Lihat ke Halaman Asli

Gilang Ramadhan

Bachelor of Education in Indonesian Language and Literature, Indraprasta University, Jakarta

Serpihan dari Langit yang Jauh

Diperbarui: 24 Desember 2024   21:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto Supernova di Galaksi. Sumber: Pexels.com/Alex Andrews

1
Ada malam di mana bintang-bintang terasa jauh,
dan kita, hanya dua bayangan di bawah lampu jalan,
menggeser tong daur ulang biru yang mengkilap.
"Kita perlu belajar nama bintang lain," katamu,
tapi aku tahu maksudmu lebih dari itu:
kita lupa cara membaca peta di langit
dan lupa bahwa kita juga serpihan cahaya
yang pernah terlempar jauh dari ledakan awal.

2
Angin membawa suara laut yang tak bisa kita dengar,
tapi aku tahu ia berbicara:
tentang gelombang yang terus naik,
tentang tanah yang menyerah perlahan.
Aku bertanya, "Apa yang akan kita lakukan?"
Dan dalam diam, jawaban itu bergema:
kita berdiri, bukan hanya untuk diri sendiri,
tapi untuk mulut-mulut yang tak bersuara,
untuk langit yang memudar,
untuk malam yang lupa caranya menjadi bersih.

3
Bayangkan jika kita mencintai seperti akar pohon:
menembus, mencari, bertahan.
Bayangkan jika kita membuat tubuh kita cukup besar,
hingga mereka menunjuk kita di langit malam
dan berkata, "Lihat, itu mereka:
Orion, Ursa, Scorpius, baru lahir dari debu lama."
Dan ketika semua ini selesai,
kita akan berdiri di tepi jalan,
menatap gelap yang kini terasa ringan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline