Ada sesuatu yang menarik dari kata-kata yang tidak pernah dimaksudkan untuk menjadi puisi tetapi, pada akhirnya, menemukan jalannya ke sana.
Mereka muncul dari memo harian, catatan belanja, kliping koran, bahkan obrolan di warung kopi yang kita dengar sekilas.
Found poetry---puisi yang "ditemukan"---adalah seni melihat keindahan dalam yang biasa-biasa saja, seni memungut serpihan realitas dan menjahitnya kembali menjadi sesuatu yang baru.
Mungkin, lebih dari jenis seni lainnya, found poetry merangkum cara kita hidup: serangkaian potongan yang tidak sempurna, membentuk mosaik makna.
Seperti memandang sebuah lukisan kubisme, kita harus menyesuaikan sudut pandang, membiarkan ketidaksempurnaan bekerja dalam pikiran kita.
Dalam dunia yang berisik dan acak ini, ada kebebasan yang datang dari mengklaim kembali kata-kata yang bukan milik kita, tetapi kini terasa seperti suara batin yang akhirnya menemukan keberanian untuk berbicara.
Memahami Found Poetry
Found poetry adalah praktik literer yang mengangkat teks yang sudah ada: prosa, dokumen, bahkan iklan dan menyusunnya kembali menjadi puisi.
Ada metode dalam kekacauan ini. Beberapa penyair memilih untuk memotong langsung dari teks asli tanpa mengubah apa pun, hanya menata ulang dengan spasi baru untuk menciptakan ritme dan aliran.
Yang lain lebih agresif, menghapus, mencoret, atau menambahkan sedikit sentuhan kreatif untuk memberikan narasi yang sama sekali berbeda.
Contoh klasik found poetry bisa dilihat dalam puisi erasure (penghapusan), di mana penyair menyaring teks menjadi inti puisi dengan secara fisik mencoret kata-kata yang tidak relevan.