Lihat ke Halaman Asli

Zombie-zombie JKN

Diperbarui: 17 Juni 2015   13:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

142020802187136045

Zombie Zombie JKN

Mungkin kita sudah tidak asing  mendengar kata zombie. Dalam arti sebenarnya (horror), zombie bisa dikatakan sebagai mayat hidup, namun istilah zombie ini juga dapat digunakan sebagai istilah untuk menjuluki seseorang yang tidak mempunyai orientasi dalam kehidupannya. Setiap hari hanya berkutat pada rutinitas dan beban kerja yang tinggi. Hal ini sebagian besar terjadi baik dikalangan pekerja maupun profesi lainnya, tak terkecuali tenaga kesehatan (nakes). Ketika mendengar kata zombie, saya teringat dengan kejadian beberapa minggu lalu ketika saya berkunjung ke puskesmas yang tidak jauh dari rumah saya. Dengan juteknya, frontliner puskesmas memanggil deretan pasien yang telah lama menunggu untuk bisa berobat disini. Tidak terlihat senyuman dari bibir petugas puskesmas itu dalam melayani pasien, seolah menyiratkan betapa jenuhnya pekerjaan ini dan crowded-nya pengunjung pada hari itu.  Mungkin ini adalah sebagian potret pelayanan kesehatan di negara ini yang masih perlu banyak perbaikan.

Belum lagi kondisi pelayanan rumah sakit yang bekerjasama dengan BPJS, baik rumah sakit plat merah maupun rumah sakit swasta yang makin hari makin tidak karuan. Satu sisi mereka mendapatkan banyak potensi pundi-pundi kapitasi dari peserta, namun disisi lain kualitas layanan dipandang sebelah mata alias ora urus. Tenaga kesehatan di rumah sakit, baik dari petugas penerima pasien, dokter, perawat, maupun apoteker kini memberikan pelayanan seadanya, dengan mengorbankan prinsip service excellent. Seolah mereka merasa beban kerja semakin bertambah dengan adanya program JKN ini. Ini akan berdampak serius apabila beban kerja yang senantiasa bertambah, tidak diiringi dengan program upgrading mutu layanan. Seperti kita ketahui bahwa kualitas pelayanan kesehatan sangat tergantung pada sikap, perilaku, kualitas, kompetensi serta motivasi para tenaga kesehatan. Boro-boro berbicara peningkatan kapasitas SDM rumah sakit, wong mereka aja sibuk dengan peserta yang makin hari makin membludak.

Gambaran diatas menunjukkan fenomena dan realita yang kita hadapi di ranah pelayanan kesehatan publik di republik ini. Ini merupakan ekses dan konsekuensi dari sistem baru yang diterapkan kurang lebih setahun ini. Perlu adanya perbaikan secara masif untuk mengantisipasi kebutuhan layanan kesehatan yang melonjak signifikan. Selain itu, aspek lainnya yang tidak kalah pentingnya adalah bagaimana tenaga kesehatan ini semakin berkualitas dalam memberikan pelayanan kepada semua stakeholder, khususnya pasien. Janganlah seperti zombie yang tidak memiliki orientasi kerja dan pelayanan, dimana ia selalu melayani dengan wajah dan service seadanya. Padahal logikanya, semakin banyak pasien seharusnya semakin terpacu untuk meningkatkan mutu pelayanan yang diberikan. Pelayanan yang diberikan harus melebihi harapan pasien. Misalnya kecepatan dan ketepatan petugas pendaftaran dalam menanggapi pasien, pelayanan yang ramah oleh dokter dan perawat, petugas apoteker yang siap menjelaskan segala macam seluk beluk obat yang diberikan kepada pasien, hal ini menunjukkan profesionalisme kerja para tenaga kesehatan di era pasar bebas ini. Semua harus berorientasi pada mindset service excellent, bagaimana memberikan yang terbaik untuk pasien. Institusi pelayanan kesehatan yang prima akan senantiasa memperhatikan segala aspek yang berkaitan dengan peningkatan mutu layanan, tak terkecuali kompetensi dan profesionalisme sumber daya manusianya.

Banyak PR besar yang harus diselesaikan oleh semua pihak dalam meningkatkan skill para tenaga kesehatan sebagai dampak dari kebijakan JKN. Jangan sampai mereka hanya berkutat dan berkubang pada masalah yang itu-itu aja. Perlu sinergi bersama setiap lini dan jenjang system JKN ini dalam meningkatkan kualitas SDM tenaga kesehatan yang akan berdampak positif dalam memperbaiki pelayanan yang diberikan. Mulai dari hard skill maupun soft skill-nya, rasa empathy, komunikasi asertif, dan lain sebagainya. Peran pemerintah juga penting untuk membantu mengurai permasalahan JKN ini agar ada proses perbaikan di sektor lainnya.

Mumpung semangat tahun baru, biasanya institusi pelayanan kesehatan baik puskesmas maupun rumah sakit, mereka masih bersemangat untuk menyongsong tahun baru dengan semangat baru. Ini harus dimaknai sebagai momentum peningkatan kapasitas diri para tenaga kesehatan. Jangan sampai kita melayani pasien di tahun baru dengan mindset, sikap dan etos kerja lama di tahun lalu. Harus ada peningkatan! Sebagaimana ungkapan masyhur yang berbunyi : “ Barangsiapa yang hari ini lebih baik dari kemarin, maka ia beruntung. Barangsiapa yang hari ini sama dengan kemarin, maka ia merugi. Dan Barangsiapa yang hari ini lebih buruk dari hari kemarin, maka ia celaka”.

Waallahu A'lam




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline