Pada 25 Mei 2020, malam hari, waktu Amerika Serikat bagian Minneapolis. George Floyd meminggirkan mobilnya, Ia bergegas menuju Cup Foods -- sebuah toko kelontong -- untuk membeli sebungkus rokok.
Semua terlihat laiknya transaksi jual beli biasa pada umumnya, tak ada kejanggalan. Sebelum kemudian seorang karyawan Cup Foods meyakini jika uang kertas $20 yang Ia terima dari Floyd merupakan uang kertas palsu.
Pelayan toko tersebut meminta supaya rokok yang didapat Floyd dikembalikan, akan tetapi kedua belah pihak tidak menemui kesepakatan. Sampai akhirnya pada pukul 20.01 waktu setempat, pelayan toko itu berinisiatif melakukan panggilan ke 119.
Pelayan toko yang masih berusia remaja itu berkilah hanya mengikuti protokol saat melaporkan Floyd terkait indikasi transaksi mencurigakan.
Dalam transkrip yang dirilis oleh pihak berwenang, sang pelayan mengatakan bahwa Floyd tampak mabuk dan tidak bisa mengendalikan dirinya sendiri, demikian seperti dinukil BBC.
Beberapa saat setelah panggilan itu, sekitar pukul 20.08, dua personil polisi wilayah Minneapolis tiba di lokasi kejadian. Thomas Lane dengan cukup agresif mengintervensi Floyd agar keluar dari mobilnya.
Meski terjadi penolakan, namun tangan Floyd berhasil diikat dengan borgol. Setelah diborgol, Floyd menjadi patuh. Sementara polisi memberikan penjelasan bahwa Floyd ditangkap karena tuduhan "menggunakan uang palsu".
Akan tetapi, ketika Floyd hendak digiring menuju mobil patroli, terjadi pertentangan yang cukup serius. Pada pukul 20.14, Floyd tersungkur, jatuh ke jalanan aspal, seraya mengatakan bahwa Ia sesak nafas.
Petugas polisi lainnya, Derek Chauvin tiba di lokasi. Chauvin langsung bergabung dengan petugas lainnya yang terlibat dalam upaya memasukkan Floyd ke dalam mobil patroli.
Dalam upaya tersebut, sekitar pukul 20.19, Chauvin menahan Floyd dengan cara yang tak manusiawi. Selama 8 menit lebih 46 detik leher Floyd ditekan oleh lutut kiri Chauvin sampai pria yang lahir pada 1973 di North Carolina dan tumbuh besar di Houston itu terus mengulang kalimat "Aku tidak bisa bernafas" dan memohon pertolongan sebelum kemudian menghembuskan nafas terakhirnya.
Rekaman CCTV, video para saksi, dan dokumen resmi lainnya menjadi barang bukti resmi bagaimana kronologis tindakan penangkapan berbau rasisme ini mengundang banyak simpati masyarakat dunia.