Bulan Ramadhan, bulan yang istimewa, bulan yang paling mulia, bulan yang paling agung. Beberapa hari lagi bulan yang ditunggu-tunggu itu akan tiba. Banyak orang menyambutnya dengan penuh suka cita. Bulan ramadhan adalah bulan yang penuh dengan keberkahan di dalamnya, akan ada penganugerahan seribu bulan di saat-saat tertentu. Berbondong-bondong orang memanfaatkan kehadiran bulan yang penuh kemuliaan ini.
Orang-orang memanfaatkan bulan ini sebagai waktu untuk membersihkan hati, membenahi diri ke arah yang lebih baik, serta mempererat tali persaudaraan dengan kerabat dan keluarga. Hati yang bersih, jiwa yang siap menyambut datangnya bulan ini akan terasa indah jika berasal dari hati yang baik. Oleh sebab itu, sudah sebaiknya kita menyiapkan diri, lahir maupun batin untuk menyambut bulan puasa ini yang sudah tidak lama lagi akan datang.
Nah, agar bisa merasakan kenikmatan dari bulan puasa ini, ada baiknya jika kita meniru cara dari Rasulullah menyambut Ramadhan. Selain persiapan yang bersifat jasmani, Rasulullah juga melakukan persiapan berupa perpaduan antara jasmani dan rohani mengingat puasa merupakan ibadah yang lain yang merupakan paduan antara ibadah jasmani dan rohani, di samping ibadah yang paling berat dari ibadah wajib yang lainnya.
Rasulullah SAW memulai persiapan jasmani dengan berpuasa hari Senin dan Kamis setiap minggunya dan puasa hari-hari putih yaitu pada tanggal 13, 14 dan 15 setiap bulannya sejak awal bulan Syawal hingga Sya'ban. Diriwayatkan dari Abu Hurairah RA bahwasannya Rasulullah SAW senantiasa berpuasa pada hari Senin dan Kamis. Sebagaimana dikatakan kepada beliau, "Wahai Rasul, engkau senantiasa puasa Senin dan Kamis."
Rasulullah SAW pun menjawab, "Sesungguhnya pada setiap hari Senin dan Kamis Allah SWT mengampuni dosa setiap Muslim, kecuali dua orang yang bermusuhan. Allah berfirman, 'Tangguhkanlah keduanya sampai keduanya berdamai'." (HR. Ibnu Majah).
Kemudian untuk puasa yang dilakukan Rasulullah SAW tiga hari pada setiap bulannya, Rasulullah SAW bersabda kepada Abu Dzar Al-Ghifari RA, "Wahai Abu Dzar, jika engkau ingin berpuasa setiap bulan, maka puasalah tanggal 13, 14 dan 15." (HR. Tirmidzi).
Nah, sedangkan untuk persiapan rohaninya, Rasulullah SAW melakukannya dengan pembiasaan shalat tahajud setiap malamnya, yang kemudian dilanjutkan dengan berdzikir pada setiap waktu dan kesempatan yang ada. Bahkan shalat tahajud yang hukumnya sunnah untuk kaum Muslimin, bagi pribadi Rasulullah SAW merupakan suatu kewajiban yang tidak pernah terlewatkan.
Diriwayatkan oleh Aisyah RA yang bertanya kepada Rasulullah SAW mengenai Rasulullah yang menjaga kebiasaan shalat tahajudnya, padahal dosa-dosanya telah diampuni oleh Allah SWT, kemudian Rasulullah SAW menjawab, "Apakah tidak boleh aku menjadi hamba yang pandai bersyukur?"
Memasuki bulan Sya'ban, Rasulullah SAW meningkatkan ibadah puasa, Qiyamul Lail, Zikir dan amal salehnya. Karena Sya'ban merupakan bulan penutup dari rangkaian puasa sunah yang telah dijalankan oleh Rasulullah SAW sebelum berpuasa penuh di bulan Ramadhan. Biasanya dalam satu bulan, Rasulullah akan berpuasa rata-rata 11 hari, maka pada bulan Sya'ban ini Rasulullah akan berpuasa hampir satu bulan penuh.
Dari riwayat Usama bin Zayed RA dikatakan bahwa "Aku bertanya kepada Rasul, 'Wahai Rasulullah, Aku tidak melihatmu banyak berpuasa seperti di bulan Sya'ban?' Kemudian Beliau menjawab, 'Sya'ban adalah bulan yang dilupakan manusia, letaknya antara Rajab dan Ramadhan. Di bulan tersebut amal manusia diangkat ke langit oleh Allah SWT dan aku menyukai pada saat amal diangkat, aku dalam keadaan berpuasa'." (HR. An-Nasa'i). Dari kisah itu, sebaiknya kita mengikuti cara Rasulullah menyambut datangnya Ramadhan yang penuh kemuliaan ini. Demi memperoleh hasil yang baik, tentu saja dibutuhkan persiapan yang baik pula. Karena persiapan yang baik pula yang akan membuat kita mendapatkan hasil yang baik juga.
Untuk menyambut datangnya bulan Ramadhan sesaat lagi, selain kita meneladani cara Rasulullah seperti penjelasan di atas, kita juga bisa menyambutnya dengan cara lain, dengan persiapan diperlukan, seperti pakaian muslim, alat ibadah, alat sholat (mukena, sarung, peci), al-quran (untuk mengaji) dll.