14 Oktober 1906 di Desa Mahmudiyah Al Buhayrah, Terdengar jelas suara tangis sang imam, tak khayal seperti sebuah terompet sangkakala bagi inggris bahwa suatu saat kekuasaannya akan terguncang oleh seorang bocah desa yang bahkan tak memiliki latar belakang pendidikan akademik modern yang mumpuni.
Syaikh ahmad Al Banna, yaaa... beliaulah asbab seorang hassan lahir, bukan dengan jasadnya akan tetapi dengan jiwa yang penuh dengan ketaqwaan seorang da'I cerdik telah tercipta. Gejolak revolusi mesir kala itu mencapai suatu titik yang ganas.
14 tahun usianya, sang imam sudah mengkhatamkan seluruh isi kitabullah. Di usianya yang baru saja menginjakan kaki ke 22 tahun sang imam sudah mendirikan IKHWANUL MUSLIMIN (Orang barat biasa menyebutnya dengan organisasi muslim brotherhood). Kecendrungan Al Imam Al Hassan Al Banna melihat kondisi mesir saat itu membuat hatinya tergerak untuk menyusuri lorong lorong gelap di kala malam.
Tampaklah sebuah kedai yang ramai di kunjungi anak anak muda mesir kala itu. Mereka sedang fokus mendengarkan taujih (pesan) dari sang imam. Kecendrungan sang imam adalah beliau tidak pernah sekalipun menyinggung permasalahan atau kesalahan mereka. Taktik dakwah cerdik ini tak khayal membawa sang imam menjadi motivator idola kalangan muda. Dari caf ke caf, dari bar ke bar, dari tempat prostitusi beliau melangkah, yaaa.... Beliaulah sang lentera yang di dambakan oleh masyarakat.
Bagai kobaran api, dakwah sang imam membara ke seluruh penjuru mesir. Gelombang kengerian itu bahkan di rasakan hingga nusantara (deklarasi indonesia adalah negara yang berdaulat oleh sang imam Al Hassan). Dengan kekuatan seluruh ikhwan mesir kala itu, Al Imam memblokade terusan suez bagi kapal kapal belanda yang khendak melintas. Akibatnya mobilisasi logistik menuju hindia belanda kala itu mengalami kegoyahan hebat.
Dari kampung ke kampung, inggris memindahkan pengasingan sang imam. Ternyata, justru langkah pengasingan tersebut membawa sang imam dapat memperluas basis dakwahnya, seperti yang pernah Allah firmankan dalam Al Quran surah ASH -- SHAF ayat 8 :
"Mereka hendak memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut (ucapan-ucapan) mereka. Tetapi Allah tetap menyempurnakan cahaya-Nya meskipun orang-orang kafir membencinya"
Bagai tak luput oleh tempat dan tak teralihkan oleh waktu, gerakan dakwah sang imam mendorong revolusi besar bagi negara negara muslim di seluruh penjuru dunia. Gertakan sang imam kala itu mampu mendorong mesir hingga jauh dari gunung sinai (gerakan pasukan militer Al Ikhwan yang di dapatkan dari dana amal usaha IKHWANUL MUSLIMIN untuk membebaskan Palestina). Gerakan Al Ikhwan menyebar ke daerah Turki (kala itu masih berbasis sekuler yang membatasi kebebasan beragama), Palestina (Pembentukan HAMAS salah yang di inisiasi oleh Syaikh Ahmad Yassin), bahkan hingga Asia.
12 Februari 1949 di Kairo, sebuah tembakan licik dari "oknum" pemerintah saat itu menembak Al Imam hingga jatuh sakit, dengan keji nya pemerintah melarang pula seluruh rumah sakit untuk menerima pasien yang bernama "SYAIKH HASSAN AL BANNA". Padahal kondisi Al Imam saat itu masi dapat di selamatkan. Sungguh akhir yang indah dari seorang Asysyahid Al Imam Al Hassan Al Banna.
Renungan bagi para da'I, kado terakhir Al Hassan