Lihat ke Halaman Asli

Gilang Dejan

TERVERIFIKASI

Sports Writers

Menyikapi Perbedaan dalam Sebuah Pertandingan

Diperbarui: 11 November 2017   19:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto: Bolasport.com

Tiap individu selalu melihat suatu permasalahan dari sudut yang berbeda, tidak pernah sama. Artinya, individu satu dengan lainnya memiliki persepsi-nya masing-masing. Lantas, bagaimana cara menyamakan persepsi yang berbeda? Adakah yang namanya persepsi benar dan persepsi salah. Semua bukan soal benar atau salah, karena kebenaran itu subjektif.

Diskusi merupakan salah satu cara menyamakan persepsi, bukan berarti memaksa persepsi orang lain untuk sama dengan kita, bukan pula untuk membuktikan mana yang salah dan harus mengalah. Sulit tentunya jika dalam sebuah diskusi tidak mencantumkan aturan bernama: toleransi (saling menghargai).

Ego yang tinggi kadang membuat kita sulit menerima persepsi orang lain bahkan merasa dirinya sendiri lah yang benar, pun dengan ketidaktahuan/ketidakpahaman kita terhadap suatu masalah, terkadang kombinasi sifat egois dan sikap kita dalam menyikapi sesuatu membuat persepsi kerap disalahgunakan untuk pada akhirnya tools menyamakan persepsi itu berubah wujud menjadi perdebatan sengit.

Saat mengemukakan pendapat, jarang sekali kita memuji/menghormati terlebih dahulu pendapat orang lain, bahkan memahaminya pun tak sudi. Kita kerap tidak sanggup/tak tertarik untuk mendengarkan orang lain berbicara karena pada hakikatnya manusia itu selalu ingin didengar, lebih nyaman menceritakan daripada mendengar cerita orang lain.

***

Berangkat dari kalimat prolog diatas, mengenai perbedaan persepsi. Sering terjadi hal-hal serupa dalam sebuah pertandingan sepakbola. Penulis sendiri pernah menyikapi/memahami setiap permasalahan di sebuah pertandingan dari sudut pandang yang berbeda, sebagai pemain, sebagai pelatih, sebagai penonton, sebagai penulis, dan bahkan sebagai wasit sekalipun.

Dari pengalaman tersebut, saya mendapatkan banyak hal. Lebih detail-nya lagi, sebagai pemain yang dirugikan wasit, sebagai pemain yang diuntungkan wasit, sebagai pemain yang sedang mengalami kekalahan, sebagai pemain yang tengah bergembira karena timnya menang, sebagai wasit yang keliru mengambil keputusan, sebagai wasit yang menangkal protes pemain yang dirugikan, sebagai penonton yang dizholimi wasit, dan seterusnya. Mungkin semua akan mengalami rasa kecewa ketika persepsi-nya tidak diakui/diabaikan oleh orang lain.

Sebagai contoh, yang paling sederhana, soal handsball, ada dua kemungkinan yang bisa muncul antara tangan yang passive dan tangan yang aktif. Bisa saja, pemain merasa jika bola tidak mengenai tangan secara disengaja (passive) namun pandangan wasit mutlak memutuskan bahwa kejadian tersebut merupakan handball yang aktif. Maka,ada hal yang perlu didiskusikan. Disanalah terjadi ketidaksepahaman/kesalahkaprahan dalam menyikapi masalah saat diskusi.

Dalam keadaan fisik yang terkuras, pemain dengan emosional tingkat tinggi pasti tidak akan menerima putusan wasit, kemudian wasit yang tersulut emosi-nya menjelaskan dengan cara salah. Padahal jika kita mencoba menerawang menjadi orang berbeda dalam arti lain memposisikan diri sebagai pemain tentu saja kita akan bisa menjelaskan semuanya dengan cara yang lebih bijaksana.

Kita kerap lupa untuk memahami orang lain dan merasa benar menurut diri sendiri. Terkadang kita lupa merespon persepsi orang lain dengan positif, karena tersulut emosi/merasa benar/hal-hal lain yang menyebabkan kita melakukan pembenaran atas persepsi pribadi, kita lupa untuk menjawab pandangan orang lain dengan cara memuji terlebih dahulu. Contoh kata: "Memang benar apa yang dikatakan oleh Anda (jelaskan pendapatnya), namun menurut saya....."

Kembali ke sepakbola, yang paling mengundang atensi masyarakat bola tanah air adalah pertandingan kontroversi antara Persija Jakarta vs Persib Bandung, Jumat (3/11) lalu, di Stadion Manahan, Solo. Tentu saja kita memiliki pandangan berbeda dalam melihat setiap putusan wasit Shaun Evan. Semua akan tetap keukeuh/teguh terhadap pandangan-nya sendiri. pemain Persib tentu tidak terima gol Ezechiel di babak pertama tidak di sahkan, namun pemain Persija juga tidak dapat menerima aksi mogok yang dilakukan tim lawan. Semua dengan persepsi-nya akan melakukan pembenaran.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline