Lihat ke Halaman Asli

M. Gilang Riyadi

TERVERIFIKASI

Author

Cerpen | Kembali Pada Asing

Diperbarui: 17 April 2020   13:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

image by Fimela.com

Sekali lagi laki-laki itu menghela napas panjang ketika bertatap muka dengan wali kelas anaknya. Ditemani juga dengan seorang guru BP di ruangan khusus, empat orang itu kini tenggelam dalam kesenyapan. Tidak ada transaksi kata-kata. Hanya ada seorang siswa SMP yang tertunduk malu ketika tiga orang lainnya menatapnya secara bersamaan.

Di mobil ketika perjalanan pulang, laki-laki itu mengingat kembali ulah anaknya yang lagi-lagi membuat ia harus dipanggil ke sekolah, yaitu bolos dari kegiatan belajar hanya demi ikut kegiatan futsal yang waktunya bentrok dengan sekolah.

"Pak Banyu, ini sudah ketiga kalinya Rayan tidak masuk sekolah dengan alasan sakit, padahal ia mengikuti kegiatan futsal dengan anak sekolah lain," kata wali kelasnya saat itu.

"Kalau aku bilang ke Mama sama Papa, pasti nggak akan dapat izin!" jawab Rayan pada ayahnya itu di mobil, mengulang kembali kata-kata yang tadi sudah diucapkannya di sekolah.

"Cara kamu juga salah, Ray! Udah, biar nanti Mama yang akan memberi hukuman apa yang layak untuk kamu."

Anaknya yang berusia 13 itu hanya mengerutkan dahi memandang keluar jendela mobil. Ia tahu apa yang dilakukannya salah, dan harus siap menerima setiap konsekuensi yang ada.

Begitu sampai di depan rumah, hanya Rayan yang masuk ke sana. Banyu harus kembali lagi ke kantor dengan beberapa urusan pekerjaan yang belum diselesaikannya. Sebelum membawa mobil ini melaju di jalanan ibu kota, iya melihat layar ponsel pintarnya untuk beberapa detik.
Haruskah ia menghubungi orang itu?

***

"Pentas Seni?" sekali lagi Banyu memastikan. "Minggu lalu aku udah datang ke sekolah bertemu wali kelas dan guru BP Rayan. Apa iya kali ini harus aku lagi? Kenapa ga kamu aja?"

Di ruang kerjanya itu, Banyu mengomel sendirian melalui ponselnya. Beberapa rekan kerjanya yang lain sempat memperhatikan, meski setelahnya mereka berpura-pura tidak tahu.

Lima menit kemudian setelah berdebat cukup panjang, Banyu mematikan panggilan itu. Ia sempat terlihat banyak pikiran, hingga salah satu rekan kerjanya datang membawa segelas kopi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline