Lihat ke Halaman Asli

M. Gilang Riyadi

TERVERIFIKASI

Author

Mulailah Berhati-Hati Jika Ingin Bersedekah Online

Diperbarui: 18 Maret 2024   22:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi by indonesiaberbagi.id 

Kembali lagi ke topik Ramadan dan puasa. Di bulan yang suci ini akan menjadi momen emas bagi kita umat manusia untuk berlomba dalam ibadah dan kebaikan. Perintah sunah yang biasa jarang dilakukan, akan rutin dijalani kali ini. Begitu pula dengan kebaikan. Sebisa mungkin kita memanfaatkan momen ini untuk berbagi kepada sesama yang membutuhkan.

Salah satu hal yang biasa dilakukan adalah dengan bersedekah. Sedakah kepada yang kurang mampu memang menjadi ibadah yang tak terlewat di Ramadan ini. Kita bisa membaginya mulai dari orang terdekat, panti asuhan, hingga ke orang pinggiran yang biasa ada di jalanan.

Kegiatan bersedekah ini selain punya pahala yang besar, juga akan memberikan rasa kedamaian dalam diri. Kita menjadi lebih bersyukur atas keadaan yang diberikan oleh Allah SWT. Ini pun menjadi pengingat diri untuk sadar bahwa hidup akan terus berputar. Kadang di atas, kadang pula di bawah.

Sedekah tentunya bisa dilakukan secara langsung kepada yang membutuhkan. Namun, di zaman yang serba modern ini semuanya bisa dilakukan melalui daring atau yang biasa kita sebut online. Tak perlu repot datang mencari yang kesusahan/membutuhkan. Tinggal transfer lewat mobile banking, urusan bisa beres.

Untuk kaum milenial seperti saya dan beberapa generasi Gen Z, hal serba online yang bisa dilakukan lewat ponsel memanglah sesuatu yang harus dimanfaatkan untuk mengefesiensi waktu. Maka sedekah lewat online ini bukan jadi sesuatu yang aneh bagi kami. Bisa langsung ke orang yang membutuhkan, atau bisa juga lewat perantara seperti lembaga resmi.

Namun ternyata kita perlu mewaspadai terhadap hal-hal buruk yang mungkin terjadi. Sesuatu lewat online yang kita tak tahu pasti kondisinya justru bisa dimanfaatkan oleh orang tak bertanggungjawab untuk mengambil keuntungan pribadi. Oknum ini bisa saja menjual cerita sedih dan seakan membutuhkan bantuan, padahal kenyataan di dalamnya ia baik-baik saja dan memang punya niat buruk dengan memanfaatkan kebaikan orang lain.

Kenapa saya sampai berani menulis hal ini adalah ketika menemukan cerita yang bahkan berkali-kali terjadi di aplikasi Twitter (atau yang kini berubah nama jadi X). Beberapa Kompasianer mungkin ada juga yang bermain Twitter. Sebagai informasi, sosial media tersebut memang bisa digunakan untuk segala hal. Mulai dari curhat, jualan, hingga "menjual cerita sedih"

Tentu memang ada kisah yang benar-benar sedih dan memilukan. Saya pun ikut prihatin jika menemukan kasus seperti itu. Tapi yang akan dibahas di sini adalah contoh oknum yang sengaja membuat cerita sedih untuk meminta bantuan berupa uang yang pada akhirnya justru dipakai untuk kepentingan pribadi yang tak ada kaitannya dengan cerita awal.

Sederhananya begini, modus yang oknum itu lakukan adalah dengan cara menjual cerita kesedihan di sana. Entah dia sedang sakit, orang tua, atau siapapun itu dengan kondisi diri yang tak punya uang. Lalu, ia akan meminta bantuan kepada netizen untuk memberikannya uang.

Netizen yang luluh akan merasa kasihan dengan si oknum ini. Maka, akan banyak orang yang ikut transfer seakan cerita itu nyata. Meski jumlahnya tak seberapa, tapi jika dikalikan dengan puluhan bahkan ratusan yang membantu pasti akan mencapai jumlah yang fantastis.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline