Lihat ke Halaman Asli

Gilang Rahmawati

Sehari-hari menjadi kuli tinta.

Curhat dengan Tuhan

Diperbarui: 24 Juni 2015   09:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com



Di atas kursi yang bergoyang

Aku duduk menatap langit yang kelam

Senja tak jua datang

Hanya rintik air yang menghujam

**

Rasanya

Dingin, menusuk

**

Pada butirbutir air hujan

Dan malam yang datang semakin pekat

Aku menunggu Tuhan

Datang untuk berbincang

**

Ada angin melintas

Menggelitik bulubulu halus pada leherku

Merinding

**

“Tuhan datang?”

Tanyaku dalam hati

Tak ada jawaban, tapi..

Aku percaya Tuhan datang

Pada hawa yang semakin dingin

**

Tuhan..

Boleh aku meminta waktuMu sejenak

Untuk mendengarkan keluhkesahku

Yang tak berkesudahan

**

Tuhan..

Boleh aku meminta rangkulanMu

Untuk menghangatkan kegelisahanku

Yang dingin dan tak ada habisnya

Berkeliaran di kepala

**

Bla bla bla..

Cas cis cus..

Bla bla bla..

Cas cis cus..

**

Oke Tuhan..

Cukup sekian keluhkesahku

Sampai bertemu esok hari

Dengan keluhkesah yang baru

**

Hawa dingin perlahan berganti hangat

Aku beranjak berdiri meninggalkan kursi

Kututup malam dengan kelegaan

****

Bahkan tanpa suara mulut

Tuhan tahu apa yang ingin kubicarakan

Karena Ia Maha Tahu.

********

GeeR

Palangkaraya, 30 Juli 2013.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline