Lihat ke Halaman Asli

Giri Lumakto

TERVERIFIKASI

Pegiat Literasi Digital

Pengalaman Saya Melahirkan (Bagian 3)

Diperbarui: 17 Juni 2015   23:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="" align="aligncenter" width="359" caption="(ilustrasi: zbrushcentral.com)"][/caption] Sebelumnya, Bagian 2 Tali pusat si kecil terlihat semakin menumbung di jalan lahir istri. . .

Sambil tetap melihat tali pusat yang menumbung di jalan lahir, bidan Yessi tetap tenang dan meminta kami semakin mesra. Mengumpulkan kekuatan cinta untuk si kecil yang juga berjuang dengan cintanya. Hampir pukul 4:00 subuh, bukaan 8 pun terjadi. Bidan Yessi dan saya dapat melihat rambut si kecil. Betapa hati saya berbunga. Istri pun tersenyum bahagia. Walau tali pusat semakin membesar karena terjepit jalan lahir. Kami tetap yakin untuk meneruskan kelahiran normal di air.

Karena begitu semangat, istri saya hampir selalu ingin mengejan. Bidan Yessi mencoba mencegah. Dan saya tetap kuatkan hati dan fisik istri. Tidak perlu terburu. Ikuti saja tubuh dan si kecil untuk membuka dan menemukan jalannya.  Walau tali pusat yang menumbung menghalangi jalan lahir si kecil, istri, saya dan bidan Yessi tetap percaya sepenuhnya. Dan seolah kami sudah terhubung dengan si kecil. Bahwa si kecil mampu mencari jalan lahirnya sendiri.

Beberapa kali istri meminta minum air putih dan cemilan sekadarnya. Menikmati kelahiran yang memang sudah kami rencanakan. Berdua memberdayakan diri untuk melahirkan si kecil. Dengan dibantu bidan Yessi, kami yakin kami bisa. Sebuah pengalaman yang juga diabadikan para asisten Bidan Kita. Sebuah pengalaman yang patut kami banggakan dan ceritakan pada si kecil nanti. Jika kelahirannya disambut dengan cinta. Semuanya indah dan ayah ibu sudah sangat siap meluapkan kerinduannya. Dan, kami sambut ia dengan cinta.

Rambut si kecil sudah mulai terlihat jelas di jalan lahir. Syukur, tali pusat sudah tidak tersangkut. Tepat saat wajah si kecil mulai terlihat, tali pusat sudah tidak menghalangi jalan lahir. Istri mencoba mengatur nafas dan mencoba memahami keinginan mengejan. Bidan Yessi terus tanpa kantuk berada di samping kami. Tangan istri terus saya genggam. Bisikan semangat dan doa selalu saya haturkan ke telinga istri. Terus tersenyum dan mencoba menikmati momen melahirkan si kecil.

Sayup-sayup adzan Shubuh terdengar dari jauh. Si kecil sudah terlihat kepala dan bagian lehernya. Dengan sedikit mengejan dan mengatur nafas perut, si kecil lahir. Lahir tepat di tangan saya. Menyentuh dan merasakan si kecil di dalam air. Menikmati sensasi kulit si kecil di tangan saya. Dengan berucap syukur, istri menangis bahagia. Menghela nafas lega dan mencoba melihat si kecil di genggaman saya.

Seolah, bidan Yessi tahu dan faham momen ini. Ia membiarkan saya menyentuh si kecil, pertama kali. Merasakan lahirnya si kecil untuk melahirkan saya menjadi seorang ayah. Melepaskan kerinduan kami, orangtuanya dengan menyentuhnya pertama kali. Membahasakan sambutan cinta dengan menyentuh langsung si kecil. Buat seorang ayah seperti saya, menyentuh si kecil juga melahirkan saya menjadi orang yang baru.

Si kecil mencoba mencari puting susu istri saya . . . Bersambung . . Bagian 4




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline