Lihat ke Halaman Asli

Gilang Ahmad

is typing...

Antara Ganjar, Petai, dan Durian Wadas

Diperbarui: 15 Februari 2022   09:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

voaindonesia.com

Ini adalah tentang kecintaan orang-orang desa pada pemimpinnya. Cinta yang perwujudannya sederhana tapi sangat dalam maknanya. Tak ada ungkapan puitis, apalagi sanjungan-sanjungan layaknya para idealis. Tak ada pula karangan bunga apalagi gelaran karpet merah. Cinta dari warga desa ditunjukkan dengan keriangan dan kerelaan memberi apa yang mereka tanam di sawah atau di ladang.

Kamu sudah lihat bagaimana penyambutan warga Wadas yang kontra rencana penambangan quarry saat Ganjar Pranowo tiba di desanya? Semua riang dan memberi penghormatan. Ada yang menyanyikan lagu NU Ya Lal Wathon, ada yang melambai tangan dari kejauhan ada pula yang mengajak salaman bahkan mencium tangan Ganjar.

Tidak cukup di situ. Mereka bahkan duduk melingkar bareng di serambi masjid, rembugan dan mencurahkan segala yang ada di pikiran dan perasaan. Orang Jawa menyebutnya, nguda rasa. Tapi yang menarik perhatian saya adalah suguhan yang warga berikan kepada Ganjar, yaitu semua hasil yang mereka tanam di ladang. Durian, petai, kelapa, vanilli, singkong dan lain sebagainya. Bahkan saat Ganjar pamitan hendak pulang, warga mempersilakan Ganjar membawa seluruh jamuan tersebut.

Memang benar warga yang diajak rembugan oleh Ganjar itu kontra dengan rencana penambangan quarry. Namun di sisi lain, dari sikap yang mereka tunjukkan, masih sangat besar kecintaan mereka kepada gubernurnya itu. Tanpa cinta, seorang mustahil bisa diajak bicara apalagi sampai bisa nguda rasa. Bisakah kita nguda rasa atau curhat dengan orang yang tidak kita cintai? Bisakah kita curhat dengan orang yang tidak bisa kita percaya? Warga menjadikan Ganjar sebagai tumpuan dan tempat mengadu paling aman. Apa saja diutarakan. Apa saja disampaikan. Itulah tanda tresna warga kepada pemimpinnya.

Mereka juga mengatakan tetap menolak penambangan quarry, meminta IPL dicabut dan meminta lokasi penambangan dipindahkan. Meski sikap mereka seperti itu, sama sekali tidak mengubah kecintaannya kepada Ganjar. Karena mereka tidak punya persoalan personal. Makanya sambutan hangat diberikan, bermacam suguhan dihidangkan.

Memang kelihatannya sederhana. Hanya hasil ladang yang diberikan. Tapi ada pesan yang sangat mendalam di sana. Hasil bumi yang dipamerkan di hadapan dan dijadikan buah tangan untuk Ganjar itu, merupakan sebuah pesan bahwa tanah Wadas sangat subur dan mengandung banyak potensi. Hasil ladang itu, jadi bukti cinta, kasih dan perhatian yang tulus pada Ganjar. Dan hal itu memang layak dilakukan, karena memang mereka tidak ada persoalan personal dengan Gubernur berambut putih itu.

Untuk saudara-saudaraku warga Wadas. Juga untuk gubernurku Ganjar Pranowo. Tetaplah mengutamakan cinta, karena menyimpan benci tak akan pernah menemu solusi. Semoga diberi kelancaran pada rembugan-rembugan selanjutnya. Karena Ganjar telah berjanji, bakal kembali dan Nginep di Wadas.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline