Lihat ke Halaman Asli

Kesetaraan Gender: Masih Lekatnya Stereotip Peran Gender di Masyarakat

Diperbarui: 22 November 2021   13:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Jargon "Kesetaraan Gender" sering digemakan oleh para aktivis sosial hingga kaum perempuan. Kesadaran kaum perempuan akan kesetaraan gender semakin meningkat seraya mereka terus menuntut hak yang sama dengan laki-laki.

Kesetaraan gender merupakan salah satu hak asasi kita sebagai manusia. Hak untuk hidup secara terhormat, seimbang dan bebas menentukan pilihan hidup tidak hanya diperuntukan bagi para laki-laki, perempuan pun mempunyai hak yang sama pada hakikatnya. 

Sayangnya sampai saat ini, perempuan seringkali dianggap lemah dan hanya menjadi sosok pelengkap.  Terlebih lagi adanya pola berpikir bahwa peran perempuan hanya sebatas bekerja di dapur, sumur, sumur dalam arti mengurus keluarga dan anak,  hingga akhirnya perempuan seringkali takut untuk berkarir karena tuntutan perannya sebagai ibu rumah tangga.

Semarang-KKN RDR ke-77 Kelompok 19 mengadakan wawancara dengan mahasiswa dan dosen mengenai kesetaraan gender sebagai konten kreatif yang akan di publish melalui Official YouTube Channel (KKN RDR19)

Wawancara dilakukan kepada 2 dosen, beberapa mahasiswa dan khalayak masyarakat. Hal Ini dilakukan agar kami dapat mengetahui peran Gender dari berbagai perspektip dosen, mahasiswa dan kalangan masyarakat

Wawancara dimulai dengan menanyakan bagaimana makna kesetaraan gender menurut para narasumber. Narasumber "Dhiya Hasna" menyatakan bahwa kesetaraan gender merupakan pandangan masyarakat mengenai peran antara wanita dan pria di berbagai bidang kehidupan. Pandangannya mengenai kesetaraan gender di Indonesia bahwa masih banyak perspektif bahwa peran wanita di bawah laki laki.

Sedangkan menurut narasumber kedua menyatakan bahwa kesetaraan gender yaitu kesetaraan yang berarti seimbang dan gender sendiri adalah pembagian  pria sebagai kepala rumah tangga dan pencari nafkah keluarga. Sedangkan, tugas-tugas rumah tangga termasuk membesarkan anak umumnya dilakukan oleh perempuan. 

Tetapi saat kelompok 19 KKN UIN Walisongo melakukan sosial eksperimen, supervisor Ma'had Ulil Albab (Kholifatun Ni'mah) menegaskan bahwa "bekerja atau mencari nafkah bisa dilakukan oleh semua orang termasuknya laki-laki maupun perempuan" Tuturnya.





BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline