Lihat ke Halaman Asli

Giri Lumakto

TERVERIFIKASI

Pegiat Literasi Digital

Horor Singkat Tercekat #24

Diperbarui: 7 Maret 2016   13:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(ilustrasi: mysteryoftheiniquity.com)

[caption id="" align="aligncenter" width="576" caption="(ilustrasi: mysteryoftheiniquity.com)"][/caption]

Aku selalu merasa saat aku membaca malam ini, ada sesuatu mengawasi ku dari belakang. Entah siapa atau apa itu. Ada perasaan aku sedang diawasi. Sedang diperhatikan dengan seksama. Aku tidak berani menengok ke belakang. Karena mungkin saja ia berwajah mengerikan. Karena beberapa kali ku dengar lenguhan nafasnya seperti orang yang penuh amarah.

- - o - -

"Bu, seragam putih dede udah jelek. Minta beliin yang baru" rengek putraku yang baru kelas 3 SD. "Lho, ini baru beli bulan kemarin kan de? Masa beli lagi?" terangku. "Ga mau, ga mau. Seragamnya udah ga putih. Dede mau yang putih bu, yang bersih itu lho bu..." rengek dan manjannya menjadi. Menangis dan mencoba mengurai makna pertanda. Itulah ucapan putraku dua hari lalu. Sebelum ia kini tiada. Ia mengalami kecelakaan dalam perjalanan pulang ke rumah. Ia mengenakan seragam putihnya yang baru. Berwarna putih, bersih.

- - o - -

"Lin..Lin bangun!" sergah Novi membangungkan Linda. Terbangun, nafas Linda seperti orang usai berlari. "Kamu mimpi buruk lagi Lin?" tanya Novi. Alih-alih menjawab Linda diam tercekat. Diam menatap Novi, Linda terbungkam diam. Tersengal, Linda terbangun. Mimpi buruk dibangunkan Novi sudah tiga malam menghantuinya. Novi teman sekamar kos Linda, baru saja meninggal 7 hari lalu. Novilah yang selalu membangukan Linda jika ia mimpi buruk. Kini Novilah mimpi buruk itu.

- - o - -

"Permisi pak, numpang tanya?" berdiri di luar pagar pengantar paket itu bertanya pada seorang bapak. "Ya, tanya apa mas?" angkuh, si bapak membalas. "Ini betul jalan Kenanga pak?" "Ya betul." singkat dijawab. "Rumah pak Hamdi, no 24 yang mana ya pak?" tanya si pengantar paket mulai risih. "Ini rumah pak Hamdi!" ketus jawab si bapak. "Berarti bapak pak Hamdi? Tolong tanda tangan... " sambil mengambil paket dalam tasnya. "Saya bukan pak Hamdi!" ketus kembali si bapak menjawab. Mulai tidak nyaman, si petugas paket berkata "Pak ini sudah magrib, tinggal paaa.." Belum sempat selesai, si pengantar paket diam berdiri tercekat. Di hadapannya hanya rumah kosong terbengkalai. Tepat di depannya, sesosok hitam diam berdiri menatap nanar si pengantar paket.

- - o - -

Sinta yakin kalau teman-teman kosnya sudah pulang kampung semua. Sudah dua malam ini, ada seseorang yang bolak-balik di depan kamarnya. Kemarin ia sudah tanya ibu kos, ternyata ia tidak mondar-mandir malam hari. Lalu siapa? Malam ini Sinta akan lihat siapa yang bolak balik di depan kamarnya. Tepat pukul 11, Sinta mendengar langkah kaki di depan kamarnya. Ia segera buka pintu kamarnya. Dan terlihat Enggar teman kosnya yang tinggal 4 kamar di samping kamar Sinta berlalu. "Nggar, Enggar.." Sinta memanggil Enggar. Namun Enggar segera masuk ke kamarnya. Sinta bergegas menuju kamar Enggar. "Tok tok tok... Enggar..Nggar??" Sinta penasaran keberadaan Enggar. Ia coba intip jendela kamarnya. Yang Sinta lihat sungguh mengerikan. Enggar tergeletak bersimbah darah kering dan bau anyir. Darah yang keluar dari lengannya sudah mengering di lantai. Selama ini, Enggar seperti mencoba menyampaikan kematiannya pada Sinta. Bergidik dan ketakutan, Sinta berfikir dan segera berlari melapor ibu kos.

Cerita lainnya: #1#2#3#4#5#6#7#8#9#10#11#12#13#14#15#16#17#18#19#20#21#22 | #23

Salam,

Bandung, 26 Februari 2015

11:26 pm




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline