Lihat ke Halaman Asli

Giri Lumakto

TERVERIFIKASI

Pegiat Literasi Digital

Semoga Raffi-Gigi Tidak Lupa Hal Ini Setelah Menikah

Diperbarui: 17 Juni 2015   20:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(foto: liputan6.com)

[caption id="" align="aligncenter" width="471" caption="(foto: liputan6.com)"][/caption] Glamor dan megahnya prosesi pernikahan Raffi-Gita (Gigi) membuat kita iri. Wajar saja, mulai dari prosesi adat, ijab-kabul, sampai resepsi yang diadakan di Jakarta dan Bali, memakan biaya sampai 10 milyar. Sebuah angka fantastis untuk orang seperti saya. Sebuah prosesi pernikahan yang dianggap paling mewah. Tentunya karena diliput seharian dan eksklusif oleh dua stasiun TV swasta di Indonesia. Belum lagi para pejabat, publik figur, dan selebriti lain yang juga diundang dan datang. Etalase dan pamer pakaian mewah pula ditampilkan oleh TV. Penyanyi yang menghibur pun bukan organ tunggal pada umumnya. Musisi dan band keren seperti Armand Maulana dan Kahitna menghibur penonton. Serupa prosesi impian semua orang Indonesia. Jauh dibalik hingar-bingar dan sorotan mata dan TV atas prosesi pernikahan Raffi-Gigi. Ada satu hal yang patut pasangan ini ingat setelah prosesi pernikahan. Selain menikah adalah menikahi seluruh anggota keluarga. Menikah pun akan menyandang gelar ayah-bunda. Sebuah gelar abadi untuk pasangan yang telah menikah. Terutama saat sang bunda mengandung dan melahirkan. Gelar ayah-bunda yang tidak membutuhkan kontrak. Dan, Raffi-Gigi tentunya akan mempersiapkan kehamilan dan kelahiran sang buah hati. Gagal Paham Mempersiapkan Kehamilan dan Kelahiran Banyak dari selebriti dan orang pada umumnya, gagal memahami mempersiapkan masa kehamilan dan proses melahirkan. Yang umumnya dipahami, mempersiapkan masa kehamilan adalah beli baju hamil. Ada pula yang sibuk membeli susu hamil. Juga ada yang siap-siap mau 'ngidam' apa saat hamil nanti, Sebab, ibu hamil terkadang mensugesti mitos 'ngidam' sebelum hamil. Sehingga saat hamil, ngidam pun muncul. Untuk ibu dengan karir, jauh hari sudah mengatur jadwal cuti. Namun, saat cuti banyak pula sekadar liburan hamil. Dengan kata lain, tidak melakukan apa-apa. Atau ada pula yang mempersiapkan hamil dengan mngikuti senam hamil. Jalan-jalan pagi atau sore hari untuk menenangkan diri. Tidak, tidak ada yang salah dengan hal diatas dalam mempersiapakan diri di masa kehamilan. Kebanyakan ibu hamil, kurang mau dan mampu memberdayakan diri saat kehamilannya. Yang banyak difokuskan adalah ranah 'eksternal'. Seperti meminum susu, vitamin, atau suplemen kehamilan hanya menyentuh faktor eksternal. Hal ini baik memang untuk janin, dan disarankan. Sayangnya, hal penting ranah 'internal' kadang luput pada masa kehamilan. Padahal, ranah internal ini yang menentukan sukses melahirkan dengan aman, nyaman dan bahkan menyenangkan. Ibu hamil kadang mengalami trauma kehamilan yang terpendam jauh di alam bawah sadar mereka. Dan memori ini semakin kuat, jika ibu hamil atau perempuan pada umumnya menyaksikan gambaran melahirkann yang penuh peluh dan kesakitan. Sehingga, trauma saat dilahirkan ditambah gambaran 'horor' melahirkan luput dari pandangan pasangan. Memberdayakan diri untuk menghipnosis atau mensugesti diri untuk kehamilan aman dan nyaman harus dilakukan. Melakukan yoga atau mengubah mindset dengan hypno-birthing dapat meminimalisir hal ini. Melakukan yoga memberdayakan fisik ibu hamil. Ditambah penguatan afirmasi positif pada fikiran dengan program hypno-birthing akan membuatkan masa kehamilan menyenangkan. Tentunya, kombinasi keduanya membuat kehamilan minim resiko lahir caesar dan minim trauma. Tidak harus mengikuti program di klinik atau tenaga kesehatan terdekat untuk dua hal diatas. Dengan otodidak atau banyak membaca dan melakukan pratik yoga dan hipnosis diri. Hasil serupa hypno-birthing dan pemberdayaan fisik dengan yoga bisa diraih. Intinya adalah komitmen dan konsistensi pasangan, baik ayah atau ibu. Karena jika salah satu pasangan tidak berkomitmen atau tidak konsisten, pemberdayaan diri ini sulit didapat. Masa kehamilan yang berlangsung sekitar 40 minggu, membutuhkan konsistensi selama 9 bulan memberdayakan diri. Lebih lagi, komitemen untuk masa hamil menyenangkan dan berdaya saat melahirkan adalah fondasi awal yang kokoh. Terlepas dari pasangan berbeda tempat karena pekerjaan misalnya, pemberdayaan diri ini saling menguatkan dengan komitmen. Pemberdayaan Diri, Untuk Semua Untuk Menyambut Buah Hati Hal inilah, yang patut disadari oleh pasangan Raffi-Gigi. Bahkan bukan hanya mereka. Untuk yang hendak menikah. Bahkan yang akan mendapat buah hati kedua atau kesekian kalinya. Tidak ada kata terlambat untuk memberdayakan diri. Sebuah hal yang kadang luput dari pemahaman mempersiapkan masa kehamilan dan kelahiran. Suatu ketika ada berita yang menayangkan betapa mewah seorang selebriti menyiapkan kamar sang calon buah hati. Atau banyak sekali pakaian dan baju baju calon buah hati yang sudah dibeli. Seolah, itulah makna menyambut sang buah hati. Hal ini hanya bagian kecil dari cara pasangan menyambut buah hati. Memberdayakan sang ibu sekaligus sang ayah secara fisik, emosional, mental dan sisi mindset adalah yang paling utama. Menambahkan nutrisi baik dilakukan. Namun hasilnya tidak akan baik jika ibu hamil tidur saja dan menuruti ngidamnya. Melakukan senam hamil dan yoga jika tidak diiringi mengubah mindset soal melahirkan, pun tidak maksimal hasilnya. Meminimalisir trauma melahirkan tidak hanya bermanfaat untuk sang ibu. Tetapi juga untuk sang buah hati kita nantinya. Melahirkan dengan rasa aman dan nyaman, dan normal adalah impian ibu hamil. Sudahkah kita mempersiapkan hal ini? Semoga pasangan baru Raffi dan Gita Slavina akan mau dan mampu melakukannnya. Salam, Solo, 21 Oktober 2014 11:50 am




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline