Lihat ke Halaman Asli

Gilang Dejan

TERVERIFIKASI

Sports Writers

"Rubber Set" Liga 1 2018

Diperbarui: 12 November 2018   02:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber ilustrasi: superball.bolasport.com

Hasil pekan ke-30 Liga 1 2018 masih belum memberikan bocoran siapa yang bakal melenggang ke podium juara. Jangankan jawaban, tiga tim teratas seolah berkompromi untuk melakukan "gencatan senjata". Sebab, Persib yang secara akal sehat diunggulkan melawan tim juru kunci PSMS Medan pun kalah dengan skor 0-1 pada Jumat (9/11) di Stadion I Wayan Dipta, Gianyar, Bali.

Sehari kemudian Persija ditahan dengan skor kacamata (0-0) oleh tim penghuni zona degradasi lainnya yakni PS TIRA di Stadion Wibawa Mukti, Cikarang.

Kejutan terakhir terjadi di Kota Pahlawan, PSM Makassar yang bertamu dengan kepercayaan diri tinggi malah dipermalukan sang tuan rumah Persebaya dengan skor telak 3-0. Tentu dengan hasil tersebut tidak ada perubahan di posisi tiga besar sekaligus memaksa kita sebagai penikmat sepakbola nasional mengernyitkan dahi.

Mengapa demikian? Sebab di fase krusial, tiap tim mestinya tak boleh lagi kehilangan konsentrasi karena trek menuju garis finish kian licin. Jika diibaratkan balapan, pelatih di paddock harus sesegera mungkin menyiapkan formula ketika balapan memasuki lap terakhir supaya para pebalap yang mulai terkuras tenaganya bisa terus fokus pada balapan.

Tak ada ampun untuk satu error pun. Contohnya ketika Steven Paulle melakukan back pass heading kepada kiper Rivki Mokodompit yang berujung gol Feri Pahabol di babak pertama. Dari blunder Paulle itulah tim Juku Eja (baca: PSM) mulai oleng.

Siapapun sepakat, bahwa kesalahan yang dilakukan Paulle masuk dalam kategori "dosa besar" seorang pemain, karena dilihat dari kronologis kejadian tidak ada pressure sama sekali dari pemain lawan, pendeknya Paulle dalam posisi free menerima bola.

Go-Jek Liga 1 | @Liga1Match

Kendati demikian, tidak ada garansi pasti andai Paulle tak blunder --PSM bisa menang. Sebab Persebaya selalu kesetanan ketika tampil dihadapan publik sendiri. Setidaknya selama para pemain tidak melakukan kesalahan elementer, tim bisa tetap berada di jalur kemenangan dan menjalankan skenario pelatih. Artinya dalam situasi ini, musuh terbesar bukanlah tim lawan melainkan diri sendiri.

Jika secuil analogi balapan diatas masih njelimet untuk menjelaskan pekan ke-30 ini, saya akan berupaya mengajak pembaca berandai menggunakan cabang olahraga Badminton.

Di cabor ini kita sering menyaksikan para pemain kalah oleh kesalahannya sendiri. Di fase tersebut kadang teknik bermain saja tak bisa seutuhnya menjelaskan kenapa si pemain bisa kalah dalam satu pertandingan, ada faktor non teknis seperti mental misalnya.

Narasi emosional, kelelahan fisik, dan faktor non teknis lainnya kadang disembunyikan lewat kata-kata: "lawan bermain baik hari ini". Atlet cenderung sulit menjelaskan hal detil diluar faktor teknis. Itu sebabnya, Persib yang secara nalar lebih punya kans untuk menang lawan PSMS tetapi kemudian malah kalah agak sulit dijelaskan lewat hal-hal yang lebih teknis.

Pelatih Medan, Peter Butler lebih senang menyimpulkan kemenangan timnya dengan kata "kejutan". Sedang, Mario Gomez lebih menyoroti kinerja wasit sebagai upaya melindungi citra para pemainnya dan tim.

Pun dengan raihan hasil draw dari tim degradasi (bagi Persija) dan kekalahan dari tim papan tengah (bagi PSM) disiasati sebagai ketidakberuntungan semata. Beberapa mengajukan kesimpulan bahwa Marko Simic (Persija), Ezechiel (Persib), atau Paulle (PSM) pun pemain biasa yang kadang berada di top performa atau sebaliknya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline