Lihat ke Halaman Asli

Giovanno Macario

Orang biasa yang mau cerita

Dinamika Politik

Diperbarui: 14 November 2017   08:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Machiavelli merupakan salah satu tokoh politik ternama pada zamannya. Ia menulis buku II Principle yang isinya merupakan panduan tentang berpolitik dalam negara. Dalam bukunya itu dijelaskan banyak hal tentang berpolitik, dan buku itu menjadi suatu yang kontroversial pada zaman itu. Ada yang memujinya dan ada juga yang menentang pemikiran dari Machiavelli itu. 

Salah satu teorinya adalah "kekuasaan harus diperoleh dan dipertahankan  dengan segala cara, termasuk cara cara yang melanggar moralitas dan agama". Pernyataan tentu saja menimbulkan kontroversi, bagaimana tidak, Machiavelli mengatakan bahwa termasuk cara cara yang melanggar moralitas dan agama. Hal ini perlu diluruskan, menurut saya ini adalah suatu hal yang baik karena dalam pemerintahan urusan agama dan kenegaraan tidak boleh dicampur karena menurut saya, politik dan agama memiliki tujuan yang berbeda.

Politik lebih kearah urusan kenegaraan dimana bisa kita sebut sebagai urusan duniawi. Dan didalam politik bisa saja terjadi hal hal yang sebenarnya dilarang oleh agama, misalnya saling menghujat,saling menipu, memutar balikan fakta dan sebagainya. Hal ini lumrah terjadi dalam dinamika politik karena hal itu memang pasti terjadi untuk mempertahankan kekuasaan atau mendapatkan kekuasaan.  Apa yang dikatakan Machiavelli memang benar, untuk mempertahankan atau mendapat kekuasaan pasti akan menggunakan berbagai cara meskipun hal itu harus melanggar moral.

Menurut saya memang benar antara urusan politik dan urusan agama harus dipisahkan, tidak boleh dalam satu ruang yang sama. Kita bisa lihat dinamika politik yang terjadi pada pilkada Jakarta kemarin dimana dalam masa kampanye terlihat sekali urusan politik dan agama jadi satu, apa yang terjadi? Ya , kerusuhan dimana mana.  

Mereka yang menyatukan politik dan agama, menggunakan dasar agama sebagai pedoman untuk memilih pemimpin. Padahal menurut saya, urusan politik ya yang digunakan sebagai dasar seharusnya adalah undang undang, bukan agama. Jika kita menyatukan politik dan agama menurut saya yang terjadi kita akan mencoreng agama itu sendiri, karena di politik kita menggunakan berbagai cara yang kebanyakan tidak diajarkan dalam agama seperti hal yang sudah saya sebutkan diatas, saling mencurangi,mengadu domba,uang dan sebagainya.

Hal inilah yang lihat di Indonesia, kebanyakan orang masih menyatukan antara politik dan agama. Hal ini yang menurut saya menghambat perkembangan Indonesia, dimana negara negara maju lainnya sudah memisahkan antara urusan negara dengan urusan agama, yang terjadi di Indonesia malah sebaliknya. 

Dan Machiavelli juga mengatakan pemimpin yang baik haruslah mempunyai sifat sifat seperti kancil dan singa. Dengan kata lain ia harus bisa cerdik seperti kancil saat memimpin negaranya, dan juga harus bisa menjadi tegas dan terkadang kejam seperti singa saat memimpin. Kita bisa memilih pemimpin seperti yang dikatakan Machiavelli jika kita tidak meyatukan antara politik dan agama, karena dalam agama tidak ada yang mengatakan pemimpin yang baik adalah yang memiliki sifat kejam, namun yang memiliki sifat "kejam" lah yang merupakan pemimpin yang baik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline