Manusia berencana, selanjutnya Tuhan memutuskan. Apakah sesuatu yang telah kita rencanakan dengan baik bakal terlaksana, terwujud atau justru terjadi penyimpangan jauh dari rencana semula, itulah fakta kehidupan. Hidup manusia selalu berada dalam ketidakpastian. Hanya Tuhan Yang Maha Mutlak, Maha Baqa karena abadi. Kepastian lainnya hanyalah sementara/fana alias tidak kekal, dapat rusak, hilang dan mati. Kematian merupakan akhir perjalanan manusia dan makhluk hidup lain. Sadar atau tidak, manusia bertingkah polah, beraktivitas, bersikap dan berperilaku cenderung mematikan.
Kecendrungan manusia untuk saling mematikan diantara makhluk hidup, bagaikan telah menjadi naluri hewani. Apalagi bila benar pendapat bahwa manusia hanyalah hewan yang berpikir. Sayangnya, tak semua hewan yang berpikir ternyata telah benar-benar menggunakan kemampuan berpikir indriyah dan fithriyahnya, sesuai sunatullah. Manusia menjalani kehidupan tak sejalan dengan hukum-hukum Tuhan (Allah) dan garizah ilahiah.
Mematikan atau menyebabkan mati lazim dipahami dalam arti sempit, sungguh-sungguh telah menyebabkan hilangnya nyawa dengan beragam cara, secara langsung atau dengan membunuh kehidupan. Makna lebih luas dari mematikan, bisa berarti menyebabkan makhluk hidup; tidak bergerak, tidak bisa merasa, tidak berubah, tidak berdaya, tidak bisa berbuat apa-apa, dilemahkan, dibodoh-bodohi serta dibuat mati rasa, mati konyol dan lain sebagainya, baik dalam arti sebenarnya maupun sebagai kiasan.
Lemah sama dengan tidak kuat, tidak kuasa, tidak mampu, tidak bertenaga, tidak tegas, tidak teguh dan tidak punya dasar yang kokoh. Kelemahan adalah keadaan, sifat dan lain sebagainya yang berkaitan dengan kondisi lemah. Misalnya kelemahan mental, berkaitan dengan keadaan jiwa dan akal sehat manusia yang tidak mampu berfungsi aktif. Tidak menjalankan fungsi kehidupan secara aktif untuk bisa berpikir, berkata, bertindak optimal layaknya manusia normal yang sehat akal pikiran. Tak mau serta tak mampu berbuat kreatif dan produktif.
Kelemahan yang terjadi pada manusia dapat berasal dari dalam diri sendiri, dapat pula dari luar dirinya. Kondisi lemah dari dalam diri bisa dipicu oleh karena tak punya semangat, tak termotivasi, kurang terlatih, kurang IPK- ilmupengetahuan, pengalaman dan ketrampilan karena belum menggunakan kemampuan otak, pikiran serta intuisi ilahiah dengan baik dan cerdas.
Selain dari dalam diri, kelemahan dapat pula berasal dari luar diri sendiri. Dalam hal ini bisa terjadi sebab suratan takdir Tuhan untuk sepanjang hayat memangku kelemahan sebagai cobaan hidup, walau berjuang mengatasinya. Tetapi kebanyakan kelemahan atau keadaan lemah yang dipicu dari luar terjadi karena ada orang lain yang punya kuasa dan kuat. Orang yang punya kuasa menggunakan kekuasaan dan kekuatannya untuk menciptakan dan memelihara kondisi lemah, agar tetap bisa mempertahankan atau meningkatkan kekuasaan dan kekuatannya.
Kekuatan dan kekuasaan direngkuh untuk digunakan sesuai keinginan ego manusia penguasa. Akibatnya terjadi ragam macam jenis tindak perilaku KKN. Korupsi, Kolusi dan Nepotisme menjelma dan bermula dari penyalahgunaan kekuatan dan kekuasaan (abuse of power) secara tak manusiawi. Inilah faktor utama menjadi pangkal bala penyebab bertumpuk-tumpuknya kelemahan manusia negeri ini. Karena tentu saja takkan pernah ada yang kuat serta punya kuasa kalau tak ada yang lemah untuk dikuasai sepenuhnya. Kelemahan orang lain tetap dan terus dipelihara untuk bisa memelihara kesinambungan kekuatan dan kekuasaan rezim penguasa.
Sungguh inilah suatu contoh nyata dari paradoks dan absurditas bangsa kita. Ketika elite penguasa menggunakan kekuatan dan kekuasaan menjadi dominan untuk kepentingan diri, keluarga, partai dan kelompoknya. Benarlah Lord Acton yang menyatakan bahwa power tend to corrupt, absolute power corrupt absolutely! Karena itu yang perlu dibenahi dengan segera, harus dicegah adanya penggunaan kekuatan dan kekuasaan absolut yang mutlak bertumpu kepada satu orang atau segelintir elite penguasa negeri! Bila itu terjadi, maka cilakalah seluruh anak negeri, bangsa yang telah dianugerahi keberkatan sumber daya alam nan kaya dan subur, tapi rakyatnya miskin.
Sebagaimana adanya kelemahan, maka kekuatan manusia juga bisa berasal dari dalam diri sendiri, serta dapat pula berasal dari luar. Tapi sejatinya semua kelemahan dan kekuatan manusia bukan berasal dari dirinya. Kaum agnostik merasa mengada dengan sendirinya berjuta tahun yang silam melalui big bang, lalu terciptalah manusia dan alam semesta. Padahal bagi orang-orang beriman, semua kondisi lemah, tak berdaya, kuat, kuasa dan kekayaan manusia serta alam semesta senyatanya bukan miliknya. Nyawa makhluk hidup dan seisi dunia adalah produk ciptaan Tuhan. Allah Yang Maha Pencipta adalah pemilik sesungguhnya sesuai asal muasal manusia dan kehidupan alam semesta yang pada waktunya bakal kembali kepada kepada Sang Khalik sebagai pemilik sah.
Pemahaman mendalam atas ragam sikap dan perilaku hidup manusia bergelimang segala rupa kelemahan dan kekuatan. Sejatinya semua tidak berasal dan menjadi milik diri kita. Semuanya hanya berkat atau berkah Tuhan (Allah). Perlu kesadaran tinggi bahwa sejatinya semua adalah milik dan karunia dari Allah yang akan diambil kembali oleh pemiliknya, Tuhan semesta alam. Hanya masalah waktu, kapan saja bila sudah tiba waktunya, ada saat yang tepat Tuhan mengambil kembali nyawa, kuasa, harta benda dan kehidupan umat manusia. Sabar saja menunggu giliran. Sementara menunggu, tersedia tenggat waktu dan kesempatan baik untuk berbuat kebajikan bagi sesama umat manusia. Selagi nyawa masih setia mau dan mampu menghidupkan jiwa kita, sadar dan insaflah sebelum semua menjadi sangat terlambat. Sesal kemudian pasti tak bakal banyak gunanya, bahkan sedikitpun tak pernah berguna. Mari kita lakukan sepenuh jiwa menjalani himbauan serta panggilan hidup untuk berbuat dan bertindak (miqra') mulia dan terpuji dalam berkah Ilahi, yaa Rabbi.
Wajar dan sudah selayaknya kita manusia menjalani hidup yang berkah. Kehidupan yang memberi dan berbagi kebajikan kepada sesama umat manusia demi kedamaian dan kemuliaan hidup. Saling memberi dan menerima berkat dengan jujur, benar dan ikhlas selaras alam semesta. Dengan demikian adalah tidak wajar dalam arti menentang sunatullah, -hukum-hukum dan peraturan Tuhan-, apabila ada manusia punya kuasa dan kuat lalu digunakan untuk melemahkan, menistakan, menyengsarakan, membodohi dan memiskinkan rakyat yang lemah. Mungkin MUI perlu mengeluarkan fatwa bahwa selain haram berperilaku ribawi-KKN, maka memelihara kebodohan, kelemahan dan kemiskinan adalah dosa dan haram hukumnya. Daripada mewacanakan "jual-beli" premium haram. ....Padahal Allah menghalalkan jual-beli dan mengharamkan riba (Q.2:275).