Lihat ke Halaman Asli

Gilang Damar Argi Pangestu

Mahasiswa Universitas Jember

Problematika Kabupaten Banyuwangi

Diperbarui: 16 September 2023   12:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Bayuwangi adalah kabupaten terluas di jawa timur. Kabupaten yang kaya akan SDA (Sumber Daya Alam). Dan Sumber Daya Alam tersebut juga banyak dimanfaatkan oleh warga lokal maupun pemerintah. sebagai sumber panghasilan sehari hari. Mungkin dengan banyaknya akan Sumbar Daya Alam tersebut kalian berpikir bahwa Banyuwangi adalah Kabupatn  yang sangat Sejahtera karena banyak Sumber Daya Alam yang dapat dimanfaatkan , nyatanya banyak permasalahan dibalik istimewanya Kabupaten Banyuwani.

Masalah yang pertama yaitu tambang emas yang terkenal di Banyuwangi adalah  Tambang Tumpang Pitu terletak di Desa Sumberagung, Kecamatan Pesanggaran. Tambang ini dikelola oleh PT Bumi Suksesindo, anak perusahaan dari PT Merdeka Copper Gold Tbk. Tambang Tumpang Pitu bersebelahan dengan Pantai Pulau Merah, hal inilah yang dikhawatirkan oleh masyarakat di sekitar Pulau Merah, mereka khawatir jika tambang tersebut bisa mencemari daerah pantai. Jika tercemar, masyarakat sekitar akan kehilangan pekerjaan mereka sebagai pedagang, penjaga pantai dan para wisatawan pun enggan untuk mengunjungi pantai yang sudah tercemar. Selain masalah itu, masyarakat Desa Sumberagung juga melakukan protes karena jalan di desa mereka rusak karena dilewati truk-truk proyek tambang dan belum adanya tunjangan kesehatan bagi masyarakat Desa Sumberagung yang mengalami batuk, sesak nafas, dan gatal akibat debu. Meskipun banyak dampak negatif dengan adanya tambang tersebut, tambang tumpang pitu ini juga banyak menyerap tenaga kerja dan mengurangi pengangguran di Kecamatan Pesanggaran ini.

Masalah yang kedua yaitu jalan berlubang, di daerah saya sendiri tepatnya di Desa Sidorejo, Kec. Purwoharjo yang mengakibatkan akses kendaraan terganggu dan sering mengakibatkan kecelakan. Masyarakatpun resah dan sampai Masyarakat sidorejo menanam pohon pisan di jalan-jalan yang berlubang tersebut, dan membuat poster yang berisikan masyarakat muak akan pemerintah Banyuwangi yang kurang peduli akan Desa Sidorejo yang sudah 12thn rusak tidak pernah diperbaharui sama sekali dan jika tidak kunjung diperbaharui masyarakat Desa Sidorejo akan pindah ke wilayah lain. Mayarakat desa saya dan Desa Sekitar membuat julukan "Desa Jeglongan Sewu" yang membuat jalan daerah saya sepi, masyarakat maupun orang-orang lain yang mau bepergian enggan melewati daerah saya, lebih memilih jalan lain. Sehingga perekonomian masyarakat desa terganggu, seperti toko - toko kelontong dan warung yang menjadi sepi dikarenakan orang bepergian enggan melewati jalan desa Sidorejo.

Masalah yang ketiga yaitu kriminalitas, dikarenakan Desa Sidorejo juga masih jauh dari kota dan masih banyak hutan - hutan dan persawahan di samping jalan beraspal sering sekali dimanfaatkan orang untuk kegiatan pembegalan karena di jalan jalan tersebut masih kurang adanya penerangan jalan. Dan lokasi yang tepat untuk kegiatan pembegalan dikarenakan jalan yang berliku dan jalan berliku tersebut tertutup oleh tanaman sawah maupun pohon-pohon alas. Dan kantor desa kurang peduli akan hal tersebut, dan kesadaran masyarakat yang kurang akan kegiatan ronda malam, penyusunan desa supaya desa menjadi aman. Kemudian kurangnya pengetahuan tentang pentingnya pendidikan dan sedikit pengalaman kerja menjadikan pemuda" melakukan kegiatan penjualan minuman keras tanpa adanya surat penjualan resmi, barang" yang dilarang hukum dan kegiatan pencurian. 

Dan ada satu lagi kegiatan kriminalitas yng masih teringat di benak saya yang dilakukan oleh pemuda desa saya sendiri yaitu bentrok antar kelompok supporter bola yaitu antara supporter klub Persebaya Fc yang dinamai BBS (Bonek Banyuwangi Selatan) dan Klub Arema Fc yang dinamai ABT (Arema Banyuwangi Team) yang terjadi pada, Juni 2022 di Desa Jajag, Kecamatan Gambiran, Banyuwangi. 

Kejadian tersebut mengakibatkan 3 orang di perkumpulan supporter ABT mengalami luka dalam yang cukup dalam, dan salah satunya anak seorang anggota DPR. Dan karena adanya keributan tersebut warga sekitar lokasi kejadian langsung berusaha melapor kepihak berwenang supaya langsung mendapat penanganan langsung. Sehingga banyak pemuda yang dikenai pidana penjara selama beberapa bulan dan membuat para orang tua pemuda tersebut khawatir. Setelah semua diringkus dan dimintai pertanyaan apa pemicu bentrok tersebut, ternyata karena adanya salah paham antar supporter atau adanya adu domba dari pihak supporter lain yang tak bertanggung jawab.

Masalah yang keempat yaitu kurangnya pembinaan untuk pengolahan hasil panen untuk petani. Kejadian tersebut pernah terjadi di salah satu Kecamatan yang berada di Banyuwangi, yaitu Kecamatan Purwoharjo dapat disebut juga Kecamatan buah naga dikarenakan salah satu daerah penggasil buah naga terbanyak di Banyuwangi. Namun karena kurangnya perhatian pemerintah hasil panen yang melimpah tersebut menjadi sia-sia pada waktu musimnya karena harga yang menurun drastis berselisih jauh dengan harga waktu tidak musim. Dan mengakibatkan banyak warga pernah mebuat aksi video yang menjadi viral di media sosial, suatu petani panen besar yang dikarenakan harga murah petani tersebut membuang hasil panenya ke Sungai. 

Dan pemerintah seharusnya juga bisa mensosialisasikan tentang sektor penjualan panen yang tepat supaya mendapat harga yang mebuat petani Bahagia dan tidak merasa resah. Kemudian tidak adanya kegiatan UMKM di wilayah tersebut yang membuat masyarakat pasrah sehabis panen dari sawah langsung dijual ke pengepul, dan Ketika pengepul sudah tidsak menerima dikarenakan harga yang tidak stabil membuat warga yang kelaparan berharap mendapat bantuan subsidi dari pemerintah atau kartu keterangan tidak mampu.

Masalah yang kelima yaitu wilayah yang kurang bersih. Mengapa Banyuwangi termasuk wilayah yang kurang bersih menurut saya? Karena kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya pembuangan samapah sesuai tempatnya. Dan Banyuwangi termasuk kota wisata yang dimana terdapat banyak sekali tempat wisata alam maupun budaya adat tradisional, sehingga banyak wisatawan asing maupun lokal yang ingin melihat wisata alam maupun budaya adat tradisional khas Banyuwangi namun dalam keramaian pengunjung wisata dan padatnya penonton tersebut pemerintah kurang memperhatikan tentang kebersihan tempat tersebut yang membuat wisata tersebut kotor dan daerah yang bertempat sebagai budaya adat setelah acara selesai selalu banyak sampah yang berserakan yang membuat warga yang bertempat di lokasi adat tersebut resah. Dikarenakan kurangnya tempat sampah di tiap tiap lokasi wisata maupun festival acara adat tradisional Banyuwangi yang membuat wisatawan membuang disembarang tempat.

Dari banyaknya permasalahan di Kabupaten Banyuwangi diatas, Pemerintah Banyuwangi dapat berbenah agar menjadikan Banyuwangi menjadi Kabupaten yang lebih maju, indah, nyaman, tentram, dan dapat menjadi contoh untuk Kabupaten -- Kabupaten lain. Masyarakat Banyuwangi-pun harus ikut membantu dalam membangun Kabupaten Banyuwangi menjadi apa yang diharapkan dengan menjaga persatuan dan kesatuan antar golongan maupun yang lain, dan menaati peraturan yang sudah ditetapkan baik dari pemerintahan Republik Indonesa maupun daerah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline