Dari "Close To You"
Di pagi yang gemetar seperti daun tersangkut di ujung waktu,
burung-burung jatuh dari ranting,
bukan terbang, tapi menyerah pada tarikan bumi.
Mereka seperti aku:
yang belajar bahasa rindu dari kepak sayap yang gagal.
Bintang-bintang di langit malam adalah pecahan kaca
dari jendela yang dilempar batu.
Mereka jatuh saat kau lewat,
meninggalkan jejak cahaya,
seperti jalan setapak
yang hanya bisa dilihat oleh yang tersesat.
Mereka bilang,
waktu kau lahir, malaikat-malaikat berkumpul
di sudut gang bercahaya neon biru,
berdiskusi di atas meja kopi,
memutuskan:
"Anak ini akan jadi mimpi yang berjalan."
Mereka mencuri debu bulan dari kantong malam
dan meniupnya ke rambutmu:
emas seperti matahari tenggelam di mata gelandangan yang mabuk.
Mereka menggoreskan bintang di matamu,
dua lubang kecil yang menghisap alam semesta.
Baca Juga: Angin di Taman Gorky
Dan sekarang, kau berjalan seperti musik
di trotoar kota yang terlalu tua untuk bermimpi.
Gadis-gadis mengikutimu,
bayang-bayang mereka membentuk simfoni di bawah lampu jalan.
Kau tidak peduli.
Mereka tidak peduli.
Tapi kita semua tahu,
ini bukan cinta,
ini tarikan bumi.
Aku berdiri di sudut,
menghitung napas seperti uang receh di kantong yang sobek.
Aku ingin dekat denganmu,
tapi siapa aku selain bulu yang ditiup angin?
Kau adalah badai,
dan aku hanya debu.
Jadi aku diam,
mengamati burung-burung jatuh,
bintang-bintang pecah,
dan malaikat-malaikat yang tertawa dari jauh.
Semua ini untukmu.
Untuk yang bahkan tidak tahu
bahwa tarikan bumi punya nama:
Namamu.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI