Lihat ke Halaman Asli

Tunggal Hati Seminari Kanisius

Diperbarui: 17 September 2024   22:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kilas Balik Tunggal Hati Seminari

THS (Tunggal Hati Seminari) adalah aliran bela diri silat yang berlandaskan agama Katolik. Latihan pertama THS diadakan pada tahun 1983 di Seminari Petrus Kanisius Mertoyudan, dan diajarkan oleh Frater Hadiwijoyo. Pada saat itu terdapat 90 orang seminaris yang tergabung dalam THS. Namun, seiring berjalannya waktu, anggota THS berkurang menjadi 11 orang yang masih tekun berlatih. Di waktunya yang sedikit lagi sebelum Frater Hadiwijoyo ditahbiskan, beliau mengajak 11 orang tersebut untuk melanjutkan pelatihan dan retret rohani. Mereka melatih hati dan pikiran, dan berlatih gerakan-gerakan pencak silat hingga matang. Singkat cerita, pada tahun 1984, Frater Hadiwijoyo ditahbiskan dan ditugaskan di Paroki St. Fransiskus Xaverius Tanjung Priok. Beliau mulai mengajarkan dan menyebarkan ajaran THS pada orang orang-orang muda di sana.

Dengan motto Pro Patria et Ecclesia yang artinya "Demi Bangsa dan Gereja", menekankan rasa tanggungjawab sebagai seorang Katolik yang mengabdi dan melayani sesama. THS sama dengan pencak silat pada umumnya, latihannya berupa langkah, pukulan, tendangan, dan bantingan. Seiring berjalannya waktu, mulai tercipta jurus-jurus dan teknik-teknik otentik yang dikreasi sendiri oleh para pendiri. Jurus-jurus ciptaan ini menggunakan gerak abjad A sampai Z. Jurus-jurus tersebut merupakan ciri khas dari THS yang masih dilatih sampai saat ini. 

Di dalam THS kita diajarkan berbagai macam hal dalam rangka menjadi seorang pendekar bangsa. Ilmu beladiri dan pernapasan adalah latihan esensi dalam THS. Formasi ini bertujuan untuk mengajak para orang muda Katolik agar semakin militan serta setia pada Kristus melalui bela diri. Selain bela diri, para anggota THS juga diajak untuk semakin akrab dengan kitab suci dan berdoa setiap kali latihan. Dengan salam yang selalu diucapkan antara anggota THS, "Gloria" dan dijawab "Deo Gratias!". Berarti "Kemuliaan" dan "Syukur kepada Allah!"

Dalam THS dikenal dua tingkatan, yaitu senior dan junior. Sebelum menjadi seorang senior, junior harus melewati formasi dan pendalaman wawasan tentang ilmu beladiri dan iman Katolik. Setelah menjadi senior, banyak hal yang terbuka untuk dipelajari untuk pengembangan pribadi kedepannya. Sampai saat ini, THS sudah diberlakukan dan berkembang di berbagai gereja, seminari, dan sekolah Katolik, salah satunya SMA Kanisius Jakarta.

Lahirnya THS di Kanisius

Pada tahun 1988 di Kolese Kanisius Jakarta ada sebuah demonstrasi THS yang dipertunjukkan oleh para pendiri THS Kanisius. Mereka adalah Sdr. Alexander Ferryanto CD, Sdr. Yohanes Permadi, Sdr. Ariawan, Sdr. Bimo, dan Sdr. Andre. Demonstrasi ini telah mengundang cukup banyak peminat ekskul Pencak Silat ini, apalagi didasari oleh iman Katolik. Ini merupakan angkatan XII untuk tingkat pusat dan merupakan Angkatan I untuk Kanisius.  Masa-masa telah berlalu, semakin banyak yang berminat dan mendaftar THS, tetapi hanya sedikit yang sampai tahap formasi akhir dan menjadi senior. Harus diakui bahwa THS Kanisius, antusias siswa terhadap ekskul ini cukup besar, walaupun semakin lama anggotanya semakin sedikit. Ini disebabkan malasnya berlatih dan ingin cepat mendapat jabatan senior, cepat 'sakti', dan kurang memahami tujuan THS sesungguhnya.

Mengapa THS?

Angkatan XXXV THS Kanisius

Pendaftaran terus dibuka setiap tahun dengan peminat yang cukup bertahan. Namun, hanya tersisa beberapa setelah beberapa minggu seleksi dan formasi awal. Sejak 1988, sudah ada 35 angkatan yang telah menjadi anggota THS wilayah Kanisius. Menjadi seorang anggota THS merupakan suatu kebanggaan tersendiri karena pengalaman dan pemaknaannya.

Saya menyadari bahwa pencapaian fisik hanyalah sebagian kecil dari keseluruhan pembentukan diri. Tantangan sesungguhnya adalah bagaimana kita bisa membangun integritas pribadi yang tangguh, pengendalian emosi, konsistensi, serta nilai-nilai moral menjadi dasar dalam bertindak. THS juga mengajarkan kemampuan untuk bersabar, saling menerima kelebihan dan kekurangan orang lain, dan tetap teguh dalam prinsip. Tidak hanya fisik dan mental, tetapi juga bersih dalam hati dan pikiran, mampu mengendalikan diri, terutama emosi. 

Saya didorong untuk melampaui batas dan tidak takut tantangan, serta menekankan pentingnya solidaritas. Formasi ini bukan hanya tentang teknik keterampilan bela diri, tetapi juga tentang komitmen, disiplin, dan pengembangan mental dan spiritual. Penting bagi seorang calon anggota THS untuk menjaga diri dan tetap konsisten pada tujuan akhir, serta memahami konsekuensi atas risiko dalam mengikuti THS. Maka, harus dijalani dengan serius dan penuh tanggungjawab. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline