Lihat ke Halaman Asli

Giri Lumakto

TERVERIFIKASI

Pegiat Literasi Digital

Nyalip Mobil Aparat, Windi Malah Mau Didor

Diperbarui: 17 Juni 2015   15:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

14180934982012778704

[caption id="attachment_381553" align="aligncenter" width="450" caption="(ilustrasi: chinadaily.com)"][/caption]

Lagi, aksi koboi aparat dengan senjatanya terjadi. Kali ini di Malang dan korbannya hampir kehilangan nyawanya. Gegara menyalip mobil Kijang milik seorang aparat Ditpolair, Windi hampir di-dor si aparat. Kejadian yang terjadi di Jalan Tol Dupak arah Waru Sidoarjo Jawa Timur. Bukan cuma sekali mobil Toyota Vios Windi ditembak, tapi tiga kali. Windi pun memilih berhenti dan mencari aman. Daripada nyawa melayang konyol. Entah karena emosi atau stress pekerjaan, nampaknya aparat bersenjata belum cukup dewasa untuk bersikap. Karena disalip saja, mampu menyulut jiwa buas untuk mencelakai dan mengambil nyawa orang. Saya tidak habis pikir.

Awalnya, Brigadir N membuka kaca mobilnya dan mengacungkan pistol. Kemudian dia mengarahkan pistolnya ke aspal dan menembakkannya.

Selanjutnya, bidikan kedua, Brigadir N mengarahkan pistolnya ke mobil Windi. Sayangnya, tembakan kedua ini meleset dan mengenai mobilnya sendiri di bagian sisi kanannya.

Makin jengkel, Brigadir N kembali mengarahkan pistolnya yang kali ketiga. Kali ini tembakannya mengenai sasaran. Pelurunya mengenai kap depan mobil Toyota Vios yang dikendarai Windi. Karena ketakutan, Windi langsung menepikan mobilnya dan berhenti. (berita seperti dikutip yahoo.co.id dari merdeka.com)

Menenteng Senjata = Menenteng Tanggung Jawab Besar

Saya bukan saksi atau menjadi Windi untuk bisa paham benar masalah salip-menyalip. Namun jika sudah membahayakan nyawa seseorang, pasti ada yang tidak beres. Masalah yang kadang menjadi momok saat berkendara, menyalip dan tidak terima. Lalu salah satu pihak tidak terima dan menyalip kembali dengan mengegas atau membunyikan klakson berulang kali. Tentunya menyulut emosi, siapa pun mereka. Lebih tidak wajar, jika aparat yang terlibat salip-menyalip dan tidak terima menodongkan senjatanya. Bukannya melindungi orang biasa dengan senjatanya. Kini malah berubah menjadi ancaman.

Ternyata, wacana tes psikologi untuk aparat bersenjata belum juga memberikan dampak. Entah apa yang diteskan atau dibuat instrumen pengukuran kesiapan psikologis seorang aparat. Ataupun divisi atau bagian mana dalam struktur organisasi keaparatan. Semua kembali ke individu aparat masing-masing. Mungkin saja secara test seorang aparat layak dipersenjatai. Namun di kehidupan sehari-hari, senjata tak lebih dari simbol menakut-nakuti orang. Atau bahkan mencelakai orang lain.

VIVAnews - Ratusan anggota kepolisian Resort Sukabumi Kota, menjalani tes psikologi penggunaan senjata api, Kamis, 4 September 2014."Ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kecerdasan, intelektual, dan kelayakan anggota untuk memegang senjata api dalam bertugas," kata Gatot.

Gatot menambahkan, selain untuk menguji kelayakan anggota dalam memegang senjata api. Hasil tes ini akan menentukan, anggota mana saja di kesatuan Polres Sukabumi Kota yang layak menggunakan senjata api dalam bertugas. (berita: vivanews.com)

Tentu, kisah penyalahgunaan senjata oleh aparat itu sendiri kejadian yang kasuistik. Bisa saja terjadi 1 diantara 1.000 atau 10.000 aparat di Indonesia. Dan belum ada penelitian lanjut yang saya tahu tentang ini. Tentunya pula saya yakin, menakut-nakuti, menodong bahkan sampai menembakkan senjata ke arah warga sipil tidak diinginkan seorang aparat. Semua terjadi karena khilaf dan gelap mata. Kemarahan, stress, atau beban kerja dan hidup tentunya akan tersulut dengan hal sepele. Karena disalip kendaraan sekalipun, menjadi hal penyulut tindakan sembrono ini.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline