Lihat ke Halaman Asli

Menutup Blind Spot: Kontribusi Parachurch bagi Gereja Lokal

Diperbarui: 6 September 2024   19:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Hingga tahun ini, saya  telah memasuki tahun keenam terlibat melayani orang-orang untuk membagikan Yesus Kristus secara penuh waktu kepada mereka yang belum digembalakan, khususnya kepada anak-anak muda: empat tahun di sebuah Gereja lokal di Sidoarjo dan dua tahun secara penuh waktu di sebuah Parachurch yang berfokus melayani Mahasiswa-mahasiswi Kampus di kota Malang bersama dengan Tim, sampai sekarang. Berdasarkan pengalaman Saya yang pernah melayani di "dua dunia" yang berbeda tersebeut. Memang ditemukan adanya konflik antar dua lembaga Kristen tersebut yang terus bersitegang. Ketegangan antar lembaga ini ditunjukkan dari dua sisi. Pertama, kritik dari Hamba Tuhan Gereja lokal.

 Saya pernah berdiskusi dengan beberapa hamba Tuhan yang melayani penuh waktu di Gereja lokal mereka. Saya mengenal mereka dengan baik. Mereka mengungkapkan bahwa keberadaan Parachurch dapat berpotensi menjadi saingan Gereja lokal. Ada beberapa alasan kehadiran Parachurch menimbulkan kekhawatiran akan keberlangsungan eksistensi Gereja: pertama, Jemaat dapat enggan bahkan berhenti berpartisipasi kepada Gereja lokal karena kebutuhan rohaninya dipenuhi di dalam Parachurch. Hal ini dapat difaktori bahwa Jemaat dapat lebih bergairah di komunitas Parachurch ketimbang Gereja lokal sehingga jemaat kemungkinan besar malah menjauhi Gereja. Kedua, sudah seharusnya Gereja yang melakukan pemuridan, bukan tugas Parachurch. Definisi pemuridan pun dapat berbeda-beda.  Ketiga, adanya kompetisi yang menimbulkan tendensi dengan Parachurch yang menawarkan program yang sama sehingga ada ketakutan bahwa kehadiran Parachurch menggantikan Gereja lokal.

Kedua, komentar dari Jemaat. Menurut komentar yang Saya sendiri dengar dari sebuah Gereja lokal. Pelayanan pemuridan yang dilakukan oleh Tim kami dianggap tindakan yang tidak alkitabiah. Pemuridan bagaikan menjadikan "orang Kristen" yang sudah percaya kepada Yesus sehingga pelayanan pemuridan tidak perlu dan tidak dibutuhkan untuk orang-orang Kristen. Menjadi orang Kristen cukup pergi ke Gereja untuk beribadah di hari Minggu saja untuk mendengarkan khotbah.

Melalui tulisan ini, Saya membagikan hasil pembacaan bahwa peran Parachurch bagi sangat penting bagi pertumbuhan Jemaat Gereja lokal. Sebagai dua insan yang lahir dari iman dalam Yesus, lahir dari Allah yang sama. Hharusnya dua lembaga Kristen ini tidak perlu dipertentangkan. Kehadiran Parachurch justru lahir dari kebutuhan Gereja. Parachurch terlibat melayani bukan untuk mengganti Gereja melainkan membantu Gereja.

Esensi Gereja: Kembali Kepada Definisi dan Fungsi 

Pemahaman yang harus dimengerti secara tuntas yang tidak boleh dilupakan adalah pengertian Gereja itu sendiri. Etimologi Gereja atau Church dalam Perjanjian Baru adalah Ekklesia, terdiri dari kata ek dan Kaleo yang berarti "dipanggil keluar". Konsep Ekklesia menjelaskan setiap individu yang telah percaya kepada Yesus sebagai Tuhan dan Juruslamat, disatukan menjadi sebuah satu kumpulan yang dikhususkan menjadi anak-anak Allah (Yoh. 1:12) dan dikuduskan menjadi pelayan-Nya (Roma 12:1-2). Maka, dapat dipahami bahwa istilah Ekklesia atau Gereja merupakan istilah kolektif yang menunjuk kepada kumpulan orang percaya yang mengabdikan diri sebagai hamba Kristus. Gereja tidak boleh hanya dimengerti dalam arti teknis sebagai organisasi Kristen yang melakukan tugas sakramental-seremonial seperti perjamuan kudus, baptisan, ibadah dan pernikahan. Gereja pun juga memiliki tanggung jawab melaksanakan tugas pedagogi-misional seperti pemuridan, pengembalaan, pastoral dan pengutusan misi. Tanggung jawab yang harus ditunaikan sangatlah banyak. Tugas-tugas Gereja lokal inilah yang dibagi menjadi 5 bagian secara garis besar yang disebut panca tugas: koinoia, diakonia, marturia, kerygma dan liturgia. Padatnya tanggung jawab Gereja, inilah alasan parachurch lahir.

Kata parachurch terdiri dari dua kata: para yang diserap dari bahasa Yunani yang artinya "bersama, dengan, dari". Dapat diartikan arti parachurch adalah komunitas Kristen yang berasal dari Gereja itu sendiri. Secara organisasi, Parachurch merupakan lembaga Kristen yang berdiri secara mandiri dan beroperasi di luar Gereja lokal. Panggilan parachurch adalah menjalankan dan membantu tugas spesifik dan sempit yang menunjang tugas Gereja. Contoh, Navigators, lembaga yang menjadi tempat Saya melayani. Lembaga memiliki panggilan spesifik untuk memberitakan Injil dan memuridkan murid-murid Kristus supaya dapat menjangkau orang yang terhilang. Navigators tidak menjalankan tugas sakramental-seremonial layaknya Gereja. Hanya berfokus kepada pelayanan penginjilan dan pemuridan melalui pendekatan "life to life" di konteks masing-masing: paguyuban, dunia kerja, kampus dan sekolah-sekolah. Masih ada banyak lagi bentuk Parachurch yang terlibat melayani menurut panggilan keterlibatan spesifik lainnya yang bertujuan memajukan Injil Kerajaan Allah: seperti STT, Sekolah, Penerbit literatur, Lembaga Konseling, Lembaga Apologetika, Misi-Pemuridan dan lain-lain. 

Paulus menjelaskan dengan rinci fungsi Gereja di sepanjang Efesus 4. Allah telah memberikan karunia kepada masing-masing orang percaya yang bertujuan menuntun gereja bertumbuh menuju kepada kedewasaan rohani (Ef. 4:13). Kasih karunia yang telah diberikan berdasarkan ukuran pemberian Kristus. Karya Kristus memungkinkan orang percaya untuk mengalami kasih karunia Allah dan kekayaan Allah yang dinyatakan orang-orang percaya memiliki kapasitas dann kemampuan untuk melayani Allah. Di ayat 8, Paulus mengatakam bahwa karena Kristus yang telah naik ke surga itulah yang menjadi dasar memberikan pemberian-pemberian itu. Bandingkan dengan Yohanes 14:16-17 sebelum Yesus mati disalibkan. Yesus menjanjikan Roh Kudus sebagai pemberian untuk murid-muridNya kemudian janji ini tergenapi 50 hari setelah kebangkitanNya lalu naik ke surga. Tepat pada hari pentakosta, Roh Kudus dicurahkan untuk setiap orang percaya (Kisah Para Rasul 2) sebagai penggenapan janji Yesus jauh sebelum Ia naik ke surga. Tidak mengherankan mengapa Paulus mengatakan di Efesus 1:14, Roh Kudus yang hadir dalam hidup setiap orang percaya menjadi materai sah bahwa Gereja adalah milik Allah.

Orang percaya yang ditawan menjadi milik Kristus untuk diserahkan kembali untuk menjadi pemberian kepada orang percaya itu sendiri. Di ayat 11 menjelaskan secara spesifik, bentuk pemberian itu berupa Rasul-rasul, Nabi-nabi, Pengajar, Pemberita Injil dan Gembala. Di kitab lain, para saya Alkitab membuat daftar keberagaman kapasitas lebih banyak lagi untuk mendukung pertumbuhan menuju kedewasaan rohani seperti:

  • Diakonia (Kis. 6: 1-7, Roma 12:7, 1Kor. 12:28)
  • Donatur (Lukas 8:3)
  • Akomodator (Roma 12:8)
  • Penasihat (Roma 12:8)
  • Pemimpin (1Kor. 12:28)
  • Orang yang berhikmat ( 1Kor. 12:8)
  • Penyembuh (1Kor 12:29)
  • Orang yang berpengetahuan (1Kor. 12:8)
  • Pelaku bahasa Roh (1Kor 12:10)
  • Penafsir bahasa Roh (1Kor 12:10, 28)
  • Orang yang dapat membedakan Roh (1Kor 12:10)

Mereka semua diberikan kepada Gereja yang berasal dari Gereja itu sendiri untuk satu kepentingan yang sama yaitu memperlengkapi orang-orang percaya itu sendiri (Ef. 4:12-13). Paulus mengatakan akibat Gereja yang telah diikat menjadi satu kesatuan dalam keberagaman karunia yang Allah anugerahkan. Paulus berkata bahwa jika berjalan dalam kesatuan, Apabila setiap kristen melayani dalam kesatuan dan bertumbuh menjadi dewasa, maka setiap individu tidak akan lagi seperti anak kecil yang mudah disesatkan oleh ajaran sesat. Paulus berbicara tentang iman yang tidak kekanak-kanakan  yang ditandai dengan ketidakdewasaan dan kelemahan. Di 1Korintus 12:5-27, Paulus menganalogikan keberagaman kapasitas untuk orang percaya bagaikan organ tubuh manusia yang memiliki berbagai macam fungsi yang berbeda-beda tetapi keberagaman itu diikat menjadi kesatuan yaitu kepentingan bersama yaitu melayani Tuhan yang sama. Keberagaman pelayanan tidak berjalan sendiri melainkan saling bersolidaritas dan berkolaborasi. Relevansinya di masa kini, pemberitaan Injil haruslah dilakukan oleh semua orang percaya (Mark. 16:15) namun tidak semua orang dan Gereja lokal memiliki kapasitas lebih banyak untuk mengutus Jemaat dan terlibat langsung di lapangan dengan waktu yang luang untuk memberitakan Injil seperti para rasul. Setiap orang percaya wajib melakukan pemuridan (2Tim. 2:2), tetapi tidak semua orang bahkan Gereja lokal memiliki kapasitas lebih untuk menjangkau dan memuridkan orang-orang percaya dari lintas generasi dan latar belakang secara detail. Demikian sebaliknya, orang-orang yang tidak memiliki kapasitas lebih banyak di bidang penginjilan, pemuridan dan pelayanan spesifik lainnya harus mendukung menurut kapasitasnya juga untuk orang-orang percaya yang terlibat secara penuh waktu di bidang pelayanan tertentu. 

 Orang percaya dituntut mengatakan kebenaran dalam kasih supaya sebagai anggota tubuh Krisus yang diikat menjadi satu tubuh yang dipimpin oleh satu kepala yaitu Yesus, setiap orang percaya menttgalami petumbuhan rohani ke arah Kristus. Setiap individu anggota tubuh Kristus penting bagi kesatuan, stabilitas dan pertumbuhannya. Paulus berkata di akhir ayat 16 bahwa gereja itu dipersatukan & dibangun "yang rapi tersusun dan diikat menjadi satu oleh pelayanan semua bagiannya, sesuai dengan kadar pekerjaan tiap-tiap anggota menerima pertumbuhannya dan membangun dirinya dalam kasih".

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline