Lihat ke Halaman Asli

Gilang Nugraha

Jr. Content Writer

Menelaah Psywar dalam Sepak Bola

Diperbarui: 30 November 2020   08:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bola. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

By: @gilangnugrahac

Mungkin tidak asing dalam istilah sepakbola di mana seringkali para pelatih lakukan sebelum pertandingan berlangsung, seperti yang Iwan Setiawan lakukan pada pertandingan Piala Jenderal Sudirman kemarin. 

Secara harfiah, psywar yang merupakan singkatan dari psycological warfare berarti perang psikologis. Istilah ini lebih terkenal dengan perang urat saraf dalam Bahasa Indonesia.

Di sepakbola, psywar kerap digunakan pelatih melalui metode komunikasi yang salah satunya ketika konferensi pers. Namun, apakah hal ini jitu untuk memenangkan suatu pertandingan?

Mari mengingat psywar a la Sir Alex Ferguson yang mengibaratkan sepakbola dengan pacuan kuda. Nama kuda Devon Loch, seekor kuda milik Ratu Elizabeth yang andal pada eranya, tiba-tiba melompat keluar dari lintasan dengan jarak 30 meter dari garis finis. Dan psywar itu ditunjukan kepada rival terberat mereka, Newcastle United, pada tahun 1995/96 dalam perebutan gelar juara Liga Inggris.

Newcastle yang begitu dominan kala itu di liga justru menyia-nyiakan kesempatan mereka untuk mendapatkan gelar Premier League. Mereka yang sedang di atas angin, diberikan psywar oleh Ferguson. Perang urat saraf dari Ferguson tersebut langsung memancing manajer Newcastle saat itu, Kevin Keegan, untuk meledak.

Meledaknya Keegan (seperti yang ditunjukkan pada video di atas) kemudian berpengaruh kepada performa anak-anak asuhannya. Alhasil, Manchester United keluar sebagai juara dengan keunggulan 4 poin dari Newcastle kala itu. Setelah hal ini, agaknya psywar ala-ala manajer atau pelatih menjadi suatu cara untuk meruntuhkan mental lawan yang akan dihadapi.

Namun, apakah psywar selalu ampuh untuk meruntuhkan lawan? Nyatanya tidak, Fergie kembali melakukan hal serupa dengan contoh yang sama kepada Manchester City dengan pelatih Roberto Mancini pada tahun 2012, tetapi hasilnya berbeda. Manchester City tetap memimpin klasemen sampai gelaran liga selesai (walaupun dengan perbedaan selisih gol). City keluar sebagai juara, entah psywar Fergie yang kurang ampuh ataupun suatu faktor keberuntungan yang hilang.

Meskipun begitu, perlu diakui ini adalah psywar terbaik yang datang dari seorang manajer. Kata-katanya tidak terlalu provokatif dan kalimat yang dilontarkan Fergie sangatlah jenius, berbeda dengan psywar-psywar yang pernah ada dalam sepakbola modern yang cenderung menggunakan suatu kalimat yang menyerang langsung bahkan memprovokasi lebih dari seorang manajer dan pemain, tetapi kerap menyinggung fans klub tersebut.

Sebagai contoh, ada Jose Mourinho yang mengatakan bahwa Arsene Wenger adalah seorang specialist of failure sebelum laga Arsenal melawan Chelsea pada laga Community Shield tahun 2015. Alhasil manajer dengan hobi psywar tersebut harus gigit jari pada akhir pertandingan, timnya kalah dari tim yang dilatih specialist of failure satu gol tanpa balas.

Kala itu Mou berdalih bahwa Arsenal meninggalkan filosofi permainannya, namun itu mungkin hanya kata-kata pembela untuk dirinya sendiri. Kerap kali seorang manajer melontarkan psywardengan keras dan memprokasi lawan namun ada juga seorang manajer yang berani gila-gilaan dalam hal ini seperti misalnya jika timnya kalah melawan tim tersebut maka ia akan mundur sebagai manajer.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline