Lihat ke Halaman Asli

GINA SULISTIANA 43223110041

MAHASISWI UNIVERSITAS MERCU BUANA | PRODI S1 AKUNTANSI

Quiz 3 - Menjadi Sarjana dan Menciptakan Etika Kebahagiaan Menurut Aristoteles

Diperbarui: 27 September 2024   14:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Modul Prof Apollo

Modul Prof Apollo

Dalam dunia akademik, pencapaian intelektual seringkali menjadi tolok ukur kesuksesan seorang, khususnya dalam lingkup seorang mahasiswa yang diharapkan memiliki pemahaman mendalam tentang bidang studi yang mereka tekuni, serta kemampuan untuk menerapkan pengetahuan tersebut secara praktis dalam masyarakat untuk mencapai gelar sarjana yang akan menjadi bukti atas dedikasi dan usaha keras dalam menuntut ilmu.

Namun, menurut Aristoteles, tujuan akhir dari kehidupan manusia, termasuk para sarjana seharusnya adalah mencapai eudaimonia (kebahagiaan sejati), yang akan menjadi cerminan atas pencapaian kehidupan yang paling penuh dengan makna. Dalam artian individu tidak hanya hidup dalam kesenangan sesaat tetapi hidup dengan kebajikan dan mencapai potensi mereka secara maksimal, yang tidak hanya berfokus pada kesenangan fisik atau materi, tetapi juga mencapai keseimbangan dalam hidup, pengembangan intelektual, hubungan yang sehat dengan orang lain, dan berkontribusi pada masyarakat.

Sehingga Aristoteles, menyebutkan bahwa kebahagiaan bukanlah sesuatu yang datang dari luar, melainkan hasil dari tindakan yang konsisten dalam kebajikan seperti pengembangan diri, baik secara intelektual maupun moral.

Tulisan ini dibuat bertujuan untuk mengkaji  dan membahas lebih dalam terkait konsep kebahagiaan (Eudaimonia) menurut Aristoteles dan bagaimana konsep ini dapat diwujudkan oleh seorang sarjana untuk menciptakan serta menerapkan etika kebahagiaan menurut Aristoteles dalam perjalanan kehidupannya sehari-hari.

What

Konsep Kebahagiaan Menurut Aristoteles

Modul Prof Apollo

Aristoteles, dalam karyanya Nicomachean Ethics, menyatakan bahwa kebahagiaan (eudaimonia) adalah tujuan akhir dari semua tindakan manusia. Dalam bahasa Yunani, "eu" berarti baik, dan "daimon" merujuk pada "roh baik". Teori Aristoteles ini memberikan sebuah konsep yang mana pentingnya menekankan karakter moral, praktik, kebajikan serta tujuan hidup manusia demi tercapainya kebahagiaan yang berkelanjutan. Menurutnya, kebahagian yang berlanjutan atau sejati bukan hanya tentang emosi atau kesenangan sesaat, melainkan kondisi hidup yang baik dan berkembang berdasarkan kebajikan secara konsisten dengan kemampuan dan potensi manusia. Kebajikan adalah kebiasaan atau kualitas hidup yang memungkinkan individu berhasil mencapai tujuannya. Sebagaimana Aristoteles menekankan untuk mengembangkan dan mempraktikkan kebajikan untuk mencapai eudaimonia, dengan membagi kebajikan menjadi dua kategori utama:

  • Kebajikan Intelektual: kebajikan yang berfokus pada kemampuan manusia untuk berpikir, memahami, dan menggunakan akal budi. Kebajikan intelektual berkaitan dengan kesempurnaan akal dalam memahami kebenaran dan mengambil keputusan yang baik, seperti kebijaksanaan (sophia), pemahaman (nous), dan pengetahuan praktis (phronesis).
  • Kebajikan Moral: Dalam konteks ini kebajikan melibatkan aspek karakter dan tindakan, seperti keberanian, keadilan, dan moderasi yang diperoleh melalui praktik, disiplin diri, dan keseimbangan dalam pengendalian. Kebajikan moral, menurut Aristoteles, tidak bawaan sejak lahir, tetapi dapat dikembangkan melalui praktik, disiplin diri, dan keseimbangan dalam pengendalian diri. Melalui kebiasaan baik dan bimbingan, individu dapat membangun karakter yang mendukung praktik kebajikan.

Kebahagiaan menurut Aristoteles tidak dapat dipisahkan dari praktik kebajikan. Karena menurutnya, kebahagiaan bukan hanya keadaan pasif, seperti merasa senang atau puas, melainkan perlu adanya tindakan aktif yang berarti seseorang harus terlibat dalam tindakan yang baik dan benar untuk mencapai kebahagiaan. Ketika individu mengembangkan kebajikan intelektual dan moral, mereka secara alami bergerak menuju eudaimonia. Sehingga, hidup yang penuh dengan kebajikan menciptakan keseimbangan dan harmoni, yang merupakan inti dari kebahagiaan sejati.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline