Lihat ke Halaman Asli

Giovanni Nadika

Siswa SMA SANUR

Malangnya Nasib Masrul

Diperbarui: 1 Oktober 2021   19:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Judul: Kalau Tak Untung 

Pengarang: Sariamin Ismail (Selasih)

Penerbit: Balai Pustaka

Tahun terbit: 1933

Cetakan: 27, 2011

Dimensi Buku: 14,8 x 21 cm

Jumlah Halaman : 152

ISBN: 979-407-086-6

Harga buku : Rp 15.000,00 (Pulau Jawa)

Sariamin Ismail lahir pada tanggal 31 Juli 1909 di Talu, Pasaman Barat Sumatera Barat dan wafat pada tanggal 15 Desember 1995 di usia 86 tahun. Sariamin Ismail merupakan penulis novel perempuan pertama yang tercatat di Indonesia. Ia sering menggunakan nama samaran dalam menulis novel/karya sastra Selasih dan Seleguri. Novel/karya sastra yang ditulis Sariamin menceritakan tentang kondisi sosial pada saat itu. Selain itu,  karya sastranya berisi mengenai kritikan kebijakan pemerintah kolonial. Novel pertama yang ia tulis adalah Kalau Tak Untung yang diterbitkan oleh Balai Pustaka pada tahun 1933. Selain itu, Selasih juga membuat karya sastra yang lain seperti Pengaruh Keadaan, Puisi Baru, Rangkaian Sastra, Seserpih Pinang Sepucuk Sirih, Panca Juara, Nakhoda Lancang, Cerita Kak Murai, Kembali ke Pangkuan Ayah, dan Ungu. 

Novel Kalau Tak Untung menceritakan seorang yang bernama Rasmani seorang anak kecil yang manja. Rasmani hidup di keluarga yang miskin walaupun begitu orang tuanya mementingkan pendidikan bagi anak-anaknya. Rasmani mempunyai kakak yaitu bernama Dalipah. Kakaknya sangat sayang kepada Rasmani dan patuh kepada orang tua. Jika ibunya menyuruh Dalipah, maka Dalipah langsung melaksanakan perintah dari ibunya. Suatu hari, Ibu Rasmani mengantar Rasmani ke sekolah. Di tengah perjalanan menuju sekolah, mereka bertemu seorang anak laki-laki yang bernama Masrul. Ibu Rasmani menyapa hangat Masrul yang tampak dari kejauhan. Masrul membalas dengan wajah tersenyum. Pagi itu cuaca mendung, tiba-tiba turunlah hujan lebat. Masrul melihat pakaian Rasmani basah. Saat itu, Rasmani dan ibunya menggunakan tudung daun pisang, sedangkan Masrul memegang payung. Masrul mengajak Rasmani berpayungan berdua untuk menuju ke sekolah. Rasmani masih enggan memandang Masrul karena ia masih asing dengan Masrul. Ibu Rasmani menyuruh Rasmani untuk pergi ke sekolah dengan masrul karena ia pergi ke ladang untuk membantu suaminya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline