Daulah Umayyah adalah kekhlalifahan islam setelah masa khulafaur rasyidin yang didirikan oleh muawiyah bin abu sufyan sekaligus khalifah pertama dari pemerintahan umayyah yang periode nya mulai dari tahun 661M-750M. Daulah umayyah ini dalam semasa kekuasaannya lebih condong kepada invasi atau melakukan perluasan wilayah. Berdirinya Daulah umayyah memang mengalami proses yang cukup panjang. diantaranya yaitu :
Perang Shiffin
Adanya perang shiffin ini dipicu oleh Kebijakan Ali bin Abi Thalib yang mengganti beberapa gubernur yang diangkat oleh Usman bin Affan sedikit banyak menimbulkan gejolak di beberapa wilayah.
Muawiyyah sebagai gubernur Syam waktu itu termasuk yang terkena imbas dari kebijakan Ali bin Abi Thalib, Muawiyah tidak mau melepaskan jabatannya sebagai Gubernur Syam sebelum Ali bin Abi Thalib menghukum para pembunuh Usman.
Sementara Ali bin Abi Thalib sebagai seorang khalifah menganggap berhak memecat Muawiyah dan belum saatnya menghukumi para pembunuh Usman dengan alasan meredam gejolak umat Islam yang sedang dalam masa transisi. Masing-masing pihak bersikukuh dengan sikapnya, hingga muncullah perang Siffin.
Dan ketika pasukan Ali bin Abi Thalib yang dipimpin oleh Aystar mulai menampakkan tanda-tanda kemenangan, muncullah beberapa orang dari pihak Muawiyyah mengangkat Mushaf Al-Quran sebagai tanda perdamaian tetapi pada dasarnya hal tersebut hanyalah siasah dari pihak muawiyyah.
Tahkim
Setelah melalui berbagai pertimbangan akhirnya pasukan Ali bin Abi Thalib menerima tawaran damai tersebut dengan pertimbangan agar tidak bertambah lagi korban berjatuhan dari kedua belah pihak. Kedua belah pihak bersepakat untuk mengembalikan keputusan kepada kitabullah dan menunjuk utusan masing-masing pihak untuk mengadakan perundingan.
Dari pihak Ali bin Abi Thalib ditunjuklah Abu Musa al-Asyari dan dari pihak Muawiyah ditunjuklah Amr bin Ash. Mereka bersepakat dengan sebuah perjanjian Tahkim yang salah satu keputusannya adalah sepakat untuk genjatan senjata dan memutuskan untuk mengembalikan persoalan umat kepada kitabullah. Ketika tiba saat yang ditentukan kedua belah pihak berkumpul untuk memutuskan perdamaian dikalangan umat Islam, dengan masing-masing kubu membawa 400 pasukan.
Mereka berkumpul disebuah tempat bernama Daumatul Jandal, tepatnya di Adzruh. Abu Musa Al-Asyari diberi kesempatan oleh Amr bin Ash untuk menyampaikan pidatonya di hadapan pasukan,yang inti pidatonya adalah bahwa semua keputusan tergantung masyarakat siapa yang ingin dipilih oleh masyarakat sebagai pemimpin.