihan Capres. Konsekuensinya, ada kecenderungan praktek money politic yang minim. Karena emosi telah menyetir hati untuk memilih salah satu Capres. Duit atau parcel Lebaran tidak akan menggoyahkan pilihan. Karena ini bicara masalah emosi yang mengakar menjadi prinsip pilihan 9 Juli nanti. [caption id="" align="aligncenter" width="432" caption="(ilustrasi: ramalanitelijen.net)"][/caption] Jangan Sampai Black Campaign Terulang (Atau Diulang) di Pilpres Masa Datang Cukuplah sejarah kelam Pilpres dengan maraknya black campaign sampai pada Pilpres 2014 saja. Saya rasa tidak ada yang ingin mengulang atau melihat drama hitam dalam Pilpres ke depan. Semoga cukup dibuku-buku sejarah politik di Indonesia, black campaign menodai Pilpres 2014  saja. Tidak ingin rasanya berbagi cerita kelam ini dengan anak cucu kita nanti. Seolah menggambarkan kekejian barbarik demokrasi dan kebablasan media dan oknum dalam mencoba menduduki kekuasaan. Wahai para black campaigners, berhentilah. Masih inginkah menghidupi keluarga dan mengebulkan dapur dengan caci maki dan fitnah yang kalian buat. Cukuplah memberikan uang-uang haram pada diri dan keluarga kalian, hasil mengarang cerita dengan grand design keji dan sarkastik. Stop bersembunyi di bawah kangkangan penguasa yang haus dan rakus kuasa. Atau dari para cukong yang meng-orkestra devide et empera bangsa ini. Cukup, hentikan! Dan tulus saya haturkan doa kebaikan kepada kalian. Doa agar Tuhan yang masih cinta umatnya, menyadarkan kalian. Memberikan jalan hidup dan penghidupan yang lebih baik dan bermoral. Memberikan diri dan keluarga ketentraman di negri ini. Entah siapapun nanti presidennya. Tetap, semua ingin bersatu mensejahterakan negri. Salam, Solo 07 Juli 2014 11: 46 am




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline