Sutradara tim atau pembuat skenario taktik tak pernah bisa dilepaskan dari peran vitalnya di lapangan selama 90 menit. Biasanya yang dielu-elukan tatkala suatu pertandingan berakhir dengan kemenangan dramatis adalah para aktor (red: pemain), sedangkan pelatih dinomor sekian-kan.
Termasuk kiprah klub-klub nasional di Torabika Soccer Championship 2016, Persipura Jayapura harusnya mensyukuri transisi pelatih yang terjadi diparuh musim dan membuat mereka menjadi yang terbaik diajang ini. Saya jadi berpikir, ditengah maraknya para analis bola mengumpulkan starting eleven terbaik versinya masing-masing, kenapa saya tidak mecoba mengapresiasi para pelatih yang sebetulnya menjadi dalang utama dalam kesuksesan strategi atau pemain itu sendiri.
Dari 18 pelatih yang beradu kecerdasan taktik di TSC 2016 saya akhirnya mencomot lima pelatih yang kontribusi-nya dianggap memenuhi ekspetasi. Berikut ini big five pelatih TSC 2016 versi saya sendiri:
1. Robert Rene Albert (PSM Makassar)
Diposisi puncak klasemen saya memilih pelatih kawakan asal Belanda yang sudah tidak asing lagi ditelinga masyarakat bola Indonesia. RRA datang menggantikan posisi Luciano Leandro yang dianggap tidak maksimal selama awal TSC digulirkan. Bersama Luci, Juku Eja terseok-seok di jurang klasemen, namun setelahnya, PSM Makassar dibawah asuhan RRA melesat jauh ke papan atas klasemen.
Sentuhan midas-nya membuat Rasyid Bakrie cs bermain atraktif disisa-sisa pertandingan TSC 2016. Pelatih yang dikenal hobi memoles pemain muda ini mengadopsi permainan total voetbal negerinya. RRA pun berhasil dengan memberdayakan pemain alakadarnya plus satu kreator bernama Wiljan Pluim.
Semua itu dilakukan dengan waktu yang singkat, tak perlu waktu lama untuk beradaptasi dengan tim yang awalnya porak poranda. Mengingat RRA pun pernah berjaya ketika menangani Arema Indonesia beberapa tahun kebelakang. Maka tak salah jika namanya saya tempatkan di posisi teratas. Pasukan Ramang menasbihkan diri di posisi keenam dengan meraup 54 poin satu strip dibawah Persib Bandung.
2. Alfredo Vera (Persipura Jayapura)
Diposisi runner-up kita akan masih mendengarkan sebuah dongeng sepakbola yang akhir-akhir ini sering terjadi. Agaknya dongeng kemustahilan Leicester City menjadi pedoman tersendiri di industri sepakbola dewasa ini.
Situasinya tak berbeda jauh dengan apa yang menimpa RRA. Alfredo Vera menangani tim bekas rentetan kekalahan pelatih Jafri Sastrak. Saat itu, Persipura Jayapura tak ubahnya tim medioker yang baru saja merasakan kompetisi tertinggi di tanah air. Ada asumsi bahwa Persipura telah habis selepas ditinggal Jacksen F.Tiago.
Namun, manajemen agaknya melihat sebuah keuntungan tersendiri dari sisa peninggalan JFT dengan melantik Alfredo yang notebene eks assisten JFT menjadi pelatih kepala. Rasa-rasanya Alfredo sendiri sudah tahu program apa yang pas untuk Pahabol dan kolega. Alfredo masih menuhankan skema menguasai bola (possession), terbukti Persipura menduduki posisi pertama dalam hal possession ball 60.75%.