Hubungan antara pelatih kepala Djadjang Nurdjaman dengan tim Persib Bandung masih baik-baik saja, tidak ada masalah. Sekalipun Ia gagal mempertahankan trofi Piala Presiden 2017, manajemen tetap mempercayakan kursi pelatih sepenuhnya kepada pria asal Majalengka ini. Lalu apa dasar artikel ini dibuat? Agaknya, rumus keduniawian yang berbunyi; ‘Tak ada yang abadi di dunia ini’, perlu dijadikan dasar pemikiran.
Cepat atau lambat jabatan kepelatihan yang di milikki coach Djanur, sapaan akrab Djadjang Nurdjaman, itu akan tanggal. Entah karena pensiun, dilengserkan, atau maut yang memisahkan. Bukan karena kursi pelatih Maung Bandung selalu panas, mengingat ekspetasi publik terhadap tim pelatih dan pemain selalu tinggi setiap musimnya. Ini hanya soal waktu, semua akan diperbarui sebagaimana mestinya, Coach Djanur pasti akan menerima hukum alam itu.
Sama seperti tim sepakbola lain yang beredar di jagad raya ini. Pergantian pelatih adalah hal yang mutlak terjadi, tidak bisa dihindari. Maka dari itu, penting sekali sebuah perencanaan untuk mencari suksesor pelatih yang masih aktif sejak jauh-jauh hari. Banyak klub yang oleng ketika ditinggal pelatih yang sudah lama menangani tim, contohnya adalah klub Manchester United era Sir Alex Ferguson (1986-2012).
Bisa dibilang, perencanaan yang dilakukan petinggi Setan Merah kurang begitu baik sehingga ada kesan bahwa penunjukan suksesor Ferguson tergesa-gesa dan kurang tepat atau tidak sistematis. Pilihan jatuh pada David Moyes, tapi hasilnya? Hingga saat ini, United masih saja limbung dan bergonta-ganti pelatih dari Louis van Gaal hingga Jose Mourinho. Masalahnya yakni tidak adanya kesinkronan antara filosofi klub dengan persepsi si pelatih itu sendiri.
Lain hal dengan yang terjadi di Juventus, Barcelona, Madrid, Borussia Dortmund, dan Bayern Munchen. Terlepas dari kedigdayaan klub-klub diatas, kaderisasi pelatih berjalan dengan mulus. Saya akan mengambil sampel dari salah satunya, Borussia Dortmund, setelah Juergen Klopp menanggalkan kursi kepelatihannya, manajemen Die Borussien menyiapkan kader pelatih yang mempunyai filosofi serupa. Thomas Tuchel.
Kegiatan apapun itu tidak akan pernah bisa dilepaskan dari ‘perencanaan’, strategi umum yang sering digunakan oleh organisasi, perusahaan, intansi, sampai klub sepakbola sekalipun. Dapur tim memang menjadi rahasia para petinggi klub, dibalik sebuah keputusan pasti diiringi oleh sebuah alasan. Karena kembali, semua sudah direncanakan sebaik-baiknya. Namun, terkadang pada implementasinya perencanaan tidak sesuai dengan apa yang sudah dirancang.
Coach Djanur merupakan legenda yang juara di tiga jenjang berbeda, sebagai pemain 1986, 1989/90, dan 1993/94. Sebagai assisten pelatih Indra M. Thohir musim 1994/95, sebagai pelatih kepala di Indonesia Super League musim 2014 lalu. Maka bukan hal yang mudah mencari pengganti pelatih yang satu ini.
Atas kesuksesannya selama ini bisa saja Maung Bandung menyodorkan kontrak jangka panjang kepada coach Djanur sehingga kemudian para petinggi klub terbuai oleh waktu yang bergegas maju dengan cepat dan tidak/belum sempat menyiapkan rencana lain jika suatu hari terjadi hal-hal diluar dugaan terhadap kursi kepelatihan tim. Oleh sebab itu, ada beberapa referensi pelatih yang cocok terhadap filosofi permainan Persib yang sudah dihimpun berikut ini.
Kiatisuk Senamuang (Thailand)
Muda, berbakat, dan kaya pengetahuan sepakbola modern. Filosofi sepakbola menghibur dan modern menjadi senjata jitu Kiatisuk, permainan Timnas Thailand tak tertandingi di Asia Tenggara sejak dibesut dirinya. Agaknya, cocok dengan filosofi bermain Pangeran Biru.
Meskipun Maung Bandung alergi dengan pelatih asing, setidaknya bobotoh masih ingat bagaimana romantisme tim kebanggaannya ketika bekerja sama dengan orang Thailand. Shintaweecai dan Suchao Nuchnum pernah meninggalkan kesan manis selama di Persib.