Lihat ke Halaman Asli

Gilang Ramadhan

Bachelor of Education in Indonesian Language and Literature, Indraprasta University, Jakarta

Pneumatik Jakarta

Diperbarui: 28 Desember 2024   20:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto Lanskap Apartemen. Sumber: Pexels.com/Alifia Harlina

1.

Di atas trotoar yang retak, aku berdiri,
memandang lampu merah berkedip,
seperti jantung lelah yang lupa ritme.
Kematian, pikirku, bukanlah jurang,
tapi gorong-gorong penuh sampah.

2.

Di bawah flyover, suara klakson jadi doa,
bercampur debu dan panas,
orang-orang berjalan dengan muka kusut,
mengantongi nama dan cerita mereka,
mencari celah di antara macet yang tidak berakhir.

3.

Bank, kata orang, adalah pintu surga.
Masukkan data, klik submit,
dan impianmu melesat seperti uang dalam tabung pneumatik.
Tapi aku tahu,
tidak semua nama cukup kuat untuk sampai ke atas.

4.

Malam datang dengan neon yang berkedip,
lampu jalan menyalakan bayangan tinggi,
seperti hantu yang merenung di pinggir warung kopi.
"Minum dulu," kata ibu penjaga.
Aku hanya tersenyum, menyembunyikan lelahku.

5.

Langit Jakarta adalah televisi rusak,
bintangnya hilang, diganti reklame,
iklan pinjaman cepat, bunga ringan,
seperti janji yang terus menipu,
mendorong kita lebih dalam ke lubang gelap.

6.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline