Lihat ke Halaman Asli

Gilang Dejan

TERVERIFIKASI

Sports Writers

Bisakah Pelita Bandung Raya Hidup Kembali?

Diperbarui: 19 April 2018   09:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: www.pikiran-rakyat.com

Jika kita berusaha mencari informasi mengenai klub Pelita Bandung Raya di mesin pencarian google maka yang akan muncul adalah klub Madura United yang bermarkas di Pamekasan. Mengapa demikian? Karena PBR memang sudah tidak ada, kini klub-klub yang pernah berjaya di masa lalu itu hanya tinggal arsip sejarah.

Klub legendaris tanah air seperti Warna Agung, Pelita Jaya, Gelora Dewata, dan Bandung Raya telah punah ditelan zaman. Klub yang sebenarnya sangat berkontribusi dalam menelurkan pemain kelas A nasional. Ada yang menghilang karena merger, diambil alih oleh pihak klub lain, atau pindah kandang. Seperti yang dialami oleh dua klub perserikatan: Pelita Jaya FC dan Bandung Raya FC.

Dua klub ini sejatinya adalah musuh bebuyutan di zamannya. Jika Pelita punya Roger Milla dan Mario Kempes, Bandung Raya punya duet maut haus gol Dejan Gluscevic dan Peri Sandria. Artinya, baik Pelita dan Bandung Raya masuk ke dalam kategori tim besar di era 90-an. Dan setiap kali keduanya bertemu selalu menampilkan pertarungan yang sengit.

Nama Pelita sempat beberapa kali mengalami perubahan. Pada 1997, Pelita Mastrans (mencantumkan pemilik saham utama Masyarakat Transportasi, read). Kemudian dalam kurun waktu 14 tahun setelahnya Pelita mengalami tujuh kali pergantian nama: Pelita Bakrie, Pelita Solo, Pelita Krakatau Steel, Pelita Jaya Purwakarta, Pelita Jabar, Pelita Jaya Karawang, hingga Ari D Sutedi membeli seluruh saham Pelita Jaya dan mengubah klub menjadi Pelita Bandung Raya (PBR).

Pada dasarnya di tahun 2007, Bandung Raya sudah hidup kembali di level Liga Nusantara regional Jawa Barat. Namun di tahun 2012, pemilik 65% saham Bandung Raya berubah pikiran untuk mengembalikan Bandung Raya ke liga utama secara instan. Terlebih krisis keuangan Pelita Jaya seolah memberikan akses bagi Ari D Sutedi sebagai pemilik mayoritas saham Bandung Raya.

Dengan begitu, lahir kembali derby Bandung yang mempertemukan tim Persib dengan PBR. Pelatih asal Inggris bernama Simon McMenemy mendapat mandat untuk menukangi PBR di musim pertamanya. Bersama pemain senior macam Eka Ramdani, Tema Mursadat, Leonard Tupamahu, Erik Setiawan, Edi Kurnia, Edi Hafid, Nova Arianto, hingga Gaston Castano.

Namun di musim 2013/14, Simon tidak bisa berbuat banyak. PBR menempati zona play off degradasi, untung saja mereka memenangkan pertandingan play off tersebut dengan mengandaskan perlawanan tim Persikabo Bogor 2-1. Dengan demikian, manajemen PBR segera berbenah untuk musim baru.

Resmi per tanggal 11 Maret 2013, posisi Simon Mcmenemy sebagai pelatih kepala PBR digantikan oleh pelatih berpaspor Serbia, Daniel Darko Jankovic. Akan tetapi, penugasan Darko hanya bertahan seumur jagung. Ia dipecat setelah menangani tim selama enam bulan. Padahal, tim PBR mengalami progres yang bagus sejak ditangani Darko.

Masalah internal tim dan isu penunggakan gaji menjadi skenario utama putusnya hubungan PBR dengan Darko Jankovic. Tak berselang lama, pelatih baru resmi diperkenalkan ke publik sepak bola Bandung. Ia adalah Dejan Antonic. Diharapkan Dejan mampu membawa tim PBR berkembang sebagaimana mestinya, mengingat tim saat itu diisi oleh mayoritas pemain muda.

Dejan membawa staf kepelatihan dari negaranya, Darko Vergec sebagai tangan kanannya. Meski demikian tidak menutup akses untuk merekrut asisten pelatih lokal. Nova Arianto yang saat itu masih aktif bermain dipilihnya sebagai asisten pelatih tambahan bersama Peri Sandria sang legenda hidup Bandung Raya. Dimulailah petualangan mengesankan tim semenjana bernama PBR di Indonesian Super League musim 2014.

PBR Tim Semenjana yang Mengejutkan

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline