"Musim pertama tidak ditargetkan juara, (musim) kedua (baru) di target," kata Zainuri Hasyim selaku Komisaris PT. PBB, kepada Bolalob.
Sejak awal musim, manajemen Persib Bandung terang-terangan tidak mengusung target juara, tahun ini adalah waktu bagi pelatih anyar Mario Gomez untuk melakukan adaptasi dengan atmosfer sepakbola Indonesia. Meskipun eks pelatih Johor Darul Takjim (JDT) itu merupakan salah satu pelatih sarat prestasi, bobotoh yang haus gelar juara pun memahami konsep manajemen musim ini.
Secara awam, tentu saja ini jadi sesuatu hal yang kurang wajar bagi klub sebesar Persib yang setiap musimnya selalu memasang target juara. Namun semuanya dapat dimengerti, mengacu pada masa transisi strategi yang ditetapkan petinggi PT. PBB -- perusahaan yang memayungi Persib -- dari konsep bisnis yang mencolok pada musim lalu, menjadi konsep yang mengemas Persib menjadi klub yang lebih professional dari segala aspek ke depannya.
Oleh karena itu, awal musim ini manajemen agak berhati-hati dalam menentukan langkah. Salah satunya dalam menunjuk pelatih. Itu mengapa, jelang pramusim Persib sempat terkatung-katung dibawah arahan caretaker Herry "Jose" Setiawan. Ketika itu saya ingat betul pemain macam Gian Zola, Rafa Maitimo, Ahmad Baasith, Achmad Jufriyanto, Jajang Sumara, Billy Keraf, Wildansyah, dan lainnya berlatih dengan program latihan yang kurang jelas.
Sambil berlatih para pemain pun akrab dengan ketidakpastian mereka soal pelatih baru dan kelanjutan kontrak mereka sendiri: apakah pelatih baru tetap menggunakan jasa mereka atau tidak. Dalam beberapa uji coba dengan klub lokal di Bandung dan sekitarnya, termasuk saat menghadapi bintang bola kopi ABC di Stadion Unpad, Jatinangor, awal Desember 2017 lalu, saya melihat musim yang muram bagi Persib, tidak ada progress positif yang dapat diambil jelang turun di Piala Presiden dan Liga 1 2018.
Setelah Gomez resmi diumumkan menjadi pelatih Persib pun masalah tidak serta merta terurai. Di bursa transfer pergerakan Persib begitu pasif, pemain-pemain yang tertulis dalam daftar pencarian Gomez tak ada satu pun yang bisa didaratkan ke Bandung. Kecuali Bojan Malisic, Inkyun Oh, Victor Igbonefo, dan Joni Bauman. Itu pun pemain incaran alternatif, bukan prioritas yang Gomez inginkan.
Sialnya lagi, hal demikian terjadi setelah staff pelatih dan tim manajemen membuka pintu keluar bagi beberapa pemain bintang Persib di musim sebelumnya. Termasuk dua marquee player mereka: Carlton Cole dan Michael Essien.
Tak heran jika kemudian musim ini muncul nama-nama kurang dikenal di pesepakbolaan nasional yang bergabung dengan proyek eks pelatih Internazionale itu. Ardi Idrus, M. Fisabililah, Agung Mulyadi, Puja Abdilah, Ghozali Siregar, Wildan Ramdani yang direkrut sekedar mengisi kuota pemain, bukan kebutuhan tim secara umum.
Meski kemudian tak dinyanya pemain tanpa label tersebut mampu membangun harapan juara. Setidaknya mereka telah bahu-membahu dengan pemain senior lainnya untuk mengukuhkan status Persib sebagai jawara paruh musim ini. Di saat inilah publik sepakbola Bandung merasa jika sekedar lolos Liga Champions Asia/AFC Cup adalah hal realistis. Bahkan merengkuh juara sekalipun.
Inkyun Oh yang sempat dipertanyakan kehadirannya menjelma jadi jenderal baru lini tengah Persib, duet center bek Bojan Malisic-Victor Igbonefo yang dianggap tak lebih baik dari pasangan lama Vladimir Vujovic-Achmad Jufriyanto justru mampu menggalang sistem birokrasi pertahanan yang Gomez inginkan, di lini depan Bauman-Ezechiel saling mengisi satu sama lain sekaligus menjawab krisis striker subur yang melanda Persib dalam beberapa musim terakhir.