Lihat ke Halaman Asli

Giri Lumakto

TERVERIFIKASI

Pegiat Literasi Digital

Géting, Nyanding

Diperbarui: 17 Juni 2015   21:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(ilustrasi: amalia-k.blogspot.com)

[caption id="" align="aligncenter" width="420" caption="(ilustrasi: amalia-k.blogspot.com)"][/caption] Sebuah pameo Jawa, 'Géting, nyanding' atau dalam bahasa Indonesia dari benci jadi terus bersama cocok disandingkan ke polemik politik paska Pilpres saat ini.  Saat Koalisi Merah Putih (KMP) akhirnya menguasai parlemen dan akan bekerja bersama Koalisi Indonesia Hebat (KIH) plus Jokowi. Sebuah kepastian dalam sistem yang memang sudah digadang bakal tercipta pra-Pilpres. KMP yang 'gendut' akhirnya mampu mem-bully si ramping KIH di parlemen. Dan ini kepastian karena sistem musyawarah gaya baru, alias voting. Dua kubu, KMP-KIH, yang sejatinya disulut dengan adu jago. Gegara 'bertarung' jago Capres Prabowo-Jokowi, mereka seolah saling membenci. Sampai saat ini, mereka seolah saling membenci. Namun akhirnya bersama lagi. Yang tadinya KMP dengan dikompori Prabowo dan Hasyim mem-bully habis-habisan kubu Jokowi dan KIH. Kini KIH pun sudah tersulut turut membenci. Lihat saja bagaimana alotnya saat rapat Paripurna untuk Pimpinan DPR/MPR. Pihak KIH secara tersurat memperlihatkan perjuangannya untuk mendapat kursi Pimpinan DPR/MPR. Namun secara tersirat membenci jika KMP sampai berkuasa di Parlemen. KIH sudah juga turut membenci KMP. Mungkin karena sudah terlalu lama di-bully KMP pra-Pilpres dan sampai sekarang. KIH jengah, dan berusaha melawan. Walau hasilnya, si gendut KMP tetap saja menang. Pasti saat ini KIH dongkol. Namun sepertinya tidak dengan Jokowi, usungan KIH nampakny tenang-tenang saja. Seolah semua baik-baik, karena ranah eksekutif yang dipegangnya memang berbeda. Isu pemakzulan atau impeachment (pemecatan) Jokowi oleh DPR, sepertinya sulit dilakukan. Namun, Jokowi plus jajaran mentrinya tentu lebih punya kuasa. Tingkat eksekutif dengan puluhan mentri plus birokrat dibawhnya tentu akan berpengaruh besar. Walau KIH mencoba menjaga 'lancarnya' pemerintahan Jokowi-JK dengan 'menguasai' pula tingkat legislatif. Tapi apa lacur, karena koalisi ramping KIH faktanya dihajar habis oleh si gemuk KMP. Tresno Jalaran Soko Kulino Setelah saling KMP-KIH saling membenci dengan gayanya, sudah waktunya mereka memadu 'kasih'. Dalam pameo Jawa Tresno Jalaran Soko Kulino, atau mencintai karena terus bersua. Walau pra-Pilpres atau bahkan pra-Pileg, wajah-wajah lama politisi Senayan sudah akrab. Namun, dengan 'pengkotakan' ala KMP-KIH, mereka kembali bertarung. Dan walau hampir 90% wajah lama menghiasi bangku parlemen, ada rasa saling bersaing yang kembali muncul. Nah, dengan sudah akrab dan seringnya bertemu ini, KMP-KIH nanti akan timbul saling menyukai. Akhirnya saling berpadu membangun pemerintahan Jokowi-JK, bersama. Tentunya, sudah lelah politisi KMP-KIH saling beradu argumen dan fikir cuma untuk kekuasaan. Sekarang dua kubu sudah mendapat domain kuasanya. Sudah cukup pula mereka mencari penghidupan di tingkat Parlemen. Ada waktunya, dan itu harus cepat terjadi, KMP-KIH saling membangun. Walau tidak frontal menyatakan KMP-KIH akan bersama membangun bangsa. Atau malah menandatangani perjanjian atau prasasti. Namun dengan cara KMP-KIH plus Jokowi-JK sendiri. Cara yang lebih dinamis dan alami. KMP mengkritisi kinerja Jokowi-JK yang tidak pro-rakyat. Atau sebalikya, KIH plus Jokowi-JK mengkritisi serangkaian RUU yang dirasa merugikan rakyat. Adalah cara yang lebih dinamin dan alami rasa saling mencintai di antara mereka. Sebuah dinamika politik dan birokrasi yang memang harus ada atau alamiah terjadi. Tidak terbayangkan jika KIH menguasai Parlemen dan KMP terpojok menjadi oposisi. Lalu merasa punya kuasa KIH plus Jokowi-JK balik mem-bully KMP yang 'terpojok'. Sudah kalah Capresnya, juga tidak menguasai Parlemen, KMP tentu akan terus berjuang dengan caranya. Dinamika KMP-KIH plus Jokowi ini seolah digariskan demikian. Dari géting nyanding, lalu menjadi tresno jalaran soko kulino. Segala perbedaan ini, tentunya akan menjadi dinamika konstruktif jalannya pemerintahan Jokowi-JK. Dengan berharap pula, kita sebagai rakyat mereka mampu membawa Indonesia lebih baik. Artikel yang lebih pesimis ala saya mengenai hal ini Habis Gelap Terbitlah Perang. Salam, Solo, 09 Oktober 2014 09:32 am




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline