Bekasi, 15 Februari 2024, Saya Ginanjar Rezki Kurniawan mahasiswa prodi komunikasi PJJ Universitas Siber Asia
Fenomena kampanye pilpres di media sosial adalah manifestasi dari pergeseran signifikan dalam politik modern, di mana platform-platform media sosial seperti Facebook, Twitter, Instagram, dan YouTube digunakan secara luas sebagai sarana untuk berkomunikasi, mempengaruhi opini publik, dan memobilisasi dukungan politik.
Pada kesempatan kali ini penulis menganalisis konten yang sering bermunculan dalam platform dalam kampanye pilpres yaitu media sosial Tiktok. Dimana pada salah satu paslon presiden sering menggunakan platform tiktok ini untuk berkampanye bahkan sering pula pada akun tiktok ini melakukan siaran langsung dimana para pendukungnya dapat tegur sapa dan memberikan komentar secara langsung dan bisa berinteraksi langsung dengan paslon presiden.
Menurut penulis ada beberapa kelebihan dan juga kekurangan tentunya dengan berkampanye pada media sosial diantaranya :
Kelebihan
- Aksesibilitas. Dimana pada media sosial ini memberikan akses yang sangat luas bagi para kandidat untuk dapat berinteraksi langsung dengan pemilih tanpa terkendala waktu dan juga letak geografis.
- Interaksi langsung. Pada media sosial para kandidat dapat berinteraksi langsung dengan para pemilih melalui kolom komentar, pesan pribadi atau siaran langsung yang dapat memungkinkan hubungan baik dengan pemilih secara personal.
- Targeting. Platform media sosial memungkinkan tim kampanye untuk menargetkan pemilih potensial berdasarkan demografi, minat, dan perilaku mereka, sehingga meningkatkan efektivitas pesan kampanye.
- Biaya rendah. Pada media sosial tentu saja memiliki biaya yang cukup rendah hanya dengan kuota, bila di bandingkan dengan berkampanye pada televisi, radio, surat kabar.
Kekurangan
- Media sosial rentan terhadap penyebaran berita palsu atau hoaks, yang dapat memengaruhi persepsi publik dan membingungkan pemilih.
- Pada media sosial sering kali terjadi polarisasi opini dimana pemilih dengn pandangan politik yang berbeda saling bertukar pendapat.
- Kampanye di media sosial rentan terhadap gangguan teknologi atau serangan siber yang dapat mengganggu komunikasi antara kandidat dan pemilih.
Peran literasi media digital dalam memahami dan menghadapi fenomena kampanye pilpres di media sosial sangat penting dimana pada literasi media sosial kita dapat mengidentifikasi berita palsu, menganalisis konten -- konten yang ada di berbagai platform media sosial, dapat mengambil keputusan yang tepat, dan juga dapat mengelola dampak emosional.
Terdapat dua tantangan etika yang muncul saat berkampanye di media sosial yaitu
- Penyebaran berita hoax atau palsu
- Polarisasi Opini dan konflik Online
Literasi media digital dapat berperan dalam mengatasi atau meminimalkan tantangan-tantangan tersebut dengan cara berikut:
- Pengenalan berita palsu atau hoax
- Melakukan analisis konten - konten yang ada pada media sosial
- Mendorong dialog dan juga toleransi dalam berpendapat
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H