Lihat ke Halaman Asli

Giri Lumakto

TERVERIFIKASI

Pegiat Literasi Digital

Horor Singkat Tercekat #15

Diperbarui: 7 Maret 2016   13:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(ilustrasi: corearchitect.co.uk)

[caption id="" align="aligncenter" width="518" caption="(ilustrasi: corearchitect.co.uk)"][/caption]

Hampir pagi menjelang, ku terbangun di tempat tidur. Ku bayangkan beberapa kado di bawah pohon Natal keluarga kami. Yang paling berkesan adalah kado kakakku. Sudah tiga kali Natal ini ia selalu memberi kado penuh kejutan. Tahun kemarin ia memberiku kado berisi batu bata. Tapi ternyata ia memberiku tiket konser band kesayanganku. Kini ku berdiri di depan pohon Natal di ruang tamu. Ada kado dari kakakku? Ku buka kadonya sambil terus bertanya. Isinya hanya tanah dan bunga-bunga mawar dan melati. Seperti tanah dari pemakaman. Hatiku tercekat. Kakakku sepertinya tidak lupa memberiku kado di Natal kali ini. Karena kakakku sudah meninggal 3 bulan lalu.

- - o - -

Semua bayang dan imaji melintas begitu cepat. Mulai dari wajah anakku saat ia berusia 2 tahun. Wajah mendiang ibuku yang selalu penuh kasih. Sampai imaji tempat-tempat yang selalu ku kunjungi saat ku sepi dan menyendiri. Rasa takut dan sedihku hilang. Yang ku rasa hanya sepi dan hampa. Tepat saat kedamaian hinggap di hatiku, terasa hempasan hebat di kepalaku. Tubuhku jatuh di aspal setelah ku jatuhkan diri dari lantai 15 kamar apartemenku.

- - o - -

"Nih, nanti kakek duduk disini. Angelique di situ ya." Anakku Angelique sibuk bermain minum teh di meja kecilnya. Ia senang sekali main dengan tetanggaku, seorang kakek, Ku coba tidak hiraukan dan menahan rasa takutku. Karena ia bermain dengan arwah sang kakek sebelah rumah yang sudah meninggal 3 hari yang lalu.

- - o - -

Kristi melangkahkan langkahnya ke arah gerbang kecil di samping katedral. Ia selalu sempatkan diri untuk memberi sedekah untuk seorang pemulung di samping katedral. Setelah kongregasi misa selesai pukul 9 malam, ia menemui bu Parti. Seorang pemulung yang sengaja mencari hidup di Jakarta. Ia tinggal di gerobaknya yang dijadikan rumah. "Ini bu Parti, sedikit sedekah dari saya. Semoga bermanfaat" ucap Kristi. "Aduh mba.. Mba begitu baik. Saya ga bisa balas apa-apa. Hanya doa saya dari surga ya mba." berkaca-kaca ia berterima kasih. "Iya bu terima kasih doanya." Lalu Kristi pun melangkah menuju mobilnya, saat petugas security menghampirinya. "Bu Kristi. Maaf. Tadi ibu berbicara dengan siapa di pintu kecil itu ya?" tanya pak petugas. "Oh, dengan bu Parti pak. Kenapa ya memangnya pak?." "Lho, bu Kristi kok ketemu bu Parti? Dua hari lalu bu Parti ditemukan meninggal di gerobaknya. Ada beritanya kok di koran bu." jelas pak petugas. Terdiam dan terharu, Kristi menangis. Dalam hatinya, pantas bu Parti bilang hendak mendoakannya dari surga.

Cerita lainnya: #1#2#3#4#5#6#7#8#9#10#11#12#13 | #14

Salam,

Tangerang 25 Desember 2014

10:03 pm




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline